----- Original Message ----- 
From: <al...@yahoo.com>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, July 08, 2010 19:42
Subject: [wanita-muslimah] Re: maryam yang perawan


Mitos para dewa/nabi/pemimpin lahir dari ibu perawan adalah sangat umum di 
berbagai kebudayaan. Quran pun menyinggung keperawanan
Maryam seperti yang dikutip HMNA. 
Di satu sisi Quran selalu menyisipkan "kitab ini penuh perumpamaan". Bagian 
krusial mitos adalah perumpamaan (metafora,bayan?), yaitu konsep ide yang 
menolong manusia untuk meraih kemajuan mengarungi kehidupan yang di luar kuasa 
kontrolnya. 
Percakapan malaikat (?) dengan Maryam, seperti juga percakapan antara tuhan, 
malaikat dan adam adalah salah satu bentuk perumpamaan. Yang namanya 
perumpamaan yang mesti dimengerti adalah maknanya, bukan bentuk lahiriahnya.
 Misalnya nih, Maryam yang tidak pernah disentuh adalah bentuk perumpamaan 
untuk penghormatan pada tradisi kristiani. Ini misalnya loh. Apapun itu, 
perumpamaan mesti bisa memperkaya imajinasi kita untuk meraih ke depan.
Salam
Mia 
###############################################################################
HMNA:
1. Dalam ayat mana dalam Al-Quran disebutkan: ""kitab ini PENUH perumpamaan"" ? 
(saya tulis PENUH dalam HURUF itu maksudnya digaris bawahi)
2. Memang dalam Al-Quran ada pesan nilai yang diambil dari peristiwa alam 
sebagai ibarat dan selalu disebutkan keduanya:: pesan nilai dan peristiwa alam. 
(*)
3. Maryam yang tidak pernah disentuh adalah bentuk perumpamaan itu menyimpang 
dari:
3.1 Metode Al-Quran seperti disebutkan dalam no.2, yaitu disebutkan keduanya: 
pesan nilai dan peristiwa alam.
3.2 Disebutkan pula Isa bnu Maryam, bukan Isa ibnu Yusuf (Yusuf nama suami 
Maryam)
3.2 Hanya nama Isa yang disebutkan "nama keluarga", sedangkan nama yang 
lain-lain tidak disebutkan, misalnya tidak ada disebutkan Isma'il ibnu Ibrahim, 
Israil    ibnu Ishaq, Yusuf ibnu Israil, Muhammad ibnu Abadullah dll.
Alhasil, menafsirkan Al-Quran pakai ibarat (peribaratan=perumpamaan), tidak 
seenaknya.
4. Metafora itu bahasa Al-Qurannya majazi
5. Al Bayan dibentuk oleh akar kata yang terdiri dari 3 huruf: Ba, Ya dan Nun 
bahasa yang jelas.(**)
----------------------------
(*)
Dalam Al-Quran amal sedekah batal karena riya (penampilan) ataupun karena 
melukai perasaan yang diberi sedekah, diumpamakan seperti lapisan tanah yang 
hilang karena erosi, yaitu lapisan tanah diguyur oleh curahan hujan yang lebat 
lalu tinggallah batu karang licin yang gundul. 
**********************************.
1. BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
041. Air Bah, Erosi dan Sedekah

Masih ingat Daur Hidrologik? Air bah dan erosi ini berhubungan dengan daur 
tersebut. Kalau dalam pembicaraan mengenai penaburan awan, bagian daur itu 
menyangkut perjalanan air dari awan turun ke bumi, maka dalam hal ini bagian 
daur itu menyangkut perjalanan air di atas permukaan bumi. Pembagian kwantitas 
air yang masuk ke dalam tanah dengan air yang di atas pemukaan tanah, 
tergantung dari keadaan permukaan bumi. Jika lapisan tanah tebal dan banyak 
akar-akar pepohonan di dalamnya, lebih banyak air yang masuk meresap ketimbang 
air yang tertinggal di atas permukaan tanah. 

Apabila air di atas tanah sedikit yang tertinggal, air yang mengumpul di 
sungai-sungai mengalir dengan jinak. Tetapi sebaliknya apabila lapisan tanah 
tipis, lagi pula di dalamnya tidak terdapat akar pepohonan yang mampu 
meresapkan dan menahan air, maka air yang tertinggal di atas permukaan bumi 
menjadi banyak. Jika terjadi hal yang demikian itu, air tidak hanya menempati 
lekuk dan alur sungai, melainkan melimpah dan menyapu secara menyeluruh. Itulah 
yang disebut banjir. Pada dataran rendah di hilir, banjir itu berwujud genangan 
air dan di udik di tempat yang miring utamanya di lereng-lereng gunung, air itu 
mengalir menjadi menjadi ganas, dan itulah yang disebut air bah. Jadi supaya 
hujan itu membawa Rahmat Allah, lapisan tanah harus tebal, dan harus banyak 
akar pepohonan di dalamnya. Itulah gunanya hutan. Daun-daunan yang gugur 
menjadi busuk menjadi bunga-tanah. Itu mempertebal lapisan tanah. Hutan yang 
lebat menghasilkan bunga-tanah yang tebal dan banyak akar di dalamnya. Walhasil 
hutan lebat mencegah banjir. Itu di udik, di pegunungan yang berhutan.

Bagaimana kalau di hilir? Pada umumnya di hilir terdapat hutan jenis lain, 
hutan rekayasa, hutan yang dibangun oleh teknologi, Yaitu hutan yang bukan dari 
pepohonan, melainkan hutan dari bangunan-bangunan menjulang, dengan 
akar-akarnya berupa tiang-tiang pancang dari beton, ataupun dari jenis cakar 
ayam. 

Permukaan tanah ditutupi pelataran-pelataran parker, jalan-jalan beraspal, 
ataupun trotoar dari batu.  Apa hasilnya jika dilihat dari segi berwawasan 
lingkungan? Pembagian air hujan yang meresap ke dalam tanah dengan yang 
tertinggal di atas permukaan tanah, sebaliknya dari di udik. Lebih banyak di 
atas tanah, karena air tidak diberi kesempatan masuk meresap ke dalam. Artinya 
kalau turun hujan lebat akan terjadi banjir. Maka digalilah kanal, seperti 
misalnya di kota Makassar ini untuk menanggulangi luapan air hujan yang disebut 
banjir itu. Hasilnya? Tergantung kalkulasi, hitung menghitung dari para pakar 
berdasarkan perkiraan curah hujan yang langsung dan banjir kiriman hujan dari 
hulu dan terobosan air pasang dari laut. Kalau Allah murka kepada penduduk kota 
karena terlalu banyak melakukan maksiat, maka Allah akan menurunkan hujan lebat 
di hulu bersamaan dengan hujan lebat di kota, bersamaan dengan pasangnya air 
laut di bulan penuh, maka kanal yang digali itu percayalah tidak akan mampu 
menampung limpahan air itu. Tidak banjirpun kalau air kanal tidak mengalir 
dengan baik, akan menjadi semacam laut hitam, seperti di belakang salah satu 
panti asuhan di Pannampu. Istilah laut hitam ini saya pinjam dari istilah 
sindiran penduduk di sekitar tempat itu.

Jadi dilihat dari segi berwawasan lingkungan, maka di udik harus lebat hutan 
pepohonan, tetapi sebaliknya di hilir harus dikurangi pertumbuhan hutan 
rekayasa teknologi. Kalau di udik hutan-hutan dibabat secara liar apakah itu 
berupa lahan perkebunan secara liar, ataupun dibabat dengan sah melalui jalur 
hukum berupa HPH untuk industri kayu, maka hasilnya adalah banjir di udik dan 
banjir di hilir. 

***

Erosi berhubungan dengan banjir yang berwujud air bah di udik. Gunung-gunung 
yang hampir gundul, menghampiri bahkan sudah mencapai keadaan kritis, keadaan 
pemukaan bumi menyedihkan. Bunga-tanah berkurang, akar-akar berkurang, 
akibatnya lereng gunung dikikis air yang mengalir. Pengikisan tanah oleh air 
mengalir dengan ganas inilah yang disebut erosi. Pengikisan yang terus menerus 
menghabiskan lapisan tanah di lereng-lereng gunung. Tanah-tanah ini dibawa air 
ke sungai-sungai yang menyebabkan pendangkalan sungai-sungai di hilir.

Di dalam Al Quran pengikisan air yang menggundulkan permukaan bumi dan yang 
tertinggal hanyalah batu karang yang licin, dinformasikan sebagai bahan kiasan. 
Firman Allah menyangkut erosi itu tidaklah difokuskan benar kepada pengikisan 
tanah, melainkan dikiaskan kepada erosi amal sedakah. Adapun erosi pada 
permukaan bumi itu hanyalah sekadar berupa penjelasan bandingan dari erosi amal 
sedekah seseorang. 

Berirman Allah dalam  S. Albaqarah, 264: 
-- Yaa ayyuha lladziena aamanuw laa tubthiluw shadaqaatikum bi lmanni wa 
l-adzaa kalladzie yunfiqu maalahu riyaa nnaasi wa laa  yu'minu bi Llaahi wa 
lyauwmi l-aakhiri, famatsaluhu kamatsali shafwaanin 'alayhi turaabun fa 
ashaabahu waabilun fa tarakahu shaldan laa yuqdiruwna 'alaa syayin mimmaa 
kasabuw artinya, 
-- Hai orang-orang beriman, anganlah kamu batalkan amal sedekahmu, dengan cara 
menyiarkan (kepada umum) dan melukai perasaan (yang diberi sedekah), seperti 
cara menyumbang dengan penampilan (riya) dari orang-orang yang tidak beriman 
kepada Allah dan Hari Akhirat. Adapun cara yang demikian itu ibarat batu karang 
licin yang di atasnya terdapat lapisan tanah diguyur oleh curahan hujan yang 
lebat yang memberikan bekas tanah hanyut dan tinggallah batu karang licin yang 
gundul, maka demikian pulalah keadaan amal sedekahnya hilang tidak ada yang 
tinggal.

Sedikit catatan tambahan. Adapun kebiasaan mengumumkan di masjid-masjid 
nama-nama penyumbang masjid menjelang shalat Jum'at, itu bukanlah termasuk 
riya, karena tujuannya bukanlah untuk penampilan, melainkan sebagai 
pertanggung-jawaban keuangan dari panitia atau pengelola masjid. Lain hal 
misalnya ada Dharma Wanita yang menyumbang panti asuhan, kemudian di-shooting 
untuk disiarkan di TV, itulah yang termasuk pengertian al mannu, 
menyebut-nyebut, menyiarkan. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 9 Agustus 1992
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2007/06/041-air-bah-erosi-dan-sedekah.html


Dicuplik dari Perdebatan Asoka vs Ikhwah. 
Ar Rad 13:17 Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah 
air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang 
mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat 
perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah 
Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, 
akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat 
kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat 
perumpamaan-perumpamaan [S.Al-Ra'd 13:17].
 
Asoka wrote :
Ini perumpamaan atau fakta? Koq bagi saya ini adalah fenomena alam yg terjadi 
secara fisik. Tapi malahan dikatakan sbg perumpamaan. 
 
Ikhwah :
Ini satu lagi bukti yang memperlihatkan ketidak mengertian kamu terhadap Al 
Quran. How could you say that you know Al Quran better? Gini , saya terangkan 
sama kamu. Dari fenomena alam, laut itu membawa buih yang mengembang. Dimana 
buih itu, akan menghilang. Itu point pertama.
Point kedua, dalam pembuatan perhiasan, juga ada buih. ( Pernah liat orang 
bikin perhiasan ? ). Buih dalam membuat perhiasan itu akan menghilang juga.
Baru masuk ke point ketiga, bahwa perbuatan yang baik dan yang bathil itu, 
adalah seperti laut dengan buihnya, seperti perhiasan dengan buih hasil dari 
pembuatan perhiasan tersebut.  Perbuatan yang bathil itu seperti buih - buih 
tersebut, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya.  Lebih jauhnya 
lagi, perbuatan yang bathil itu tidak akan ada manfaatnya dalam kehidupan. 
Sedangkan perbuatan baik itu, akan memberikan manfaat kepada manusia.
Itulah satu contoh perumpamaan. Bahwa pada point pertama dan point kedua itu 
sebagai pembanding/perumpamaan untuk pengertian pada point ketiga. Pantas kamu 
enggak mengerti - ngerti Al Quran, sedangkan perumpamaan seperti ini saja kamu 
enggak mengerti.
Clear enough ?

(**)
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
285. Nabi Adam AS Memakai Bahasa Apa?

Firman Allah SWT: 
-- Wa 'Allama Adama lAsma-a Kullaha- (S. Al Baqarah, 31), artinya: 
-- Dan (Allah) mengajarkan Adam nama-nama tiap-tiap sesuatu (2:31).

Ada dua tujuan utama Allah mengajarkan Adam nama-nama tiap-tiap sesuatu. 
Pertama, untuk menunjukkan kepada para malaikat kelebihan Adam atas malaikat, 
karena malaikat meragukan Adam sebagai makhluq dari jenis manusia untuk menjadi 
khalifah di atas bumi. Kedua, sebagai bakal khalifah, Allah perlu mempersiapkan 
Adam menjadi sumberdaya manusia yang handal. Adam sebagai manusia yang 
mempunyai ruh, maka di samping mempunyai naluri mempertahankan diri (dari segi 
ini terletak persamaan manusia dengan binatang), kepada Adam Allah memberikan 
mekanisme bagi ruh yang disebut Qalb untuk berdzikir dan berpikir. Dari segi 
inilah diperlukan bahasa, karena tanpa bahasa orang tidak dapat berdzikir dan 
tidak dapat berpikir. Adam perlu diajari nama-nama tiap-tiap sesuatu dalam 
konteks tugasnya sebagai khalifah. Timbullah pertanyaan, yaitu Allah 
mengajarkan Adam nama-nama itu dalam bahasa apa?

Firman Allah SWT: 
-- Ar Rahman. 'Allama lQura-na. Khalaqa alInsa-na. 'Allamahu lBayaana (Ar 
Rahman, 1-4), artinya: 
-- Yang Maha Pemurah. Mengajarkan Al Quran. Menciptakan manusia. Mengajarkan 
kepadanya alBayan (55:1-4).
Al Bayan yang dibentuk oleh akar kata yang terdiri dari 3 huruf: Ba, Ya dan 
Nun, bermakna cara untuk ekspresi yang terkandung dalam Qalb, bahasa yang 
jelas. Ketiga huruf tersebut menurunkan kata Mubiyn dalam ayat yang berikut:
-- Hadza- Lisa-nun 'Arabiyyun Mubiynun (An Nahl, 104), artinya: 
-- (Al Quran) ini bahasa Arab yang jelas (16:104).
-- Nazala biHi rRuwhu lAmiyn. 'Alay Qalbika liTakuwna mina lMundziriyna. Bi 
Lisa-nin 'Arabiyyin Mubiynin (Asy Syu'ara-, 193 - 195), artinya: 
-- Diturunkan oleh ruh yang tepercaya (Jibril AS). Ke dalam qalbumu (hai 
Muhammad) supaya engkau memberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang jelas 
(26:193-195).
-- Inna- Anzalnahu Qura-nan 'Arabiyyan La'allakum Ta'qiluwna (Yuwsuf, 2), 
artinya: 
-- Sesungguhnya Kami turunkan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu 
mempergunakan akalmu (12:2).

Allah mengajarkan Al Bayan ==> akarnya Ba, Ya, Nun ==> diturunkan menjadi kata 
benda Mubiyn ==> Lisanun 'Arabiyyun Mubiyn (bahasa Arab yang Mubiyn)  ==> 
dipertegas lagi "Inna- Anzalnahu Qura-nan 'Arabiyyan La'allakum Ta'qiluwna", 
supaya kamu mempergunakan akalmu. 

Memahamkan wahyu harus mempergunakan akal, maka dikaitkanlah bahasa Arab yang 
mendapat predikat Mubiyn dengan Allah mengajarkan nama-nama kepada Adam dalam 
bahasa yang mendapat predikat Mubiyn, yaitu  Lisanun 'Arabiyyun Mubiyn. Dari 
ayat-ayat (55:1-4), (16:104) , (26:193-195: dan (12:2) dengan mempergunakan 
akal (dari 'Ain, Qaf, Lam, 'Aqala artinya menganalisis dan mensintesis) 
dapatlah disimpulkan: Allah Yang Maha Pemurah menciptakan manusia. Khusus 
kepada Adam, Allah mengajarkan kepadanya al Bayan, yaitu bahasa yang jelas, 
yaitu bahasa Arab, 'Arabiyyun Mubiynun. Jadi Nabi Adam AS memakai bahasa Arab.

Karena Allah yang mengajar Adam berbahasa, yaitu bahasa Arab, maka bahasa Arab 
itu harus konsepsional. Maka uraian saya selanjutnya menunjukkan bahasa Arab 
itu konsepsional baik dalam struktur, maupun dalam hal maknawi. Konsepsional 
dalam hal struktur, yaitu kata-katanya terbina di atas akar kata yang terdiri 
dari tiga fonem dan ada yang dapat disusun secara matematis yaitu sistem 
permutasi. Konspesional dalam hal maknawi yaitu ada hubungan erat antara kata 
dengan bendanya. Dalam perjalanan sejarah, bahasa Arablah yang paling sedikit 
terserang "penyakit". Itulah "latar belakang" Kitab Suci yang terakhir dalam 
bahasa Arab: 
-- "Inna- Anzalnahu Qura-nan 'Arabiyyan La'allakum Ta'qiluwna" (S.Yuwsuf, 
12:2), artinya: 
-- Sesungguhnya Kami turunkan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu 
mempergunakan akalmu (12:2).

Kata-kata dalam bahasa Arab itu konsepsional dalam arti bukan hanya sekadar 
identifikasi benda-benda, melainkan pula ada hubungan erat antara kata dengan 
bendanya, seakan-akan benda itu dipotret oleh kata yang bersangkutan. Ambillah 
contoh makanan dasar yang sudah diolah yaitu roti (Indonesia), brood (Belanda), 
nan (Parsi). Kata roti, brood dan nan hanya sekadar identifikasi makanan pokok 
yang sudah diolah, tidak lebih dari itu. Dalam bahasa Arab roti dibentuk oleh 3 
huruf Kha, Ba dan Zay, Khubzun. Jika diaplikasikan perlakuan secara matematis 
yaitu permutasi, maka dari ketiga huruf ini terbentuklah kata khabaza dengan 
permutasi khazaba dan bazakha. Khabaza berarti mengubah cepat-cepat sesuatu 
dengan tangan, khazaba berarti menjadi gembung dan bazakha berarti 
memukul-mukul sesuatu. Dan kesemuanya itu menggambarkan proses pembuatan roti: 
adonan roti itu diberi bubuk supaya terjadi gas yang menyebabkan adonan itu 
menggembung, adonan itu dibanting-banting dan diubah cepat-cepat dengan tangan. 
Maka kata Khubzun berarti makanan dasar yang pengolahannya dengan proses 
membanting adonan, kemudian adonan itu dibuat kembung, dan itulah potret 
makanan pokok tersebut. Sebuah lagi contoh, yaitu sebuah lauk dari makanan 
pokok yang umum dikenal sehari-hari yakni telur (Indonesia), ei (Belanda), 
tama(n)go (Jepang). Telur, ei dan tama(n)go hanya sekadar identifikasi saja. 
Dalam bahasa Arab telur disebut baydhun yang dibentuk oleh akar dari 3 huruf 
Ba, Ya, Dhad. Istilah itu menyatakan bahwa benda yang dimaksud putih warnanya 
dan lonjong bentuknya, sebab putih dalam bahasa Arab adalah abyadh (mudzakkar, 
jantan) atau baydha-' (muannats, betina), sedangkan lonjong dalam bahasa 
Arabnya ialah baydha'. Itulah potret telur, berwarna putih, lonjong bentuknya.

Demikianlah Allah SWT mengajarkan kepada Nabi Adam AS bahasa yang berstruktur 
secara sempurna yang dibentuk dari akar yang terdiri dari 3 bunyi. Ini 
berlainan dengan teori pertumbuhan bahasa secara perlahan-lahan (evolusi) 
seperti dindong theory, gesticulation theory (bahasa gerak-isyarat tangan) dll. 
 Bahwa ada teori evolusi bahasa yang dimulai misalnya seperti bunyi burung atau 
binatang ding-dong, bisa saja diterima, oleh karena Qabil (Kain) anak Adam, 
telah membunuh saudaranya yaitu Habil, maka ia diusir meninggalkan pemukiman 
Adam + Hawa anak-beranak. Hidup mengembara seperti kehidupan binatang 
(uncivilized), bahasanya diserang "penyakit" hingga habis sama sekali, sehingga 
bahasa turunannya Qabil mengalami evolusi mulai dari nol alias ding-dong 
meningkat ke bahasa gerak-isyarat tangan dan seterusnya.

Dalam perjalanan sejarah bahasa Arablah yang paling sehat, ketimbang 
bahasa-bahasa lain, dalam arti bahasa Arab sangat sedikit dihinggapi penyakit 
kata-kata (deseases of words). Yang dimaksud dengan penyakit kata-kata ialah 
seperti: Penyakti subtraksi dengan perincian aphesis, aphresis, apocope, elisi, 
syncope. Penyakit addisi dengan perincian: prothesis, prosthesis, reduplikasi, 
epenthesis, paragoge atau ephithesis. Penyakit tidak teratur (irregular) dengan 
perincian metathesis, doublet, variant, korupsi. Penyakit perubahan bunyi 
dengan perincian zezament, sakari, satva, kasykasya dan homonym.

Mari kita lihat penyakit terakhir, yaitu penyakit homonym dalam bahasa Inggris. 
Homonym adalah sebuah kata yang mempunyai bermacam-macam arti.

Ada sedikit survei lapangan, yaitu mengapa ada homonym. Itu tidak lain karena 
dalam perjalanan sang waktu terjadi perubahan bunyi, namun masih dalam makhraj 
(artikulasi) yang sama, sehingga dari beberapa kata yang berbeda menjadi sebuah 
kata saja, seperti contoh homonym GRAVE yang punya tiga arti dalam bahasa 
Inggris, fonem [G R V] berasal dari tiga kata yang berbeda dalam bahasa Arab 
(bahasanya Nabi Adam AS) yaitu dari [G R B], [Q R B] dan [K R B].

Ketika Qabil (Kain) anak Adam, telah membunuh saudaranya yaitu Habil, ia 
kebingungan mau diapakan mayat Habil itu. 
-- Fa Ba'atsa Llahu Ghura-ban Yabhatsu fiy lArdhi liYuriyahu Kayfa Yuwa-riy 
Sawata Akhiyhi (Al Ma-idah, 31), artinya: 
-- Maka Allah mengirim ghurab (gagak) yang melubangi tanah supaya 
diperlihatkannya kepadanya (Qabil) bagaimana ia menguburkan mayat saudaranya 
(5:31). 

Ghurab dibentuk oleh 3 huruf: Ghain, Ra, Ba, nama sejenis burung yang dapat 
melubangi tanah dengan paruh dan kakinya. Ghurab bukan hanya sekadar 
identifikasi burung termaksud, melainkan potret yang merekam pula drama 
bagaimana Qabil yang telah membunuh itu diajar mengubur mayat. Dalam perjalanan 
sang waktu GH dan B mengalami perubahan namun tetap dalam makhraj (artikulasi) 
yang sama menjadi G dan V dalam bahasa Inggris (ingat, semua bangsa manusia 
berasal dari Adam, termasuk bangsa Inggris), sehingga menjadi GRAVE, yang 
berarti "an exavation made in the earth to receive a dead body in burial". 
Ghurab sebagai nama sejenis burung menurun ke dalam bahasa Inggris CROW. Juga 
terjadi perubahan bunyi, tetapi tetap dalam makhraj yang sama, GH dengan C, 
serta B dengan W.

-- Uwla-ika lMuqarrabuwna. Fiy Jannatin nNa'iymi (Al Wa-qi'ah, 11-12), artinya: 
Mereka itu Muqarrabun. Dalam surga kesenangan (58:11-12). Muqarrabun dari akar 
yang dibentuk oleh 3 huruf: Qaf, Ra, Ba. Bunyi Q dan B dalam perjalanan sang 
waktu berubah, dengan makhraj yang tetap, menjadi G dan V dalam lidah Inggris, 
sehingga menjadi GRAVE. Itulah homonym Grave dalam arti yang kedua: "indicates 
a weighty dignity, sedate, solemn".

-- Fa Najjarnahu wa Ahlahu mina lKarbi lAzhiymi (Al Anbiya-, 76), artinya: Maka 
Kami selamatkan dia (Nuh) dan keluarganya dari karbun (kegawatan) yang dahsyat 
(21:76). Karbun dibina oleh 3 huruf: Kef, Ra, Ba. Bunyi K berubah menjadi G, 
serta B menjadi V dalam makhraj yang tetap, lalu lagi-lagi menjadi GRAVE. 
Itulah homonym Grave dalam arti yang ketiga: "a grave situation", situasi yang 
kritis, gawat, genting, suram.

Demikianlah terbentuknya homonym GRAVE yang sesungguhnya berasal dari bahasa 
asal manusia (bahasanya Nabi Adam AS), dari tiga kata yang berbeda ghurabun 
(Gh, R,B), qarraba (Q,R,B), karbun (K,R,B), yang dalam perjalanan sang waktu 
mengalami penyakit perubahan bunyi, ketiga kata yang berbeda itu semuanya 
berubah menjadi satu kata homonym grave dengan 3 arti yang berbeda, yaitu: 
1."an exavation made in the earth to receive a dead body in burial", 
2."indicates a weighty dignity, sedate, solemn", 3."a grave situation". WaLlahu 
A'lam bi alSawab.

*** Makassar,  10 Agustus 1997
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/1997/08/285-nabi-adam-as-memakai-bahasa-apa.html

Salam

########################################################################

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke