----- Original Message ----- 
From: Eni Ashari Ati 
To: undisclosed-recipients: 
Sent: Tuesday, April 21, 2009 9:41 AM
Subject: MOTIVATION OF THE DAY " Think Like A Child "


Think Like A Child 

 

 

Anak saya yang pertama, punya sebuah "buku impian" yang ditulis diam2 di 
kamarnya. Kemarin, saya memperoleh privilege untuk membaca buku impian nya. Dan 
saya cukup kaget dengan apa yang ditulis anak saya. Isinya dahsyat. Mulai dari 
nama SMP favorit (dengan tulisan besar2 dibawahnya: Diterima!), nilai yang 
ingin dicapai lulus SD nanti, dengan siapa dia ingin menikah (ya, padahal dia 
baru 9 tahun), keinginan punya pesawat terbang sendiri, rumah di Hollywood dan 
Itali, bahkan dicantumkan juga punya uang sebesar $ 96 trilyun. Ya, dia menulis 
dalam dollar dan nol dua belas. Bapak nya saja tidak berani bermimpi se-dahsyat 
itu. Hampir saja saya nyletuk: "Emang kamu siapa? Paris Hilton?"

Saya jadi teringat cerita ikon internet marketing Indonesia, Anne Ahira, 
sewaktu mengikuti seminar internet marketingnya beberapa waktu lalu. Ahira 
kecil juga adalah pengkhayal yang hebat. Saking ingin nya keliling dunia, ia 
pernah menempelkan foto diri nya di kalender yang berisi gambar2 kota dunia. 
Jadi waktu kecil Ahira sudah punya "foto" dirinya didepan obyek wisata dunia, 
seperti misalnya di depan Golden Gate, Menara Eiffel, dsb. Gambar-gambar tadi 
di fotocopy dan ditempel di dinding. Ahira kecil ngotot, sekalipun Ibu nya 
mencoba meyakinkan bahwa keliling dunia hanyalah mimpi bagi anak seorang buruh 
pabrik dan penjual gado-gado.

Dan belakangan, Ahira dan Ibu nya menangis terharu setelah melihat foto Ahira 
yang dimuat di Kompas yang menggambarkan dia sedang di depan Golden Gate. Pose 
nya sama persis dengan foto khayalan Ahira sewaktu kecil. Luar biasa. Thoughts 
become Things.

Pikiran anak-anak memang sangat jernih. Saya yakin sewaktu kecil kita semua 
berani bermimpi dengan segala kepolosan kita. Tanpa ada ketakutan-ketakutan 
apakah mimpi kita akan menjadi nyata atau tidak. Barangkali konsep-konsep 
seperti: berpikir positif, law of attractions, dsb. sebenarnya sudah diinstall 
oleh Tuhan di otak kita semua sejak kita lahir. Hanya lambat laun pikiran 
jernih tadi hilang. Hingga saat kita dewasa, seringkali sangat sulit untuk 
diinstall ulang.

Anak-anak berpikir dengan cara yang berbeda dengan kita. Ada sebuah cerita, 
seorang konsultan yang sedang membantu memecahkan masalah di sebuah perusahaan 
yang sudah listed di bursa suatu ketika ikut menghadiri manajemen meeting untuk 
memecahkan suatu masalah. Sang konsultan membuat sebuah titik di papan tulis. 
Dan bertanya:"gambar apa ini?". Seluruh anggota manajemen kompak dengan 
jawaban:"sebuah titik hitam di papan tulis putih". Sang konsultan tiga kali 
mengulang pertanyaan yang sama, dan mendapat jawaban yang sama. Sang konsultan 
pun geleng-geleng kepala."Kemarin saya menanyakan pertanyaan yang sama di 
sebuat TK, dan mendapat 50 jawaban yg berbeda..." Ya, bagi anak-anak, titik 
hitam tadi dapat menjadi mata seekor burung, bola semut, lalat nemplok, dsb. 
Kreatifitas para pemimpin puncak perusahaan tadi kalah jauh dengan anak TK. 
Padahal kreatifitas sangat diperlukan dalam memecahkan masalah.

Tidak heran jika Picasso sampai pernah berkata: "Every child is an artist. The 
challenge is to remain an artist after you grow up". Ya, pelan-pelan kita 
berubah menjadi orang dewasa dengan meniadakan kehebatan cara berpikir 
anak-anak yang super kreatif itu.

Menurut pengamatan saya, anak-anak ternyata selalu menerapkan 3B yang 
seringkali sudah kita lupakan:

Berimajinasi
Anak-anak adalah gudang nya imajinasi. Hari ini mereka bisa menjadi guru, besok 
menjadi perawat, besok lagi menjadi pembalap, dsb. Hari ini bisa 
perang-perangan di tengah hutan, besok bisa di dalam pesawat angkasa. Imajinasi 
ternyata sangat penting dalam dunia pemasaran. Saya teringat cerita salah 
seorang teman saya yang pekerjaannya seorang marketer. Sebelum merumuskan 
strategi marketing. Bahkan jauh pada saat produk baru sedang di rumuskan, tim 
mereka berimajinasi. Misalnya dengan membayangkan bahwa produk tadi adalah 
sesosok manusia. Berapa umurnya, apa hobby nya, pekerjaanya, kemana kalau 
"hang-out", minumnya apa, makanya apa, dst. Ini yang kemudian menjadi bahan 
untuk mengembangkan materi-materi iklan. Karena sudah memiliki imajinasi 
tentang "karakter" produk tadi, maka penyusunan program marketing menjadi lebih 
mudah.

Buat anak-anak, tidak ada yang tidak mungkin. Imajinasi mereka spontan dan 
tidak terlalu memikirkan "the how" nya. Karena bagi anak-anak semuanya mungkin 
terjadi. Justru orang dewasa yang sering "menyabotase" pikiran jernih mereka 
dengan kata2: "ah, mana mungkin".Bayangkan kalau cara berimajinasi anak-anak 
ini kita terapkan dalam menetapkan visi kita kedepan. Kita tidak akan diganggu 
dengan pikiran-pikiran negatif "ah mana mungkin" tadi.

Bermain
Bagi anak-anak semuanya hanyalah permainan. Dengan demikian tidak ada "masalah" 
bagi anak-anak. Semua hal bisa dilihat dari sisi yang menyenangkan. Lihat saja, 
sewaktu bencana banjir di Jakarta yang baru lalu, anak-anak yang justru ceria 
bermain di tengah banjir. Anak-anak lebih pandai melihat sisi menyenangkan dari 
setiap "persoalan". Coba kalau ini kita terapkan dalam keseharian. Betapa 
"persoalan" akan lebih mudah kita hadapi. Semua menjadi permainan yang 
menyenangkan.

Saya dulu punya teman yang hampir putus asa karena punya banyak hutang. Saya 
juga sudah bingung mau ngomong apa. Ketika saya ucapkan kata-kata:" its just a 
game man .", ternyata dia langsung bangkit kembali. Dia mendapat inspirasi 
bahwa bisnis yg dia jalani toh hanyalah permainan. Bahwa skor nya saat ini 
minus, hanyalah skor, dan mulai sekarang dia bisa bermain lebih bagus untuk 
mendapay skor yang lebih besar. Its just a game. And its fun!

Belajar
Siapa bilang anak-anak malas belajar. Justru mereka belajar setiap waktu. Saya 
pernah baca berita suatu penelitian di MIT yang menyimpulkan bahwa cara belajar 
anak2 itu seperti para scientist. Mereka sangat tertarik hubungan kausalitas. 
Bagaimana kalau saya melakukan ini, apa reaksi nya. Ini adalah dasar 
eksperimen. Dan banyak eksperimen yang mereka lakukan. Bagaimana kalau 
mobil-mobilan ini ban nya dicopot? Bagaimana kalau rambut boneka Barbie ini 
dipotong, dsb. Rasa ingin tahu yang besar ini, sebenarnya bisa menjadi 
pendorong kesuksesan yang luar biasa jika kita pertahankan hingga dewasa.

Anak-anak belajar secara alamiah untuk menjadi lebih baik. Seorang bayi yang 
belajar berjalan, setiap kali jatuh akan bangkit kembali. Berapa kali seorang 
anak terjatuh dari sepeda? Apakah dia akan berhenti dan meratap. Tidak, dia 
akan tertawa, bangkit lagi, dan bersepeda lebih baik. Ini adalah proses belajar 
yang luar biasa. Berani mencoba, berani jatuh dan berani mengevaluasi diri, ini 
yang sayangnya sering hilang pada saat kita menjadi manusia dewasa.

Jadi, kalau Anda sekarang adalah anak-anak, Anda mau menjadi siapa? Menjadi 
Spiderman? Batman? Donald Trump? Atau mau jadi Paris Hilton? Selamat 
berimajinasi.






--------------------------------------------------------------------------------
This e-mail and any information contained are confidential and legally 
privileged. It is intended solely for the use of the individual or entity to 
whom it is addressed and others authorized to receive it. If you are not the 
intended recipient, you are hereby notified that any disclosure, copying, 
distribution or taking any action in reliance on the contents of this e-mail is 
strictly prohibited and may be unlawful. If you have received this e-mail in 
error, please notify us immediately by responding to this e-mail or by 
telephone MedcoEnergi IS Division Helpdesk on +62 21 83991234 then delete this 
email including any attachment(s) from your system. MedcoEnergi does not accept 
liability for damage caused by any of the foregoing. This e-mail is from PT 
MedcoEnergi Internasional Tbk and Subsidiaries, having Registered Address at 
Graha Niaga Level 16, Jakarta, Indonesia.

Kirim email ke