Efek Berantai Hukuman KPPU 

Oleh Moch S Hendrowijono

Awal Desember ini, Kelompok Pengguna Telekomunikasi Indonesia (Indonesia
Telecommunication User Group/Idtug) melayangkan teguran atau somasi dan
menuntut ganti rugi kepada tiga operator seluler besar Indonesia sebesar
Rp 30 triliun. Sekjen Idtug Mohammad Jumadi menyampaikan hal itu dalam
rapat kerja mereka, dan sasarannya adalah PT Telkomsel, PT Indosat, dan
PT Excelcomindo Pratama yang menguasai pangsa pasar seluler lebih dari
97 persen. 

Tuntutan Idtug ini memperberat hukuman yang dijatuhkan oleh KPPU (Komisi
Pengawas Persaingan Usaha) berkaitan dengan isu kepemilikan silang dan
monopoli Kelompok Temasek di Indonesia. Diputuskan oleh Majelis Komisi
yang memeriksa kasus ini, praktik monopoli dan kepemilikan silang itu
merugikan konsumen antara tahun 2003 hingga tahun 2006 sebesar Rp 14,7
triliun hingga Rp 30,8 triliun. PT Telkomsel dinilai melanggar Pasal 17
UU No 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat sehingga didenda Rp 25 miliar dan mengharuskannya menurunkan
tarif sebesar 15 persen. 

Sasaran KPPU sebenarnya hanyalah PT Indosat, yang 42 persen sahamnya
dimiliki STT (Singapore Technologies Telemedia) dan PT Telkomsel yang 35
persen sahamnya dikuasai SingTel (Singapore Telecom). Dengan pangsa
pasar seluler keduanya yang mencapai 82 persen, kecenderungan untuk
mengatur harga layanan yang tinggi dinilai sudah terjadi. 

PT Excelcomindo Pratama (XL), sementara kasus berjalan, seolah ingin
menunjukkan bahwa tarif seluler seharusnya murah, memasang tarif hanya
Rp 1 per detik (setelah menit kedua) untuk produk Bebas. Pada saat yang
sama, baik PT Indosat maupun PT Telkomsel menerapkan tarif di atas Rp
1.200 per menit. Malah, ujar Direktur Utama XL Hasnul Suhaimi, XL akan
menurunkan tarif dengan 10 persen lagi. 

Menurut Majelis Komisi, Kelompok Temasek tadi sengaja menekan
pertumbuhan PT Indosat sekaligus mendorong pertumbuhan Telkomsel, yang
selain pangsa pasarnya terus naik, tarifnya juga ditetapkan tinggi. Data
menyebutkan, pangsa pasar Indosat turun dari tahun ke tahun, dari tahun
2003 sebesar 32,2 persen menjadi 26,2 persen pada tahun 2006, sementara
Telkomsel pada saat sama naik dari 51,8 persen menjadi 55,9 persen. 

Bagi Telkomsel, denda Rp 25 miliar tak akan mengganggu kas
perusahaannya. Namun, menurunkan tarif 15 persen akan membuatnya
kehilangan pendapatan sampai Rp 6,3 triliun, dihitung dari ARPU (average
revenue per user/rata-rata pendapatan dari tiap pelanggan) campuran Rp
79.000 per bulan (blended). 

Dari sekitar 44,5 juta pelanggannya—1,9 juta pelanggan Kartu Halo, 22
juta Simpati, dan 20 juta As—pada semester 3 tahun 2007 itu Telkomsel
berpenghasilan Rp 31,68 triliun dengan laba Rp 9,7 triliun. Ia merupakan
operator telekomunikasi yang terbesar EBITDA (earn before interest, tax,
depreciation and amortization)-nya di dunia, 66 persen, sementara
rata-rata dunia sekitar 30 persen. 

Ancam operator baru 

Dugaan bahwa Indosat ditekan supaya Telkomsel melaju bisa saja terjadi.
Namun di lapangan merupakan kenyataan bahwa Telkomsel sejak awal
merupakan operator yang paling agresif dan efisien dalam menggelar
jaringan. Telkomsel satu-satunya operator yang punya lebih dari 20.000
BTS (base transceiver station) dan yang sudah masuk ke semua kecamatan
di Jawa dan Sumatera, bahkan ke daerah terpencil semisal Puncak Jaya,
Papua. 

Upaya ini memang membutuhkan capex (capital expenditure/biaya modal)
yang tidak sedikit, yang akhirnya dibebankan pada pelanggan sehingga
tarifnya lumayan tinggi. Namun tampaknya cakupan layanan dan luasnya
pemakaian kartu Telkomsel membuat pelanggannya agak mengesampingkan
tarif. 

Telkomsel juga memiliki jaringan pemasaran yang sangat andal dan
dikelola dengan baik yang melibatkan banyak mitra yang disetarakan
kedudukannya, bukannya sebagai penjual lepas. Perlakuan yang ditunjang
jaringan yang luas membuat pertumbuhan pelanggan Telkomsel naik secara
signifikan. Dalam 9 bulan pertama tahun ini saja, pelanggan Telkomsel
bertambah 8,86 juta, dari 35,6 juta pada 31 Desember 2006 menjadi 44,5
juta pada 30 September 2007. 

Dengan perhitungan akan terjadi penurunan pendapatan dengan Rp 6,3
triliun itu bila tarif diturunkan 15 persen bisa jadi membuat Telkomsel
sedikit "limbung", tetapi tidak lama. Jika rata-rata tiap bulan ada
sejuta pelanggan baru sehingga ARPU turun juga jadi taruh Rp 65.000,
hanya perlu setahun lebih sedikit bagi operator itu untuk bangkit lagi.
Tahun pertama dengan tambahan 12 juta pelanggan sudah didapat tambahan
pendapatan lebih dari Rp 5 triliun. 

Menurunkan tarif Telkomsel tidak hanya akan berdampak pada operator
terbesar itu, tetapi akan terasa terlebih pada operator gurem yang baru
saja muncul, misalnya Hutchison Charoen Pokphand Telecommunication
(HCPT–3), Sinar Mas (Smart), bahkan juga ke Mobile-8 yang sudah punya 4
jutaan pelanggan. 

Contoh 

HCPT merupakan contoh upaya operator baru meraih pasar yang harus
mengerahkan segala dana dan daya secara menakjubkan, karena disadari
keterbatasan akan membuat mereka tak mungkin mengejar pemain lama.
Namun, dengan tarif hanya Rp 1 per menit antarpelanggan pun, saat ini
HCPT belum bisa meraih sejuta pelanggan walaupun sejak diluncurkan orang
sudah berbondong-bondong membeli kartu perdana 3. 

Apalagi, orang bilang sebagai reaksi atas keputusan KPPU, Telkomsel
memberlakukan tarif untuk pelanggan Simpati hanya Rp 0,50 per detik
mulai Senin (10/12). Meski hanya berlaku antarpelanggan Simpati, efek
bagi calon pelanggan yang mencari tarif murah akan sangat besar dan
pertumbuhan pelanggan Simpati yang akhir November lalu sudah 23 juta
akan makin tinggi. Sementara bagi operator baru, tak ada lagi kelebihan
yang bisa ditawarkan kepada calon pelanggannya, kecuali bila mereka
menggratiskan percakapan, hal yang mustahil dilakukan. 

Menumbangkan pohon yang tinggi memang tidak mudah karena pohon-pohon
kecil di sekelilingnya akan ada yang jadi korban tertimpa. Namun,
sepanjang semua itu akan menguntungkan masyarakat pelanggan dan sesuai
aturan perundangan yang berlaku, kenapa tidak. 

Sebagai pemain besar, kemungkinan untuk tetap bertahan dari
gonjang-ganjing jauh lebih besar dibanding pemain yang baru cari pasar.
Di sisi lain, seleksi alam pun akan berlaku. 

Moch S Hendrowijono, Wartawan, Tinggal di Cisarua, Bandung. 

-- 
Kuliner Indonesia, milis tentang makanan dan tempat makan di dalam, 
juga dari luar negeri. Disajikan dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
Daftar ke mailto:[EMAIL PROTECTED] Arsipnya bisa 
dibaca di http://groups.yahoo.com/group/kuliner_ind/messages



If you like this list, the moderator will be thankful
if you would transfer some amounts to BCA account no.
064 100 2762.  
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/warnet2000/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/warnet2000/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke