On 08/06/2010 05:53 AM, H. M. Nur Abdurahman wrote:
>
>
> Tidak semua ulama itu bergelar Kiyai. Ulama baru bergelar Kiyai jika
> mengepalai/mempunyai pondok pesantren. Dalam shalat berjamaah imamnya
> selalu Kiyai yang kepala pondok pesantren bersangkutan. Tetapi ada
> pengeculian, yaitu Kiyai Amin tidak pernah menjadi imam di pondok
> pesantrennya. Nah pernah pondok pesantren Kiyai Amin dikunjungi tamu
> seorang ulama. Tiba waktu shalat berjamaah, Kiyai Amin mempersilakan
> tamunya untuk jadi imam. Akan tetapi sang tamu tidak bersedia, karena
> yang pantas jadi imam kata sang tamu yang ulama, mesti ahlul bait (tuan
> rumah). Maka terpaksalah Kiyai Amin yang jadi imam. Terjadilah hal yang
> mengkhawatirkan Kiyai Amin. Yaitu tatkala selesai membaca Al Fatihah:
> "wa ladhdhaaaalliiiin", terus para santri menyambut: "Kiyaaaai."
>
> Wassalam
> HMNA
>

Mia & Fero,

diatas bisa jadi salah satu koleksi buku "Mati Ketawa ala Fatwa" ... 
HMNA sebenarnya punya rasa humor yang memuaskan.

btw : Kiyai/kyai bukan gelar atau sebutan untuk ulama (Islam), Kyai 
dalam kultur jawa adalah gelar kehormatan untuk sesuatu yang dianggap 
"linuwih" (punya kelebihan) atau "mulia". Kerbau Bule di Solo dinakakan 
Kyai Slamet, Pusaka-Pusaka Kraton Jogya dan Solo juga disebut kyai : 
Kyai Sabuk Inten dan Kyai Nogososro (keris, yang kedua tidak ada 
hubungan dengan merk produk minuman teh), Kyai Plered (Tombak), Kyai 
Mendung (Payung). Kyai Sadrach malah dikenal sebagai pendiri "Gereja 
Kristen Jawi"

wassalam
./sts

-- 
this email transmitted by thunderbird a FREEDOM BASE mail client
running on Virus Immune system Ubuntu 10.04 in Lenovo machine

--------------------------------------------------------------
Ovi Mail: Making email access easy
http://mail.ovi.com

Kirim email ke