maap mo nyelonong jawab dikit:

bagusnya kalo tanya hal itu sama orang ahmadiyah
sendiri.
sepengetahuanku, di Ahmadiyah ada dua kelompok, yang
satu membenarkan bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi
penutup. kelompok yang kedua mengakui adanya Nabi
setelah Nabi muhammad, namun derajatnya dibawah Nabi
Muhammad. (maap itu garis besarnya, detai dan
persissnya saya tidak tahu.)

dari 12 (ga salah kan?) point kesanggupan JAI, masalah
keNabian yang mengganjal. namun itu pun tidak dapat
dipukul rata semua jamaan JAI salah, karena ya itu
tadii diatas. (nama kelompoknya saya juga lupa) 
salahnya memang tidak ada dialog yang sangat terbuka,
detai, tidak emosional dan dewasa dari para alim
ulama. sangat disayangkan lagi MUI selalu berdalih,
dialog sudah selesai. yang saya pahami, adalah
penilaian MUI terhadap Ahmadiyah yang sudah selesai,
tanpa adanya dialog terlebih dahulu diantara mereka.

namun, indonesia kan negara hukum. bukan negara agama.
jadi lakukan penyampaian pendapat dan kehendak sesuai
dengan hukum.. ini juga sangat penting.
intinya bersikap dewasa lah, jangan kekanak-kanakan.
supaya masalah yang ada tidak meluas dan bisa
dikrucutkan, dan kemudian mudah2an bisa menemukan
solusinya.

tah kitu ti sim kuring..
 
--- Setiadji Achmad <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Bung Sudrajat Yang Tercinta....
> begini bung saya hanya ingin tahu alsan bung
> mengenai ketidaksetujuan pembubaran
> Ahmadiyah,maksudnya mungkin bang sudra punya
> pengetahuan lebih tentang hal ini,jadi saya juga
> berharap bang sudra bisa share di mailing list
> ini,karena jujur saja saya sendiri tidak banyak tahu
> tentang JAI.
> Kemungkina setelah bang sudra menerangkan (kita
> semua jadi paham), la wong yang bertikai saja tidak
> secara tuntas berdialog,jadi pada akhirnya opini
> menjadi bebas berkembang dan membedakan cara pandang
> wass
> -Adjie-
> 
> 
> 
> ----- Original Message ----
> From: a.suryana sudrajat <[EMAIL PROTECTED]>
> To: WongBanten@yahoogroups.com
> Sent: Saturday, June 14, 2008 6:38:44 PM
> Subject: Re: [WongBanten] Pelajaran “Berharga”
> Peristiwa Monas
> 
> 
> akidah itu apa sih? terus akidah yang murni itu
> seperti apa? apakah seseorang atau sekelompok orang
> bisa mengklaim pihaknya lebih murni dari yang lain,
> dan dalam rangka menjaga kemurnian itu harus
> membasmi pihak yang dianggap tidak murni? siapa pun
> yang pernah belajar teologi islam segera menyadari
> bahwa yang namanya sistem kepercayaan atau akidah
> merupakan hasil perumusan para ulama, entah itu
> al-asy'ari, al-maturidi, ulama-ulama mu'tazilah
> dst.....cobalah melihat agama dari dimensi lain,
> misalnya sufistik. jadi kalau ada  orang ngamuk,
> memukuli orang -- dan itu atas nama menjaga
> kemurnian akidah -- apa bedanya dengan tindakan
> premanisme. saya tidak tertarik dengan teori
> konspirasi.. .....  kapan dewasanya kita kalau
> belum apa-apa sudah curiga, berburuk sangka, apalagi
> merendahkan dengan menyerang yang sifatnya
> pribadi. 
> 
> --- On Fri, 6/13/08, dian agusdiana
> <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:
> 
> From: dian agusdiana <[EMAIL PROTECTED] com>
> Subject: Re: [WongBanten] Pelajaran “Berharga”
> Peristiwa Monas
> To: [EMAIL PROTECTED] ups.com
> Date: Friday, June 13, 2008, 10:45 PM
> 
> 
> namabahin pelajaran berharga dari tragedi monas ahh:
> 
> "makanya jangan main pukul, main gebuk hingga bikin
> babak belur. akibatnya nilai yang dianggap benar dan
> ingin diperjuangkan jadi gampang dipatahkan."
> 
> lakukan perjuangan dengan cantik, dengan jalan yg
> benar...
> 
> --- Risyaf Ristiawan <barakatak_jol_ [EMAIL PROTECTED]
> com>
> wrote:
> 
> > Memang aneh, setiap ada gerakan amar makruf nahi
> > mungkar dan dakwah pemurnian aqidah dimusuhi,
> > dicemooh dan dicap sebagai kelompok yang jumud dan
> > terbelakang.
> > Beginilah akhir zaman sebagaimana banyak dilansir
> > dari hadits dari berbagai riwayat, salah satunya
> > adalah timbulnya FITNAH.
> > Fitnah yang menimbulkan kerancuan faham itu telah
> > berlangsung lama dan sudah mendunia, sehingga para
> > pembaharu yang pada hakekatnya adalah NYELENEH
> > alias aneh, bila dilihat dari kacamata
> Al-Qur’an
> > dan As-Sunnah, telah ditempatkan pada posisi yang
> > seolah-olah mereka itu adalah Mujaddid
> (PEMBAHARU),
> > setarap dengan Mujtahid. 
> > Kriminalitas di jajaran keilmuan seperti ini tidak
> > langsung bisa dihadang begitu saja, dan tak mudah
> > diinterupsi. Mereka jalan terus dari waktu ke
> waktu
> > secara sistematis kelembagaan, berkait
> berkelindan.
> > Itu masih ditambahi dengan dukungan dan dekengan
> > pemerintah lewat lembaga-lembaga lain, swasta yang
> > mengadakan kerjasama entah itu penelitian atau
> > pembelajaran dan sebagainya. Masih pula disebarkan
> > lewat pencetakan buku-buku, penulisan karya-karya
> > ilmiah, seminar, dan disebarkan lewat media-media
> > massa, baik cetak maupun elektronik. 
> >     
> > FPI yang merupakan salah satu kaum revivalis,
> > pemurni agama, dan pemegang teguh ajaran Islam
> yang
> > punya ghirah Islamiyah mau mencegatnya, ketika
> > kriminalitas telah menyusup secara sistematis di
> > tengah kehidupan masyarakat Islam dan dunia
> > keilmuan, pendidikan, dan struktur pemerintahan/
> > kelembagaan bahkan media massa?  Spontanitas
> > tindakannya mendapat kecaman dari berbagai pihak,
> > bahkan media massa pun memblowup tindakan FPI
> ibarat
> > monster yang menakutkan.
> > Padahal kalau kita mau jujur tindakan kriminalitas
> > yang sesungguhnya adalah kriminalitas pemutar
> > balikan fakta, mempelintir penafsiran nash (al
> > Qur'an & al Hadits). Hal ini tidak boleh
> dibiarkan.
> > Itu hukum di manapun dalam percaturan hidup ini.
> > Dalam hal ini, bukan karena para tokoh yang punya
> > pemikiran aneh itu sejak semula sosok orangnya
> > merupakan musuh.. Bukan. Tetapi karena
> pemikirannya
> > yang dianggap berbahaya bagi kemurnian Islam, maka
> > harus diambil tindakan. Dan masalahnya sudah
> menjadi
> > dua: 
> > 1). pelontaran pemikiran yang tidak sesuai dengan
> > Islam. 
> > 2).para pelontarnya justru diposisikan sebagai
> > pembaharu, yang dalam Islam disebut mujaddid,  
> > Jadi pencetus penyeleweng yang seharusnya dihukum,
> > malah diposisikan sebagai orang terhormat, yaitu
> > dianggap sebagai mujaddid/ pembaharu. Ini berarti
> > sudah memutar balikkan perkara, yaitu penyeleweng
> > ajaran Islam justru didudukkan sebagai pejuang dan
> > pemikir Islam. Inilah kriminalitas yang cukup
> > berbahaya, maka harus dilawan!!!!
> >  
> > ----- Original Message ----
> > From: Fuad Hasyim <fhasyimsanusi@ yahoo.co. id>
> > To: milis wongbanten <[EMAIL PROTECTED] ups.com>
> > Sent: Friday, June 13, 2008 1:03:16 PM
> > Subject: [WongBanten] Pelajaran “Berharga”
> > Peristiwa Monas
> > 
> > 
> > Ada komentar tentang analisis berikut ini..
> >  
> > Pelajaran “Berharga” Peristiwa Monas [2]
> >  
> > Oleh: Fahmi Amhar * 
> >  
> > Prolog:
> > Ketidakadilan media massa, provokasi kalangan
> > liberal yang diback-up TV dan “adu-domba”
> antar
> > ormas Islam membuat umat Islam “tak berdaya”
> > dalam kasus Monas. Untungnya, kalangan Muslim
> cepat
> > sadar. Sebuah pelajaran yang sangat berharga! 
> >  
> > Ahmadiyah Akar Persoalan
> > Untungnya, umat Islam segera cepat sadar. Ketika
> > provokasi “adu-domba” umat ini berlangsung
> > massif dengan difasilitasi media massa dan TV,
> > ormas-ormas Islam mengembalikan persoalan yang
> > sesungguhnya. Ketua MUI, KH. Cholil Ridwan
> > mengatakan, insiden Monas Ahad, (1/6), lalu cuma
> > “asap”. Untuk menghilangkan asap tersebut,
> maka
> > apinya harus dipadamkan. Yang dimaksud “api”,
> > kata KH. Cholil adalah, segala tindak kekerasan
> > terhadap akidah umat Islam serta penodaan terhadap
> > Al-Quran. 
> > Setelah di beberapa tempat kelompok-kelompok
> > organisasi “onderbow” NU melakukan pembalasan,
> > tiba-tiba ormas Islam, seperti; Majelis Ulama
> > Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU),
> Muhammadiyah,
> > Persis, Garda Bangsa, Pemuda Anshor, Pergerakan
> > Mahasiswa (PMII), Forum Umat Islam (FUI), Badan
> > Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia
> (BKPRMI),
> > Tim Pengacara Muslim TPM), Front Pembela Islam
> > (FPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Persatuan
> Umat
> > Islam (PUI), dan Keluarga Muslim se-kota Bogor
> > melakukan “Ikrar”. Di Balaikota Bogor, Jabar,
> > mereka membuat "Ikrar Ukhuwah", guna menjaga
> situasi
> > Kota Bogor tetap kondusif. Di beberapa tempat juga
> > dilakukan hal sama. Termasuk di Jabar dan di
> > Kalimantan. Ketua PBNU, KH. Hasyim Muzadi
> > menyatakan, “Sebenarnya, masalah Ahmadiyah ini
> > bukan masalah kebebasan beragama dan berkeyakinan,
> > tetapi masalah penodaan agama tertentu, dalam hal
> > ini adalah Islam.” Beliau juga menyesalkan sikap
> > Pemerintah yang tidak tegas terhadap
> > persoalan Ahmadiyah. (Republika.co. id, 3/6/2008).
> > Rois Syuriah PWNU Jawa Timur, KH Miftahul Akhyar,
> > juga menyatakan insiden Monas membuktikan SKB
> > Ahmadiyah mendesak dikeluarkan (RCTI, 3/6/2008). 
> >  
> > Islam sebagai Sasaran
> 
=== message truncated ===



      

Kirim email ke