PKS : ANTARA IDEALITA DAN REALITA (Tanggapan Atas Tulisan Saudara Anis Fuad) Oleh Najib Hamas Ketua Umum Gema Keadilan dan Fungsionaris DPW PKS Provinsi Banten
Fenomena koalisi Jajuli Juwaini dan Airin Rachmi Diany dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tangerang memang menarik untuk dikaji. Saudara Abdul Hamid (AH) dalam tulisannya di harian ini (26/09/2007) menyebut pasangan ini sebagai koalisi unik. AH menyebut koalisi ini unik bukan karena dukungan dari partai-partai lainnya, melainkan karena Jazuli Juwaini yang diusung oleh PKS berpasangan dengan Airin Rachmi Diany yang merupakan istri dari Tb.Chaeri Wardana yang juga merupakan anak dari Tb.Chasan Sochib. Pernyataan tak jauh berbedapun ditulis oleh Saudara Anis Fuad (AF) di harian ini pula (Senin, 01/10/2007). Dalam tulisannya saudara AF paling tidak menyimpulkan tiga hal tentang PKS. Pertama, PKS saat ini telah lebih realistis dalam berpolitik bahkan terkesan idealisme politiknya mulai kabur. Kedua, AF menyebut bahwa di PKS ada kekuatan “kaum tua” yang tidak mampu ditembus oleh “kaum muda” sehingga segala kebijakan politik yang keluar adalah kebijakan para “orang tua”, sedangkan suara anak mudanya dicuekin. Ketiga, saudara AF menganggap dalam koalisi Jazuli-Airin PKS dianggap hanya berorientasi pada uang semata. Pendapat dari saudara AF ini tentu saja bagian dari kritik yang sangat baik bagi PKS. Dan PKS sangat mengapresiasi segala kritik yang disampaikan. Namun tentu saja banyak disinformasi dan mispersepsi yang perlu diluruskan dalam beberapa pandangan saudara AF. Upaya ini penting dalam rangka mengeliminir disinformasi dan mispersepsi di tingkat publik. Tentu tanggapan ini tidak dalam rangka membela diri an sich. Yang terpenting bagi PKS adalah terbangun sebuah dialog. Hal ini tentu saja sangat baik dalam rangka pendewasaan politik dan juga pencerahan publik. Idealita vs Realita Partai Keadilaan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang digerakan oleh anak-anak muda yang memiliki semangat dan idealisme. Namun sebagian kalangan menyebut kini - termasuk saudara AF- idealisme yang dimiliki PKS mulai kabur. Kemudian muncul stigma PKS sama saja dengan partai lain. Saudara AF mengkritik koalisi Jazuli-Airin sebagai koalisi yang terkesan pragmatis karena menyebut persoalan uang yang menjadi masalah utama PKS. PKS tidak punya uang lalu berkoalisi dengan Airin yang berlimpah uang, begitulah kira-kira pandangan saudara AF. Tentu kesimpulan yang saudara AF sampaikan terkesan menyederhanakan persoalan. Dalam proses pengambilan keputusan – PKS dalam hal ini- uang bukanlah variabel utama meskipun salah satu di antaranya. Dalam konteks pilkada Kabupaten Tangerang PKS hanya ingin menghadirkan kembali semangat pembangunan di Kabupaten Tangerang yang selama dipimpin oleh incumbent terkesan malu-malu dan lambat dalam membangun. Hasil riset internal PKS pun menunjukan bahwa rakyat Kabupaten Tangerang kecewa terhadap pembangunan di Kabupaten Tangerang selama ini. Oleh karenanya di Kabupaten Tangerang butuh dihadirkan pemimpin baru yang akan memberi perubahan. Lantas pertanyaannya, kenapa Jazuli harus berpasangan dengan Airin yang merupakan istri dari Tb.Chaeri Wardana adik kandung Hj. Rt Atut Choisiyah, Gubernur Banten yang merupakan anak kandung dari Tb. Chasan Sochib?. Dalam tulisannya saudara AF menyebut PKS seolah tidak konsisten hanya karena sewaktu pemilihan gubernur menjadi lawan politik Hj. Rt Atut Choisiyah. Tentu saja menarik hubungan antara Pilgub degan Pilbup Kabupaten Tangerang sebagai sesuatu yang kurang tepat. Lagi pula dalam pandangan politiknya, PKS tidak pernah menempatkan siapapun sebagai lawan meskipun sejalan dengan adagium “bahwa dalam politik tidak ada kawan atau lawan yang abadi yang ada hanya kepentingan”. Tentu saja konotasi kepentingan tidak melulu buruk. Partai politik memang untuk merebut kekuasaan namun tentu saja dengan cara yang elegan dan dalam koridor demokrasi. Kemudian bagaimana kekuasaan tersebut dapat didayagunakan untuk melakukan perubahan. Dan kepentingan utama PKS dengan koalisi Jazuli-Airin adalah berkomitmen untuk bersama-sama dengan komponen lain bahu membahu dalam melaksanakan pembangunan di Kabupaten Tangerang. Kembali kepada masalah kenapa harus Airin yang dipilih oleh PKS. Pertama, Airin tentu saja memiliki kecerdasan, karena ia seorang notaris dan merupakan lulusan S2 Ilmu Hukum. Kedua, Airin memiliki popularitas. Meskipun tidak sepopuler Marissa sewaktu menjadi wagub yang didukung oleh PKS, Airin tak jauh berbeda popularitasnya karena sewaktu dulu Airin merupakan seorang model. Dan yang ketiga, Airin memiliki mesin politik. Lewat jaringan keluarga suaminya Airin memiliki mesin politik yang lebih dahsyat ketimbang yang dimiliki partai. Ketiga hal itu tentu sangat dibutuhkan dalam konteks pemenangan pilkada. Tentu PKS ketika mencalonkan seseorang punya target kemenangan. Jadi, orang yang dipilih untuk didukung oleh PKS harus memiliki kriteria yang tadi. Tua-Muda Pertentangan kaum tua-muda dalam partai politik selalu saja ada, tak terkecuali di PKS. Namun tentu saja pandangan saudara AF dalam tulisannya yang menyebut PKS dikuasai oleh kaum tua perlu diuji kebenarannya. Memang benar kelompok anak mudanya masih menjadi second opinion didalam partai ini karena memang wadah aktualisasi peran politik pemuda masih tergolong baru. Organisasi Pemuda Partai Keadilan Sejahtera adalah Gema Keadilan yang dahulu bernama Garda Keadilan. Tentu saja Gema Keadilan ini memiliki tugas kedepan bagaimana menjadi jembatan kelompok muda PKS untuk memberikan sumbang saran dan kontribusi yang riil terhadap PKS. Perbedaan pandangan di dalam tubuh kader PKS adalah sesuatu yang biasa. Hanya memang dalam pengambilan keputusan, orang yang disebut kalangan tualah yang berhak melakukannya. Karena mereka yang kini berada pada basis kebijakan. Namun bukan berarti keputusan yang lahir mengabaikan suara kader-kader muda. Semua melalui proses yang panjang untuk mengambil sebuah keputusan. Doktrin sami'na wato'na yang dikritik oleh saudara AF tidaklah buruk. Bagi keyakinan kader PKS, kalau suatu keputusan sudah diambil maka sami'na wato'na menjadi wajib. Dan hal ini tidak menjadi masalah bagi kader-kader muda PKS. Namun yg mesti dimaksimalkan oleh kaum mudanya adalah bagaimana memaksimalkan kebebasan berkreasi dan ruang aktualisasi politik yang luas yang sebenarnya telah dibuka kran tersebut bagi kader muda PKS. Dan juga aktif memberikan sumbang saran sebelum sebuah keputusan diambil. Dalam konteks pilkada misalnya kaum mudanya berhak juga mencari figur yang tepat untuk ditempatkan sebagai kepala daerah dan menyodorkannya kepada struktur partai. Langkah-langkah seperta inilah yang selayaknya dimaksimalkan oleh kelompok muda PKS. Kalaupun ada opini perbedaan pandangan dalam setiap masalah bukan berarti kepentingan anak muda tidak terakomodir. Bahkan, fungsionaris DPW PKS banyak diisi oleh anak-anak muda yang memiliki semangat dan idealisme, yang juga menjadi pemikir bahkan “pembisik” agenda-agenda sosial politik DPW PKS Banten. Penutup Mungkin saja langkah koalisi yang diambil oleh PKS dalam pemilihan bupati dan wakil bupati Tangerang bisa salah, namun juga bisa jadi benar. Meskipun dianggap kontroversial tapi the show must go on. Pasangan Jazuli-Airin resmi bersanding. Pasangan Jazuli-Airin sudah final bagi PKS. Kader-kader PKS dan jaringan Airin telah bahu membahu untuk memenangkan. Hasil apapun yang diperoleh PKS semoga bisa menjadi pelajaran yang berharga dalam berdemokrasi khususnya diinternal PKS. wallahu'alam.*** Sumber : Radar Banten Baca juga : www.airinrdw.multiply.com www.jazuli-airin.com www.pks-banten.or.id www.pks-kabtangerang.or.id --------------------------------- Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers