Marilah kita pulang ke kampung sejenak; kita merayakan gagasan tentang komunitas sambil mengenang kampung kita yang mulai terlupakan. hidup kampung gg
Ibnu Adam Aviciena <[EMAIL PROTECTED]> wrote: rumahdunia <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Undangan untuk para pengamat sastra, sastrawan dan komunitas sastra Salam Sejahtera, Kawan-kawan, ode kampung 2 bakal diselenggarakan lagi neh. Jika dulu rumah dunia yang menggarap, sekarang menjadi kerja bareng dari komunitas-komunitas sastra di Banten. Tema kali ini adalah temu komunitas sastra se-nusantara. Ayo cepat daftar ya. email: [EMAIL PROTECTED] jangan lupa kirimkan puisi atau cerpen anda. Kami tunggu. Salam, a.n. panitia Firman Venayaksa SC: GOLA GONG TOTO ST RADIK WAN ANWAR WOWOK HESTI PRABOWO RUBY A. BAEDHAWY Susunan Panitia dan Rencana Kerja "ODE KAMPUNG JILID #2: TEMU KOMUNITAS SASTRA SE-NUSANTARA" 20, 21, 22 Juli 2007 1. SEKAPUR SIRIH Tahun 2006 lalu, Rumah Dunia (Serang-Banten) membuat sebuah kegiatan yang dinamakan "Ode Kampung, Temu Sastrawan Se-Nusantara". Dari kegiatan tersebut, memang tak bisa mengubah negara yang bobrok ini menjadi baik, karena memang bukan itu fokus kegiatan ini. Kegiatan tersebutpun tak hendak mengubah peta kesusastraan Indonesia yang terkadang masih tak jelas arahnya, atau seabreg keinginan idealis lainnya. Kegiatan tersebut hanya diarahkan untuk saling berakrab ria, bersilaturahmi gagasan dan tentu saja saling sapa dalam karya. Pertemuan tersebut bukanlah sebuah kongres yang menuliskan rekomendasi-rekomendasi seperti para politisi. Bukan pula sebuah tempat untuk saling cakar, saling damprat dan saling menjatuhkan antarsastrawan. Satu hal yang hendak kami gapai, yaitu menggali persoalan-persoalan, mengedepankan kekritisan dan menajamkan kembali wawasan kesusastraan kita. Ode Kampung jilid #1 mengangkat tema besar "Sastra(wan) di tengah persoalan kampungnya". Sejumlah nama besar yang berkibaran di jagad kesusastraan kita, hingga orang-orang yang masih buram terhadap sastra tumpah ruah dalam pertemuan tersebut. Pelbagai keluh kesah serta kebahagiaan saling berkelindan meramu nilai rasa tersendiri. Mungkin pertemuan ini agak berbeda dengan pertemuan-pertemuan yang biasa terjadi. Salah satu perbedaan yang paling kentara adalah pertemuan tersebut diadakan di kampung. Konsekuensinya para peserta "disimpan" di rumah-rumah kampung, berbaur dengan warga. Dalam pembukaan kegiatan tersebutpun tidak dibuka oleh pejabat seperti Bupati, Gubernur apalagi Presiden. Ketua RT Hegar Alamlah yang bertindak sebagai pembuka acara, disertai pembacaan puisi orang Baduy dan diakhiri dengan nyanyian sumbang para pengamen jalanan. 2. NAMA KEGIATAN Setelah (agak) sukses dalam Ode Kampung Jilid #1, pada tahun ini kembali digelar "Ode Kampung Jilid #2: Temu Komunitas Sastra Se- Nusantara". Karena tema selanjutnya adalah pertemuan komunitas, maka Rumah Dunia kini tak lagi sendirian. Komunitas-komunitas sastra di Banten bergabung untuk menyukseskan kegiatan ini. Ada Forum Kesenian Banten (FKB), Komunitas Sastra Indonesia (KSI), Sanggar Sastra Serang, Gesbica, Kubah Budaya, Embun Art, Kafe Ide, KPJ Rangkasbitung dan FLP Serang. Dengan demikian maka tenaga kami akan berkali lipat lebih kuat dan semoga para pertemuan Jilid #2 ini, kami bisa lebih matang lagi dalam menjamu para peserta yang akan berdatangan dari seluruh pelosok Nusantara. 3. TUJUAN Tujuan kami membuat pertemuan komunitas sastra pada jilid #2 ini karena kami berasumsi bahwa komunitas memberikan pengaruh yang cukup besar bagi regenerasi kesusastraan di Indonesia. Selain segi positif itu, tentu saja ada persoalan-persoalan yang mengemuka misalnya perihal estetika, ideologi maupun individu sastrawan sebagai penggerak komunitas sekaligus peracik karya. Selain itu, dengan diadakannya pertemuan komunitas sastra ini, jejaring merupakan alasan paling penting. Pada pertemuan ini diharapkan masing-masing komunitas bisa saling urun rembuk, saling memicu adrenalin kesusastraan, atau anggaplah sebagai studi banding agar bisa saling memahami kekurangan dan kelebihan dari masing-masing komunitas. 4. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN Jika tidak ada aral melintang, kegiatan "Ode Kampung Jilid #2: temu Komunitas Sastra se-Nusantara" akan dilaksanakan pada: Tanggal : 20,21,22 Juli 2007 Tempat : Rumah Dunia, komplek Hegar Alam no. 40 Serang-Banten 5. PESERTA Peserta berasal dari komunitas-komunitas sastra di Indonesia, praktisi dan akademisi sastra, guru-guru serta mahasiswa sastra dan masyarakat umum. : 6. SUSUNAN KEPANITIAAN : . PENGARAH (SC): Gola Gong (Rumah Dunia) Ruby A. Baedawy (Forum Kesenian Banten) Toto ST Radik (Sanggar Sastra Serang) Wan Anwar (Kubah Budaya/ Untirta) Wowok Hesti Prabowo (Komunitas Sastra Indonesia) PELAKSANA (OC): Ketua : Firman Venayaksa Wakil : Ahmad S. Rumi Sekretaris : Rimba Alangalang Bendahara : Tias Tatanka Divisi Diskusi : Gito G, Irwan, Kosim Acara : Mahdiduri, Kelly Akomodasi : Langlang Randawa Konsumsi : Yuni, Pramita Gayatri. Kesekretarian : Shodiq, Muhzen Den, Roy Artistik : Embun Art Perlengkapan : Bonang, Sugo Humas : Abduh, Reny, Ibnu Adam Aviciena Dokumentasi : Piter, Yoan Penerbitan : Arip Senjaya Keamanan : Alwy S 5. AGENDA ACARA JUMAT, 20 JULI 2007: 08.00.- 15.00 - Daftar ulang/penempatan di penginapan - (setiap peserta dari luar kota Serang, diarahkan menginap di rumah warga kampung Ciloang dan Komp. Hegar alam) - Ishoma 15.30-18.00 PEMBUKAAN - Pembacaan Puisi - Pentas Tarian Banten - Perkenalan antarkomunitas 18.00-19.30 Ishoma 19.30-22.00 - Pemutaran Film Indie "Padi Memerah" - Pembacaan puisi/ cerpen - Performance Art Komunitas - Musikalisasi Puisi Tasbeh SABTU, 21 JULI 2007 08.30. - 09.00 - Sarapan Seni (musikalisasi puisi). 09.00. - 12.00 - Diskusi I "Komunitas Sastra: Dari Pusat ke Tepi" Pembicara: Katrin Bandel Afrizal Malna Yusrizal KW Moderator: Ahmad S Alwy TOR Hampir dalam dua dekade ini di kota-kota di Indonesia tumbuh berbagai komunitas seni, khususnya dalam hal ini komunitas sastra. Sedemikian banyak komunitas tersebut sehingga untuk membicarakan sastra Indonesia sekarang ini makin kompleks dan bersegi-segi. Jakarta yang sekian lama menjadi "pusat" sastra (sejak awal kelahiran, periode seniman Senen, TIM, DKJ, dan majalah sastra Horison misalnya) tidak lagi dapat merepresentasikan gejolak dan gambaran sastra Indonesia secara lengkap. Demikian pula dengan kota- kota besar lain: Bandung, Yogyakarta, Bali, Surabaya, Makasar, Padang, Medan, Lampung, dan sejenisnya), tidak bisa dianggap mewakili keseluruhan kompleksitas gambaran sastra Indonesia. Justru kini di kota-kota kecil tumbuh komunitas-komunitas dengan semangat "lokalitas"-nya masing-masing. Sekaitan dengan itu perlu ditanyakan apakah kehadiran komunitas di banyak tempat/ kota hanya sekedar gerakan untuk menjadi "beda" dari gerakan-gerakan di "pusat-pusat" sastra, terutama Jakarta? Apakah komunitas-komunitas tersebut hanya sekedar "barang aneh" di suatu masyarakat lokal atau turut serta membangun identitas suatu wilayah lokal dalam menentukan pola hubungan dengan komunitas-komunitas/ kota-kota lain, terutama dalam hal ini dengan pusat macam Jakarta dan kota-kota besar lainnya? Apakah komunitas tersebut sekedar tempat tinggal hidup komunitas dan sastrawan atau justru unsur penting untuk mengembangkan suatu wilayah lokal, paling tidak dalam sastra dan kebudayaan secara umum? Dengan kata lain, apakah komunitas-komunitas tersebut menjadi "sebaran kuasa-kuasa" yang mampu mengkritisi "pusat kuasa" yang dianggap tidak adil dan atau meniadakan wilayah-wilayah kecil tempat berlangsungkan proses sastra dan kebudayaan. Dalam hal ini apakah tepi menjadi wacana yang bermakna untuk dirinya sendiri sekaligus masyarakat lain di sekitarnya, bahkan memberi andil "penyadaran" terhadap pusat yang perilakunya cenderung diskriminatif. 12.00. 13.00 - istirahat 13.00. - 16.00 Diskusi II "Komunitas Sastra: Ideologi dan Estetika" Pembicara: Phutut EA Helvy Tiana Rosa, Radhar Panca Dahana Moderator: Binhad Nurrohmat TOR Sebagaimana dibabarkan dalam diskusi I, para sastrawan dan aktivis sastra kini tidak lagi dan bahkan secara sengaja dan terang- terangan "menolak" Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Di awal tahun 90-an muncul polemik "Sastra Pedalaman" yang digagas Kusprihyanto Namma dan Beno Siang Pamungkas sebagai reaksi keras terhadap Jakarta dan kota-kota besar sebagai "pusat" sastra dan kesenian. Selain menandai tempat-tempat tertentu (kota-kota kecil atau komunitas kecil di kota besar) tidak jarang pertumbuhan komunitas beriringan pula dengan kesadaran masyarakat secara umum, baik dalam gerakan lingkungan, LSM kemiskinan, kaum buruh, gerakan keagamaan, dan gerakan-gerakan sub-urban lainnya. Pertanyaannya kemudian, apakah komunitas-komunitas tersebut melakukan perlawanan "estetik" terhadap Jakarta dan kota besar lainnya sehingga melahirkan "estetika"-nya sendiri? Atau sekedar gerakan "politik sastra" di mana secara estetik karya mereka tak jauh berbeda dengan karya-karya dari "pusat" sastra? Lebih lanjut pertanyaan dapat menukik: adakah "ideologi-ideologi" tertentu diusung berbagai komunitas sehingga menjadi dasar pengembangan estetika karya mereka? Sesi diskusi kedua ini memang difokuskan pada pengamatan terhadap karya-karya dari sekian banyak komunitas, secara khusus menyangkut "estetika" atau bahkan "ideologi" yang dikembangkan para pelakunya. Sekaitan dengan ini tentunya dapat dilihat pula sumbangan-sumbangan penting (jika ada!) untuk "kemaslahatan" pertumbuhan dan perkembangan sastra Indonesia, baik di "pusat-pusat" baru maupun dalam komunikasinya dengan "pusat- pusat" lama 16.00 18.00 - Pentas Seni Komunitas 18.00 19.30 - Ishoma 19.30 23.00 - Pentas Teater TAM Kendari MINGGU, 22 JULI 2007: 08.00. 9.00 - Pentas seni Komunitas 09.00 12.00 - Diskusi III "Perayaan Komunitas" 12.00 selesai - Penutupan Best Regard, Ibnu Adam Aviciena Smaragdlaan 222, 2332 JZ Leiden, Holland +31641675898 www.ibnuadamaviciena.wordpress.com www.rumahdunia.net --------------------------------- Never miss an email again! Yahoo! Toolbar alerts you the instant new Mail arrives. Check it out. [Non-text portions of this message have been removed] --------------------------------- Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! FareChase.