Sering kali kita malu kalau melihat perkembangan teknologi komunikasi
informasi di Tanah Air. Ternyata orang asing lebih tanggap dalam
upayanya meningkatkan kemampuan kita untuk "melek" teknologi informasi.

Sampai saat ini kita tidak melihat secara jelas dan nyata rencana
untuk mengembangkan teknologi komunikasi informasi. Kita sering kali
meributkan hal yang tidak esensial sehingga sering kali lupa bahwa
penguasaan teknologi komunikasi informasi sebenarnya merupakan sebuah
proses berkelanjutan yang harus dilalui langkah demi langkah. Seperti
di beritakan di Kompas.com

Ketika ditanya apakah memiliki email,  mereka menjawab sebagai berikut:

--------------------------------------------------------------
* Anggota Dewan 1: "Saya pernah punya, tapi sudah dijual."

* Anggota Dewan 2 : "Secara pribadi saya belum memilikinya. Bukannya 
                     saya tidak mampu untuk memilikinya, tetapi saya
                     masih cinta produk dalam negeri."
--------------------------------------------------------------

Sebuah e-mail belum lama ini dikirim seorang kawan, menggambarkan
situasi pemahaman teknologi komunikasi informasi dan mencerminkan
betapa gaptek (gagap teknologi)-nya sebagian besar rakyat dan bangsa ini.

E-mail ini berupa sebuah berita yang muncul di daerah Kalimantan,
menyangkut pemahaman anggota parlemen daerah tentang kemajuan
teknologi komunikasi informasi. Ketika sang anggota dewan terhormat
ditanya apakah memiliki e-mail, jawabannya mantap, "Saya pernah punya,
tapi sudah dijual."

Anggota dewan terhormat lainnya malah mengatakan begini, "Secara
pribadi saya belum memilikinya. Bukannya saya tidak mampu untuk
memilikinya, tetapi saya masih cinta produk dalam negeri." Inilah
situasi kemajuan teknologi komunikasi informasi di negeri tercinta ini.

Berbagai ironi kemajuan teknologi komunikasi informasi akan kita temui
di mana-mana, di departemen, di sekolah, bahkan di lingkungan tentara
yang seharusnya akrab dengan kemajuan teknologi.

Bayangkan apa yang terjadi seandainya ada ancaman teror melalui
e-mail, sedangkan unit-unit yang menangani dan menanggulangi keamanan
dan ketertiban tidak menggunakan e-mail. Sementara, kita mengetahui
dari berbagai pemberitaan bahwa para teroris sekarang berkomunikasi
menggunakan e-mail memanfaatkan warnet yang tersebar di mana-mana.

Pemerintah sepertinya tidak menyadari manfaat kemajuan teknologi
komunikasi informasi. Dewan Teknologi Komunikasi Informasi Nasional
pun sibuk sendiri dengan urusan yang tidak esensial daripada mencari
berbagai peluang untuk menguasai kemajuan teknologi.

Kita sibuk masing-masing dengan urusan sendiri, membiarkan ironi demi
ironi terus berkembang tidak beraturan. Kita selalu bereaksi terhadap
sesuatu yang sudah terjadi, tanpa mampu berbenah diri. Sepertinya
pergantian kabinet yang diributkan perlu mencari orang-orang "melek
teknologi". Tidak perlu yang canggih, tapi cukup yang mampu untuk
membalas e-mail.

Posted : wargabanten.wordpress.com

Kirim email ke