hegemoni jawara? betulkah perjawaraan masih ada? Jawara tradisional mungkin 
sudah punah, yang ada jawara modern. 
Dulu jawara tidak kenal urusan bisnis, sekarang jawara pandai bisnis bahkan 
masuk jajaran birokrat.

Tulisan yang sangat menggelitik. Mari kita baca buku dengan membaca buku kita 
tidak akan berani korupsi. Pak Gong, biasanya koruptor itu rajin membaca.
Adalagi tulisan yang menggelitik. Orang Banten sukses di perantauan, balik 
kampung bukan transfer dana atau transfer ilmu pengetahuan atau teknologi buat 
bantu orang gak mampu melainkan gabung untuk jadi politisi, pengen jadi Bupati 
atau Gubernur. Kalau menang syukur.....kalau gak menang ya...kabur lagi dari 
Banten...... sontoloyo !!

PENGUKUHAN GELAR SAJA TIDAK CUKUP!!! Banyak orang di kampungku, ketika berhasil 
menyelesaikan pendidikan doktoralnya, semua isi kampung diundang, dari tukang 
ojek sampai pedagang sayuran di pasar untuk hadir di rumahnya. Apakah untuk 
acara transfer ilmu pengetahuan atau memberikan petuah ilmu yang bermanfaat 
bagi masyarakat? Tidak !! Ya cuman ngundang makan doang dengan isi cerita 
mengisahkan keberhasilannya dalam pendidikan. sebetulnya adalah pormulasi pamer 
dengan dibungkus silaturahmi.

Kalau tabiat keberhasilan dibidang pendidikan cuman jadi ajang gengsi-gengsian 
dan elit-elitan, terus terang saya selaku warga Banten tidak membutuhkan model 
macam ini. Jika ada warga Banten berhasil dalam pendidikan tingkat tinggi, dan 
mempunyai keinginan atau komitmen kuat dalam dirinya mau mendedikasikan dan 
mengabdikan demi kemajuan Banten, gak perlu jadi REKTOR UNTIRTA atau musti jadi 
GUBERNUR atau BUPATI. Cukup contoh kecil apa yang dilakukan oleh Sdr. Heri 
Golagong dengan rumah dunianya.




  




----- Pesan Asli ----
Dari: gongmedia cakrawala <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: wong banten <wongbanten@yahoogroups.com>
Cc: gongsinema khusus sinemart <[EMAIL PROTECTED]>
Terkirim: Selasa, 2 September, 2008 06:23:53
Topik: [WongBanten] Pengukuhan gelar saja tidak cukup!


saat saya membaca email-enal dari miliser, bergetar hati saya.
hidup ternyata terus bergulir kencang. orang-orang berlarian... .
sementara saya ibarat katak dalam tempurung sejak sakit....

Alhamdulillah, saya mengucap syukur, bahwa makin banyak wong Banten yang 
menempati posisi strategis dan mampu meraih prdikat terbaik di ilmu 
pengetahuan. Prof. Ibnu, Komunikasi politik, subhanallah, ilmu yang sedang 
gencar diburu-buru orang. Allahu Akbar. Semoga Prof. Ibnu kuat dan sabar 
mengemban amanah ini. Sederet nama lain yang juga muda; DR. Ahmad Muclis 
Yusuf, U. yaefudin Noer (direktur bank Muamalat)

Banten butuh orang seperti Prof. Ibnu Hamd. Saya pernuh ketemu Ibnu.Saya kaget 
ketika tahu - saat itu - Ibunu sudah Doktor, sedangkan saya masih LC (lulusan 
Ciloang - hehehehe...) Masya Allah, semuda itu sudah Doktor! Saya pernah 
memprovokosasi dia di diskusi Radar Banten.

sayang, intelektual lain di Banten tidk terprovokasi. Saat itu saya 
memprovokasi, bahwa (sudalah...) BANTEN BUTUH PMEIMPIN MUDA DARI KALANGAN 
JAWARA. Dua nama saya sodorkan; Iman Riyadi (anak jawara Aat Syafaat) dan deden 
aprindy (anak jawara Maman  Rizal). Sebetulnya, jika direnungkan isi tulisan 
saya itu atau saat saya memaparkannya. .., ada rasa "putus asa".....

Saya mencoba mengajukan kriteria; misalnya anak jawara itu harus kebal jika 
dibacok, punya perpustakaan pribadi, bisa beragam bahasa asing, spiritulnya 
tinggi. Sempat "panas" di ruang disksi waktu itu.Tesis saya itu "dimentahkan" 
Ibnu sebagai elitis. Kata Ibnu, anak muda yang bukan dari ayah seorang jawra 
juga harus diberi kesempatan untuk memimpin Banten. Itu dia yang saya mau. 

Sayangnya, ketika tulisan itu diuat Banten Raya Post, tidak menimbulkan polemik 
(pro-kontra) .Malah banyak bermunculan penulis yang mengamini tesis saya itu 
sambil membikin daftar nama baru. Malah terkesan mereka seperti sedang menjlat. 
Saya jadi tidak beminat menimpali tulisan2 itu. Inginnya saya sih, tulisan2 itu 
menyerang saya, menyudutkan saya sebagai orang yang tidak demokratis. Hmm... 
tak ada antitesis...  

Saya bilang ke Toto sT Radik, belum nyampe mereka dengan apa yang saya mau... 
dengan apa yang tersembunyi di dalam tulisan itu.  hehehe.. nyombong... Polemik 
yang saya saya butuhkan.. nanti menjurus ke perlawanan. Ada revolusi pemikiran. 
Agitasi saya tidak berhasil. Tadinya saya berharap ada antitesis dari Ibnu 
waktu itu, yang dituangkan lewat tulisan dan dimuat di koran lokal. Tapi, 
mungkin luput dari perhatian, karena Ibnu harus kembali ke Depok yang semrawut 
lalu-lintasnya, heheheh.....  

Saya merenung di rumah. Metode yang saya pakai dalam tulisan saya itu ternyata 
salah. cenderung jadi boomerang. Mungkin tulisan saya tidak verbal. Mialnya, 
ketika saya mengajukan kriteria "harus kebal jikadibacok" , sebetulnya ini 
adalah sindiran ke budaya kekerasan yang kerap terjadi di Banten, di seluruh 
lini. Dan kenapa juga saya mengajukan sayarat "harus punya perpustakaan 
pribadi", karena ini juga masalah klasik di Banten, dimana msih banyak para 
intelektual (muanak jawara atau tidak) rabun baca...

Harusnya saya langsung to the point saja, jangan bersembunyi. Pertanyaannya, 
kenapa saya tidak menulis "DICARI PEMIMPIN MUDA DI BANTEN YANG 
BERANI MENGHANCURKAN HEGEMONI JAWARA"? Tentu saya tidak berani. Enak di elu, 
gak enak di gue. Kalo ana kena teror, antu kan santai-santai aja... hehehe.... 
Seperti saya pernah baca di milis ini, bagaimana Boyke "protes", kenapa miliser 
wongbanten beraninya nulis doang? Boyke mneceritakan, bahwa dirinya pernah 
melkukan hal yang heroik, head to head denan jawara. Bahkan golok sudah di 
depan mata (nempel di leher ya?).... Saya tidak seberani Boyke. Belum kebal 
jika dibacok....

Lihatlah pilkadal kota Serang sekarang. Saya jadi apatis dan saya tidak 
berminat menuisnya. Saya takut, jujur saja. Apalagi dengan kondisi phisik yang 
tida sefit sekarang. Akhirnya, ya sudahlah.... hidup masing-masing saja. Saya 
kembali bersama teman-teman beraktivitas di Rumah Dunia. Investasi janka 
panjang di RD kan mencba membangun peradaban baru; membentuk dan menciptakan 
generasi baru di Banten lewta jurnalistik, sastra, teater, rupa, dan film.

Nah, untuk Prof muda dari Pandeglang ini, hidup memang pilihan.
jika hanya ingin transfer ilmu dan - mohon maaf - berdomisili mapan di Jakarta, 
ya sudah.. di Depok saja. tapi, jika ingin membawa Banten kepada perubahan yang 
nyata (seperti orasinya Dr. Ahmad Muclis Yusuf di Rumah Dunia), saran saya... 
ambil keputusan yang revolusioner. untuk Banten tidak cukup hanya berjung di 
Jakarta tau di wilayah di luar Banten. Di Banten sudah banyak orang-orang 
pinter, tapi kita perlu istiqomah dan berkomitmen untuk melakukan gerakan nyata 
dalam hal mempengaruhi pikiran.

Orang cenderun hanya bilang, "Berantas korupsi!". Padahal mungkin ada cara lain 
yang lebih baik. Misalnya, "Mari Membaca Buku, karena dengan Membaca, kita 
tidak akan berani korupsi". Jika gerakan itu terus mnerus ditanamkn di 
anak-anak Banten, insua Allah.... Saynnya, Rumah Dunia tidak punya modal besar 
untuk melakukan itu....

Jika Prof. Ibnu mau berimprovisasi dalam hidup, saran saya, alokasikan waktu 5 
tahun saja. Pulan ke Banten. Domisili. Pilih 1 tmpat. Bikin sebuah sarang 
tempat berkumpulnya gerombolan intelektual. Bikin gerakan nyata, terus menerus, 
konsisten, dan kontinyu... Jangan ada waku terbuang sedetik pun untuk 
mempengaruhi cara beroikir orang-orang di Banten, bahwa sekarang adalah era 
baru di Banten. Kita harus sama-sama bertekad MEMBAWA BANTEN KE ERA BARU. Mari 
kita mengembalikan KEJAYAAN BANEN MASA LALU dengan berdomisili di Banhten.

Sarang atau markas itu perlu. Pof Ibnu harus berani mendeklarasikan dirinya 
sebagai figur sentral. Seua harus dimulai dari Pro. Ibnu sendiri. Jangan 
tergiur dengan sesuatu yang sudah mapan. Ilmu Pengetahuan yang Prof. Ibnu 
miliki sudah jadi modal hebat, gelar Prof ini bukan HC. Jadi, semua akan segan. 
himpun kekuatan. Insya Allah, para intelektual di Banten akan berdatangan ke 
sarang yang Prof. Ibnu bangun. Sarang esperti Untirta atau gedung Pendopo di 
Pandeglang bahkan di Curug terlalu sempit untuk bisa menampung atau mngembngkan 
gagasan yang dimiliki Prof. Ibnu. Saya meyakni, Prof. Ibnu punya kapasitas, 
koneksivitas, dan "K", "K" lainya. Relasi Anda bejibun.  

saya membayangkan, Prof. Ibnu pulang ke Banten memakai kereta Tanah-Abang ke 
Merak. Dia tinggalkan kemapanan dan kemegahan Depok. Dia tentu sudah 
mendapatkan restu dari istri, anak-anak, dan keluarganya. Dia menenteng ransel. 
Di dalam ransel itu isinya duit milyaran. Duit itu hasil saweran dari wong 
Banten yang ada di luar Banten. Lalu Prof. Ibnu membeli sebidang tanah. Di atas 
tanah itu, bismillah...  akan berdiri sebuah LUMBUNG BANTEN.... Lembaga atau 
what everlah, sesuatu yang digerakkan oleh Prof. Ibnu secara terus menerus 
untuk membawa Banten ke ERA EMAS... Dan saya, insya Allah, akan mendaftar 
sebagai relawannya. Saya yakin, Bung Halim HD juga akan pulang ke Banten, ye... 
Jangan kayak kebanyakan wongbanten yang sukses di luar Banten, cenderung "hit 
and run" saja. Saat pilkadal pulang denan motto "MARI MEMBANGUN BANTEN". 
Setelah kalah, memilih kabur lagi dan mapan diluar Banten sambil menyalahkan 
wongbanten yang anti perubahan.

Sebeulnya wongbanten itu butuh perubahan. Hanya siapa wongbanten yang punya 
kapasitas untk melakukan itu?  

Berani, Prof. Ibnu?
Buat miliser wongbanten, pengukuhan gelar saja tidak cukup.

tetap semangat
mohon maaf jika ada salah kata.
selamat berpuasa.
sremoga Allah memudahkan segala urusan kita.
I love Banten! 
www.golagong. com
*) ps: kalau pusing cari tmpat, Rumah Dunia bisa dimanfaatkan.
Lumayan juga, bberapa relawan bisa nebeng gratis buka puasa, heheheh...


 
 


      
___________________________________________________________________________
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke