Jika sdh menerima dpt di delete..
Jika belum bacalah...
Thx

Dari: Susilo T 
Tanggal: Rabu, 30 September, 2009, 10:31 PM
 
Jejak Sepatu di Karpet 

Dapat kiriman menarik.

A true story,


   Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, 
cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. 
Rumah tampak selalu rapih dan bersih dan teratur, suami serta anak2nya sangat 
menghargai pengabdiannya itu. 

    Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet 
di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara 
melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung 
seharian. padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali 
terjadi dan menyiksanya. 

    Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia 
Satir dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan 
penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu : 'Ibu 
harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan' Ibu itu kemudian 
menutup matanya. 

    'Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak 
ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?' 

     Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung 
berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya. 

    Virginia Satir melanjutkan; 'Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. 
Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria 
mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi'. Seketika 
muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, nafasnya mengandung 
isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang 
tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya. 

    'Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu meli hat jejak sepatu & kotoran 
disana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu 
cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu'. Ibu itu 
mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb. 

    'Sekarang bukalah mata ibu' Ibu itu membuka matanya 'Bagaimana, apakah 
karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?' Ibu itu tersenyum dan 
menggelengkan kepalanya. 'Aku tahu maksud anda' ujar sang ibu, 'Jika kita 
melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat 
secara positif'. 

    Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang 
kotor, karena setiap meli hat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg 
dikasihinya ada di rumah. 

    Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog 
terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP 
(Neurolinguistic Programming) . Teknik yang dipakainya di atas disebut 
Reframing, yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga 
sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan 
mengubah sudut pandangnya. 

     Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang : 

    Saya BERSYUKUR; 

     1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, 
karena itu artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain. 

     2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu 
artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum. 

     3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu 
artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan 

     4. Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja 
dan  digaji tinggi 

     5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena 
itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman 

     6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup 
makan 

     7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu 
artinya saya masih mampu bekerja keras 

    8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu 
artinya masih ada kebebasan berpendapat 

   9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan saya, karena itu 
artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup 

  10. Untuk setiap permasalahan hidup yang saya hadapi, karena itu artinya 
Tuhan sedang membentuk dan menempa saya untuk menjadi lebih baik lagi 

 Salam, 

S. Teguh W. 

Kirim email ke