Draf Kepmen Interkoneksi selesai akhir Agustus

JAKARTA (Bisnis): Penyusunan draf keputusan menteri (RKM)
mengenai Interkoneksi berbasis biaya (cost based) beserta
lampirannya ditargetkan akan selesai paling lambat akhir
Agustus 2005. Herry Nugroho, Anggota Badan Regulasi
Telekomunikasi Indonesia (BRTI), mengatakan sebelum disampaikan
kepada Menteri Komunikasi dan Informatika draf RKM interkoneksi
berbasis biaya itu akan di-upload ke website BRTI atau Ditjen
Postel.

Menurut dia, draf RKM disampaikan kepada publik melalui website
agar bisa diperoleh masukan dari berbagai pihak sebelum
naskahnya difinalisasi pada akhir Agustus 2005.

"Memang penyusunan RKM interkoneksi cost based beserta
lampirannya sebagian besar mengacu pada hasil kajian Novum tapi
masih memungkinkan disempurnakan jika ada masukan dari publik,"
katanya kepada Bisnis kemarin.

Untuk menerapkan skema tarif berbasis biaya itu, pemerintah
telah menunjuk konsultan Novum untuk bersama-sama melakukan
pengkajian.

Novum merupakan perusahaan konsultan di Eropa, dengan
kompetensi di bidang telekomunikasi, jasa teknologi informasi
(TI) dan peranti lunak.

Perusahaan konsultan itu berpengalaman dalam memberikan jasa
konsultan terhadap pemegang keputusan baik vendor peranti lunak
dan TI, penyedia jasa TI, operator telekomunikasi, regulator,
penyedia jasa, perusahaan pemasok, dan investor.

Herry mengatakan tidak semua rekomendasi Novum dituangkan dalam
RKM interkoneksi berbasis biaya, karena kajiannya mengacu pada
standar internasional yang beberapa diantaranya tidak bisa
diimplementasikan di RI.

"Makanya BRTI dan Ditjen Postel sebagai tim penyusun RKM tetap
membuka kesempatan kepada publik untuk memberikan masukan. Yang
jelas pada akhir Agustus nanti akan ada keputusan dari
pemerintah mengenai hal ini."

Selanjutnya, kata dia, setelah RKM dan lampirannya dirampungkan
pada akhir Agustus 2005 maka dipastikan pada 1 Januari 2006
interkoneksi berbasis biaya sudah diimplementasikan.

Selama ini interkoneksi yang berlaku di Indonesia menggunakan
pola bagi hasil (revenue sharing), di mana tarifnya tergantung
kesepakatan bilateral antaroperator sehingga incumbent dengan
jaringan paling besar berposisi dominan.

Sistem ini berbeda dengan cost based karena formulasinya
ditetapkan pemerintah berdasarkan biaya yang ditanggung
operator dalam menyediakan jalur interkoneksi bagi operator
lainnya.

Sistem ini juga menghilangkan kemungkinan subsidi silang dari
berbagai komponen interkoneksi, sehingga hasil akhirnya
diharapkan lebih murah dibandingkan revenue sharing sekaligus
akan memicu peningkatan trafik.

Pemerintah juga menilai skema bagi hasil sudah tidak sesuai
lagi dengan iklim kompetisi sehingga berkeinginan untuk segera
menerapkan sistem interkoneksi berbasis biaya.

Menurut sumber yang terlibat dalam proses ini, sebetulnya
aturan interko-neksi berbasis biaya sudah siap
diimplementasikan, tapi ada operator yang masih keberatan dan
beberapa sistem sentral di seluler belum siap.

Sangat mendesak

Sekjen Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia Rudiantara
mengatakan interkoneksi berbasis biaya sangat mendesak dan
penting bagi investor maupun peningkatan pelayanan pelanggan.
"Investor akan memperoleh kepastian. Adanya interkoneksi
berbasis biaya juga menghindari terjadinya deadlock perundingan
antaroperator," katanya kepada Bisnis.

Sejauh ini, paparnya, studi konsultan Novum yang ditunjuk
regulator dan operator sudah mendekati final. Dari hasil studi
itu bakal didapatkan angka patokan untuk biaya interkoneksi.

Menurut dia, regulasi menyangkut interkoneksi merupakan salah
satu elemen terpenting bagi perkembangan industri
telekomunikasi mutakhir. Selesainya studi interkoneksi berbasis
biaya akan melahirkan reference interconection offered. "Lalu,
interkoneksi memerlukan aturan pendukung jika terjadi
perselisihan dalam dispute resolution."

Sebelumnya Rudiantara mengatakan selesainya studi interkoneksi
pada akhirnya juga bakal melahirkan tarif dasar yang bakal
dikenakan kepada pelanggan. "Setelah ketemu angkanya akan lebih
mudah. Jangan sampai tarif yang dikenakan malah lebih rendah
dari biaya interkoneksi yang dikeluarkan."

Interkoneksi merupakan salah satu sumber penghasilan utama bagi
perusahaan. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Pada 2004
misalnya, interkoneksi mengkontribusi 48,7% dari total
pendapatan Telkom Rp11,24 triliun.

Berdasarkan laporan tahunan 2004 Telkom, produksi total
interkoneksi mencapai 11,2 miliar menit naik 23,3% dibandingkan
tahun sebelumnya. Darti total produksi itu, interkoneksi
seluler memberikan kontribusi 95%.

Karena itu, perubahan aturan interkoneksi bagi Telkom dianggap
sebagai risiko regulasi. Manajemen Telkom tidak menjamin
perubahan perhitungan interkoneksi tersebut tidak berdampak
terhadap kondisi keuangan, hasil operasi, dan prospek
bisnisnya. (htr/jha)

Sementara bagi PT Indosat Tbk, interkoneksi memberikan
kontribusi pada 2004 sebesar Rp707 miliar atau hampir 10% dari
total pendapatan di bisnis seluler atau 7% dari pendapatan
usaha di seluruh lini bisnis, berdasarkan laporan tahunan
operator itu.

---
If you need an office in Surabaya you don't have to invest
on furnitures, ac etc. Use our 'virtual' office offerings,
visit http://www.datacom.co.id/profile/office.htm or email
[EMAIL PROTECTED] for enquiry that suit your needs.


Visit our website at http://www.warnet2000.net 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/warnet2000/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke