BANTEN BERGEGAS MAJU!!!

 

Sore tadi saya baru saja datang dari Kepolisian Daerah
Banten (Polda) Banten. Mengunjungi seorang Kepala Bagian yang berminat memasang
video klip yang dia produseri. Bersama kawan-kawannya, Pak Komandan, saya
memanggilnya telah membuat kelompok musik yang digarap dengan serius. Saat ia
presentasi saya langsung kepincut dengan band yang dia gawangi ini. Ia menjadi
aktor disana. Dan dia rela mengeluarkan investasi untuk keberhasilan
bandnya.  “Di Pandeglang sudah laku. Itu
pun belum di publikasikan,” ungkapnya. 
Sebenarnya ia ingin sekali roadshow tapi saja kepontak dana. “Susah
sponsornya. Apalagi band yang masih belum punya nama. Apalagi sponsor disini
(Banten-red),” ungkapnya. 

 

Potret Tak Peduli

 

Saya merasa keluhan Pak Komandan ini adalah keluhan saya
juga. Sebagai orang yang ingin intens di dunia kreatif terutama jurnalistik
dan  film  saya terus mengasah kreativitas saya. Misalnya bersama
kawan-kawan di Rumah Dunia (RD), dan Kang Jaya saya menggelar workshop film
dokumenter pada awal 2006. Saya bersama kang Jaya/ Lawang Bagja  mengundang 
beberapa pelajar, mahasiswa dan
umum untuk ikut serta pada acara ini. Kami mengklaim saat itu adalah workshop
yang pertama kali di Banten (mungkin minus Tangerang) setahu kami baru kali itu
di Banten menggelar pelatihan 
film.  Namun sayang sokongan dari
sponsor  nyaris tak ada. Pemerintah dari
Dinas Pendidikan Banten hanya bilang bagus. Sementara dari dunia usaha, tak ada
yang merespon. Perusahaan Krakatau Steel yang besar itu tak mau memberikan 
CSR-nya
kepada kegiatan kreatif begitu. Mungkin kami tak pandai merayunya.. he..he..

 

Padahal dari pelatihan itu 
alhamdulillah kami berhasil menggaet kawan-kawan yang sekarang eksis di
beberapa  komunitas filmmaker.
Antaralain Scente 10 (Dulu kita sepakat menunjuk Risan Syahda Aulia,
mahasiswa  komunikasi sebagi ketuanya).
Saya dengar Ican sekarang membuat komunitas film lagi di kampusnya. Saya merasa
senang sekali ada banyak komunitas kreatif disini. Sebelumnya saya dan alumni
MetroTV yang sekarang menjadi dosen; Yoki Yusanto juga membuat komunitas
Srangeng. 

 

Selain Ican ada juga Yayan Hardiyanto, kawan saya juga di
Komunikasi Untirta. Yang menarik Yayan awalnya susah untuk diajak workshop
namun saat ini  ia sudah enjoy dengan
usaha video shooting yang digarapnya. Ia memiliki camera MD-10000 yang juga
sering kami sewa. Selain Yayan ada pula Nurfitri Dulhadi. Kang Ipit sekarang
bareng bersama saya di BantenTV menjadi reporter dan kameraman.  Selain yang 
saya sebutkan masih banyak lagi
kawan yang tidak sempat saya identifikasi. Seperti Di Rangkasbitung dan
Cilegon. 

 

Tidak bisa disangkal persinggungan saya dengan dunia
kreatif; film dan jurnalistik tidak terlepas kiprah saya bersinggungan dengan
Rumah Dunia (RD). Di sini  Gola Gong
(GG) pendiri RD yang berkompeten dalam bidang itu merangsang kami untuk  bisa 
mewarnai Banten dengan potensi yang
kami miliki yakni jurnalistik, film dan sastra. 

 

Selain saya, masih banyak lagi kawan-kawan yang saya rasa
lahir diawali dari persinggungan mereka di RD. Intinya RD bisa menggembleng SDM
Banten dengan kompetensinya (Sastra, Jurnalistik dan Film). 

 

Namun seperti keluhan Sang Komandan di atas. Saya melihat
kepedulian terhadap sokongan menciptakan SDM-SDM yang berkompeten dan
menciptakan dunia kreativitas nyaris tak ada. Baik dari pemerintah maupun
swasta. Mungkin penilaian saya parsial. Mohon maaf jika saya salah. Sejauh yang
saya ikuti pemerintah  lebih asyik
mengatur dirinya sambil membuat APBD yang gegabah dan tidak efektif.  Pun 
dengan kondisi swasta di Banten.
Beberapa tesis mengatakan bahwa ini diakibatkan oleh faktor di luar pemerintah
yang mengendalikan pemerintah. Jawara?? 
Buktinya?? 

 

Mari Berubah

 

Rekan-rekan sehabis buka shaum, magrib tadi saya bersama tim
produksi dan news di BantenTv menggelar rapat redaki. Kebetulan datang Miing
Bagito, orang Rangkasbitung yang sukses jadi artis dan kini akan melaju ke
kursi DPR RI dengan perahu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Miing
menghambur bersama kami di ruang redaksi. Tanpa tedeng aling-aling mendorong 
keberadaan
BantenTV sebagai Tv Lokal. 

 

Yang menarik adalah ia dengan gagah bercerita tentang
kiprahnya selama tiga bulan membantu warga Banten Selatan (Lebak dan
Pandeglang).  Ia mengkritisi banyak
persoalan di Banten. Dari mulai kemiskinan, pendidikan dan kesehatan. Juga
lambang Asmaul Husna di Jalan Protokol Kota Serang yang hanya menjadi pajangan.
Ia juga menyebut dirinya adalah orang yang menolak pembangunan Mall Serang.
(Padahal sejauh yang saya ikuti, Miing tak pernah menyuarakan penolakan Mall
Serang); Mungkin bisa di cek ke Mas Gong dan kawan-kawan yang tergabung dalam
AWAK!!!; organisasi yang mewadahi penolakan atas Mall Serang. Mohon maaf jika
saya salah.

 

Dulu-dulur, Kang 
Miing menyebut Banten belum memiliki identitas (Ia menanyakan lagu
daerah Banten, Makanan Khas Banten) itu yang saya ingat.  Karena itulah  ia 
mengaku terpanggil datang ke Banten untuk membangun. Ia
menunjukkan dokumentasi dalam bentuk DVD berdurasi sekitar 20 menit yang berisi
kiprahnya membantu aneka macam persoalan masyarakat di daerah Banten Selatan.
Bahkan Kang Miing sudah membuat Miing Fellowship yang memberikan  beasiswa 
kepada masyarakat yang tidak mampu.
Kang Miing sadar bahwa Banten minim SDM dan tertinggal. Dan ia menyebut salah
satu nama anak Abah Chasan sebagai biang kerok dan menumpuk harta Wong Banten.
Tentu saja sebagai anak muda Banten saya mengapresiasi hasil kerja Kang Miing.
Semangat yang ditularkan Kang Miing untuk membantu harus dijadikan cermin.
Apalagi ia memakai kalimat indah. Berbakti Untuk Banten Yang Lebih Baik.  Tapi 
satu hal yang mengganjal  hati saya. Mengapa baru saat ini bergerak.
Saat hendak mencalonkan anggota DPR-RI?

 

Semoga Kang Miing rela menjawab??

 

Eksistensi WB

 

Usai diskusi dengan Kang Miing saya terlempar pada Ririungan
dan buka bersama milis Wong Banten Sabtu kemarin. Terus terang, kamari eta
bener-bener ngeriung. Tidak ada nuansa elitis. Para anggota milis yang hadir
tampak tidak malu-malu mencocol bala-bala, 
melahap sawo dan mecabak ketan bintul. He…he…

 

Saya menyaksikan kang Muqoddas yang kesasar ke Cilowong
lahap makan sate bandeng. Kang Humaedi Hasan berkeringat makan ikan asin
bersama Kang Ali Nurdin. Begitupun Kang Fuad Hasyim, Kang Setiadji dan Edi
Hudiata. Mereka songkol melahap sambel.. He..he.. Kang Halim HD pasti kabita..

 

Saya yakin makan ngampar daon dengan menu kemarin adalah hal
yang sudah  jarang kita lakukan.
Dan  menurut saya ririungan kemarin
adalah sederhana dengan orang-orang 
bagi orang yang memiliki kapasitas yang tidak sembarangan. Sekedar
mengabsen ririungan kemarin ada Kang GG (pendiri RD), Kang Ali Nurdin (orok
menes/politisi dan dekan), Humaedi Hasan (pengusaha), Fuad Hasyim
(insinyurperminyakan), Muqoddas (Insinyur Tata ruang), Setiadji (pengusaha),
Kang Uus (birokrat), Hakim (politisi), Yucca (guide wisata), Ibnu Adam Aviciena
(dosen), Edi Hudiata (Alumni Mesir/Depag Banten). Kang Miftah (pegawai) kang
Ana (pulukis) A Uji (Pemred Baraya Post, tapi balik). Saya sendiri dan
kawan-kawan relawan RD. Selain mereka ada kawan yang  ingin hadir tapi tak 
sempat dan memberikan konfirmasi yakni Iif
(moderator), Kang Rizaldi (pengusaha) dan Deden BKPMD

 

Dari ririungan kemarin saya melihat seperti halnnya wacana
yang ada ada dimilis ini. Memiliki hasrat untuk berubah (bahasan pak Yoyo).
Terutama lepas dari hegemoni yang menamakan jawara tapi berprilaku jiga
penjahat.  Namun dulur-dulur sepertinya
masih meraba bentuknya seperti apa perubahan itu akan diwujudkan. Kang Gege,
Kang Hasyim, Kang Ali Nurdin dan Kang Humaedi Hasan, dan seluruh kawan-kawan
yang hadir saat itu sepakat untuk membuat forum yang mewadahi dulur-dulur
sedanten di milis Wong-Banten  untuk
bergerak nyata. Tidak hanya nobrol di milis tanpa ada bukti dan hanya
mengkrtisi. Kami yang hadir sepakat untuk membuat wadah sebagai tempat
kaderisasi. “Saha wae nu arek maju memimpin Banten kudu di gembleng hela di 
forum
eta,” begitu kata Kang GG dan Kang Humaedi juga di amini kawan-kawan. “Untuk
mencari pemimpin masa depan,” tegas Kang Ali Nurdin. 

 

Kami sepakat bahwa wadah itu adalah Wong Banten. Insyallah
dulur-dulur yang hadir tentu saja dibantu dengan dulur-dulur  Banten yang ada 
dimana saja untuk menggelar
deklarasi dan menggandeng setiap komunitas mana saja yang memiliki pemahaman
yang sama. BANTEN  BERGEGAS MAJU (itu
kata dari saya)… he..he..

 

Kami Panitia Mengucapkan Terimakasih Kepada

 

Para Donatur, Kang Muqoddas atas rekeningnya, Kang
Setiadji/Kang Uus atas sawonya,  

Kang Edi atas Ketan Bintulna. Kawan-kawan RD, kang GG dan Te
Tias, Kang Rizaldi  atas barang-barag
bukaan. Sirop sisana loba kang. Jeng relawan. Bu Ilah atas nasi angetnya dan
sambel lekoh.. he…he..
Btw, Video kemarin sudah ada di You Tobe
Foto-foto akan saya share di  FS saya..

NuhunKetuplak RiriunganAji Setiakarya081808037115www.setiakarya.wordpress.com





      

Kirim email ke