Ha Ha Ha.. Kalo Kabupaten Tangerang jatuh.. berikutnya? Kabupaten Pandeglang dengan ..... Kota Serang dengan .... Lebak dengan .... Lalu.. kita hanYa berhitung-hitung. seMentara mereKa sudah menguras uang raKyat. Yah, begitu Lah nasib bangsa yang dipimpin perempuan.. tidak akan barokah.. ha ha ha
--- doelha <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Menghitung Peluang Jazuli-Airin > > Sekelompok ilmuwan politik mengkaji kompetisi > politik sebuah permainan > yang kemudian dirumuskan sebagai game theory. Jack C > Plano (1973) > mengungkapkan bahwa game theory adalah sekumpulan > pemikiran yang > menguraikan strategi keputusan yang rasional dalam > situasi konflik dan > kompetisi, ketika masing-masing peserta atau pemain > saling berusaha > memperbesar keuntungan dan memperkecil kerugian. > Ibarat bermain catur, > kedua belah pihak mengadu strategi, memeras otak dan > memainkan > langkah-langkah taktis untuk mendapatkan kemenangan. > Koalisi Unik > Dalam pilkada, incumbent adalah âpemainâ yang > paling kuat. Ia > setidaknya memiliki sumber-sumber kekuasaan seperti > jabatan, birokrasi > dan pengaruh. Ia dapat mendayagunakan sumber-sumber > kekuasaan tersebut > baik secara legal maupun ilegal untuk kepentingan > politiknya, > memenangkan pilkada. Hal ini bisa kita saksikan di > pilkada manapun, > ketika publikasi pemerintah daerah lebih menonjolkan > personalisasi > incumbent ketimbang pesan yang ingin disampaikan. > Menyadari kuatnya incumbent inilah, maka kita bisa > menyaksikan > koalisi-koalisi unik yang merupakan realitas baru > dalam politik lokal, > setidaknya di Banten. > Bagi saya, koalisi paling unik adalah ketika enam > partai politik > sepakat mengusung pasangan Jazuli Juwaini dan Airin > Rahmi Diany > sebagai pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati > Tangerang dalam > Pilkada. Enam partai itu adalah Partai Keadilan > Sejahtera (PKS), > Partai Nahdhatul Ummah Indonesia (PPNUI), Partai > Bulan Bintang (PBB), > Partai Bintang Reformasi (PBR), Partai Syarikat > Indonesia (PSI), dan > Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB). Kesepakatan > dilakukan dalam bentuk > penanda tanganan MoU ini di sebuah hotel mewah di > kawasan Karawaci, > Tangerang, pada Minggu, 2 September 2007 (Radar > Banten, 3 /9). > Jika kita perhatikan lebih seksama, koalisi paling > utama bukanlah > antara partai-partai politik, tapi antara Jazuli > yang didukung PKS > dengan Airin yang mewakili kekuatan keluarga besar > Chasan Sochib, Ayah > dari Atut Chosiyah, Gubernur banten. Saya tidak > menafikan > partai-partai lain pengusung pasangan ini, tapi > faktanya, kekuatan > terbesar ada di PKS dan keluarga besar Chasan > Sochib. > Keluarga Besar Chasan Sochib > Keluarga besar Chasan Sochib adalah kekuatan politik > yang cukup kuat > di Banten. Hasil paling nyata adalah bagaimana > kekuatan ini mampu > mengantarkan Atut Chosiyah menjadi Gubernur Banten > dalam pilkada > Banten yang lalu. Faktor keluarga dan jaringannya > menurut hemat > penulis jauh melampaui peran partai politik. > Maka, wajar kiranya jika kemudian kekuatan ini ingin > menempatkan > kadernya sebagai salah satu pucuk pimpinan di > Kabupaten Tangerang. > Harus dipahami, meskipun satu partai (Baca:Golkar), > hubungan antara > Chasan Sochib dan Ismet Iskandar kurang harmonis. > Bahkan sebagaimana > dimuat di harian ini (5/9) Chasan Sochib melaporkan > Ismet Iskandar, > mamat Rahayu dan Zaki Iskandar ke Jusuf Kalla. > Secara gamblang, keinginan untuk enempatkan kadernya > sebagai pucuk > pimpinan di kabupaten Tangerang kelas terlihat dari > pernyataannya. > âPencalonan Airin atas perintah saya, bukan > perintah TB. Chaeri > Wardhana, suaminya, atau ratu Atut Chosiyah, yang > keduanya juga kader > Partai Golkarâ. > Besarnya kekuatan di belakang Airin inilah yang > kemudian membuat Airin > yang awalnya âbukan siapa-siapaâ secara > tiba-tiba muncul menjadi > fenomena dalam pilkada Kabupaten Tangerang. Airin, > mantan putri > pariwisata dan notaris tampil setiap hari di harian > lokal dengan > berbagai aktivitas sosialnya. Jika kita perhatikan > secara seksama, > pola pencitraan Airin mirip dengan pola pencitraan > Atut sewaktu > pilkada Banten, termasuk kesan yang hendak dibangun, > religius, > keibuan, berjiwa sosial dan tentu saja cantik > mempesona. Maklum saja, > suami Airin, Chaeri Wardana adalah designer dalam > kemenangan Atut > Chosiyah. > Modal politik yang dimiliki juga besar, uang, > jaringan dan massa > terorganisir sudah tentu dimiliki. Namun yang > menarik adalah gagalnya > Airin dimajukan oleh PPP, padahal Airin adalah ketua > Biro hukum DPW > PPP. Namun Airin mendapat gantinya, ia didukung oleh > PKS. > Jazuli dan PKS > Sejak beberapa bulan lalu, Jazuli Juwaini sudah > mengenalkan diri > kepada khalayak Tangerang dengan spanduknya di > berbagai sudut kota. > Anggota DPR dari fraksi PKS ini sebelum memiliki > pendamping secara > resmi memang sudah bertekad akan bertarung melawan > Ismet Iskandar. > Modal politik PKS terutama terletak pada soliditas > organisasi dan > militansi kader. > Sebagai partai kader, PKS memiliki soliditas yang > terbaik dibandingkan > partai manapun. Sistem sel yang dimiliki digabungkan > dengan prinsip > samiâna wa atoâna membuat partai ini seringkali > membuat kejutan. > Militansi kader juga sulit ditemukan di partai > manapun, kader partai > ini, tua maupun muda dengan ikhlas berjuang > memperjuangkan tujuan dan > target partai. Salah satu metode yang terbukti > sukses adalah direct > selling. Sistem yang diadopsi dari model bisnis > Multi Level Marketing > ini terbukti sukses membuat PKS menjadi partai > terkemuka. > Persoalan yang dimiliki PKS biasanya terletak pada > dana yang cekak. > Maklum pilkada adalah ajang dimana uang memiliki > peran amat penting. > Jangankan untuk melakukan money politics, untuk > membuat kaos, rompi, > stiker atau spanduk jelas butuh miliaran rupiah. > Nah Airin dengan kekuatan keluarga besar Chasan > Sochib memiliki modal > politik ini. > Sinergi PKS â" Keluarga Besar Chasan Sochib > Kekuatan PKS bersinergi dengan kekuatan keluarga > besar Chasan Sochib > tampaknya akan menjadi kekuatan yang dahsyat. > Sinergi yang terjadi > antara kekuatan ini tampaknya memang akan menjadi > batu sandungan > paling keras untuk upaya Ismet melaju memenangkan > pilkada. > Secara angka kasar kita bisa melihat peluang > pasangan ini dengan > melihat hasil pilkada Banten. Atut, kakak Ipar Airin > mendapatkan > 434.468 atau 38,15%. Namun sekali lagi ini angka > kasar karena dalam > pilkada Banten partai-partai besar seperti Partai > Golkar dan PDIP > bergabung mendukung Atut. Tapi kalau kita asumsikan > separuh suara > adalah upaya keluaga besar Chasan Sochib dengan RBB > dan berbagai > jaringan lain, maka angka 19% sudah ditangan. > Angka tambahan yang amat signifikan bisa didapatkan > dari perolehan > suara Zul-Marissa yang mencapai 407.403 atau > 35,77%. Suara ini kecil > kemungkinan berubah karena Zul-marissa hanya > didukung oleh PKS dan PSI > yang juga mendukung Jazuli. Jika dijumlahkan masih > diatas 50%. > Pasangan ini cukup berpotensi memenangkan pilkada. > Namun sekali lagi faktor Ismet sebagai incumbent > yang berpotensi > mendayagunakan sumber daya jabatan termasuk > menjadikan birokrasi > sebagai mesin politik tampaknya tidak bisa diabaikan > begitu saja. > Apalagi dari segi individu harus diakui Ismet adalah > pemimpin yang > cukup populer dan dikenal. > === message truncated ===