Ah Mayra,

Anda terlalu merasa benar dengan pendapat anda pribadi. Seakan-akan 
orang lain tidak mampu melihat kebenaran selain anda seorang. Saran 
saya banyak lah membaca. Ini tips dari saya, sebelum anda mengadili 
orang lain salah, ada baiknya anda membaca dulu tulisan-2 polemik 
antara Al Ghazali dan Ibnu Rusy. 

Percayalah, semakin anda banyak membaca akan banyak mengambil hikmah 
atas suatu perbedaan. Diharapkan kedepan anda tidak mudah 
mengeluarkan kata: "wajib bagi kita untuk memnentangnya" hanya karena 
mereka berpikir berbeda dari anda. 

Toh, orang santun seperti Buya Syafii Maarif (Tokoh Muhammadyah) atau 
Kyai Mustofa Bisri (Tokoh NU), bisa memaknai secara positif perbedaan 
pemikiran dengan Cak Nur. Kok Mayra, yang karya intelektualnya ndak 
jelas malah gualak buanget :)) 

Jangan-2 setelah anda teriak nentang sana-sini, ngomong si ini salah 
atau si itu salah dengan berbusa-busa, mulut lantang plus kutap-kutip 
ayat Qur'an atau Hadist, tahu-2 nya anda sendiri yang keliru =))

Salam,
Ferizal

--- In WongBanten@yahoogroups.com, "mayra" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> yusuf marwoto wrote:
> Paradigma kita dalam beragama harus dirubah. Tidak lagi dalam 
perspektif konflik, tapi perspektif harmoni.
> 
> comment: 
> Kalau agama Anda Islam tentu tahu Islam menjunjung tinggi kehidupan 
yang harmonis dalam beragama. Orang Islam dicontohkan pernah hidup 
berdampingan dengan orang Yahudi di Madinah pada masa Nabi Muhammad 
SAW. Yang bilang Islam itu selalu berkonflik cuma orang barat yang 
tidak tahu atau mau memfitnah Islam.
> 
> Orang Yahudi jelas agamanya Yahudi. Orang Kristen jelas agamanya 
Kristen. Tapi kalau orang ngakunya Islam menyebarkan ajaran non 
Islam, wajib bagi ummat Muslim menentangnya.
> 
> wassalam
> 
> 
> ----- Original Message ----- 
> From: yusuf marwoto 
> To: WongBanten@yahoogroups.com 
> Sent: Saturday, August 04, 2007 9:57 AM
> Subject: Re: [WongBanten] Hati-hati
> 
> saya setuju dengan bung achmad hidayat. Paradigma kita dalam 
beragama harus dirubah. Tidak lagi dalam perspektif konflik, tapi 
perspektif harmoni. Ini mendasar. Sebab kalau terus-terusan dilihat 
dalam paradigma konflik, ya yang ada konflik terus. Artikel ini kan 
hanya mau menyalahkan mengapa ada orang hitam mengapa ada orang 
putih, mengapa ada orang Amerika, Indonesia, China, Palestina, 
Yahudi, Afrika? Mengapa ada orang Islam, kristen, katolik, Budha, 
Hindhu, animisme, dinamisme? PERBEDAAN kok disalahkan, inilah 
kekeliruan logika kita. Perspektif yang menyalahkan perbedaan dengan 
mengambil setting konflik hanya akan membuat dunia ini gak pernah 
tenang. Ribut mulu. Curiga mulu. Perang mulu. Hidup kok dibuat repot. 
Kalau orang-orang pinter, intelektual muslim, kontribusinya ke negara 
ini juga jelas, diapresiasi oleh sekian banyak orang, lalu dianggap 
tulisannya dan pikirannya harus kita perlakukan seperti virus flu 
burung, lha..kapan negara ini akan maju. 
> 
> Sentimen agama itu boleh, tapi ya jangan keterlaluan, karena kita 
hidup di dunia ini kan gak sendiri. Jangan kayak jualan kecap 
ah......malu. Islam itu agama besar, yang harus disikapi dengan 
pemikiran-pemikiran besar, berjiwa besar...bukan sebaliknya dengan 
pemikiran-pemikiran sempit, dan eklusif. Maaf kalau 
menyinggung...tiada maksud, cuman pingin berkontribusi pemikiran 
saja.....
>


Kirim email ke