Udin dan Mimpi Ke Italia Kira-kira jam sembilan, Senin (22/9) malam tadi saya balik dari kantor. Rasa pegal dari kantor saya baringkan di lantai panggung yang dipadati oleh koran-koran bekas tadi siang. Sebentara saja membaca tak lama muncul Miftahudin. Dengan gayanya yang sembarang anak Ciloang yang lebih tua satu tahun dari saya ini mendekati saya. Ia kemudian bercerita tentang buka bersama di kantor Gong Media Cakrawala (GMC), di Jl. Bayangkara Serang yang juga markas majalah Kaibon. Ia mengungkapkan bahwa saat buka dirinya berdebat dengan para penghuni kantor (Roni Langlang dan Piter Tamba). Masalahnya adalah soal memasak nasi. Udin panggilan akrab Miftahudin yang lulusan SMP ini menanak nasi. Namun diketahui oleh salah satu rekan di GMC tidak menanak nasi semuanya. Ia menyisakan beras yang ada di karung. Kontan tindakan Udin ditegur oleh salah satu kawan saya di GMC ini. Mereka menyayangkan sikap Udin yang menyisakan beras di dalam karung tersebut. Namun Udin tak diam menerima teguran itu. Ia beralasan bahwa dirinya tidak boleh menghabiskan beras sama sekali. Karena bisa menghilangkan rezeki. He..he.. Saya pernah mendengar hal ini dari nenek saya. Mitos Nah, lantaran mempertahankan argumennya Udin “diserang” oleh rekan-rekan. Namun Udin tak mau kalah. Alasannya adalah itu pesan orangtuanya. Ia harus mematuhi orangtuanya. Mirip orang Baduy yang mengatakan; Kumaha Adat! Jika ditanya sesuatu yang tidak berkenan. Namun rekan-rekan menganggapnya sikap Udin mempercayai mitos. Miftahudin ini adalah kakaknya Royadi, relawan Rumah Dunia. Ia seringkali main ke Rumah Dunia. Di tengah kondisi ekonominya yang lemah ia tetap semangat untuk belajar. Ia pernah mengikuti kelas menulis di Rumah Dunia pada angkatan 11. Meski berprofesi pedagang gorengan ia tidak sungkan-sungkan berbaur dengan mahasiswa, pelajar dan rekan-rekan lainnya. “Kalau saya sudah kenal gak malu. Tapi saya malu kalau belum kenal dekat,” ia pernaka mengatakannya itu kepada saya. Saya melihat ia memiliki keinginan untuk bisa menulis dan semangat ingin tahu yang tinggi. Terlihat saat malam tadi ia menanyakan soal mitos itu kepada saya. Hemhm.. tentu saya jawab dengan seadanya; mitos atau mite(myth) adalah cerita rakyat yang tidak berdasar namun dipercayai oleh masyarakat awam. Namun sepertinya ia tidak puas sehingga ia mengatakan kepada saya akan mencari referensi lain. Saya menghormati sikap Udin ini. Bagi saya ini adalah sebuah perkembangan yang maju. Ia ingin tetap belajar. Semenjak awal September lalu, Udin saya ajak untuk menjadi messenger (Tukang mengantarkan kaset ke BantenTv). Lucu sekali. Awal-awal ia sangat malu dengan orang-orang di kantor. Ia selalu mencari saya. Padahal saya harus liputan atau ada rapat. Udin mengaku segan kalau melihat wanita yang rada cantik.. he..he.. mungkin dia juga sering menonton BantenTv sehingga tahu presenter BantenTV. Untuk menghindari rasa mindernya, Udin saya perkenalkan kepada hampir seluruh orang yang ada di ruangan. Dan Alhamdulillah Udin sekarang sudah selonong boy. Ia bisa langsung menyerahkan kaset kepada scripwriter atau sekretaris redaksi tanpa mencari saya terlebih dahulu. Mimpi Ke Italia Dan semoga dugaan saya tidak salah, Udin ternyata memang ingin tetap belajar. Selesai mengobrol tentang mitos. Tiba-tiba udin melemparkan pertannyaan cara menulis berita olahraga. Wow!! saya senang, saya ladeni saja. Ia kemudian menyatakan keheranannya kenapa berita pertandingan sepakbola antara klub Torino dan Intermilan di Italia sana ada di Radar Banten. “Berarti wartawannya ada di Italia. Tapi disitu ada netnya. Kata Kang Ipit (Reporter BantenTV) itu dari internet,” Kebetulan saya pernah mengambil mata kuliah penyutingan berita dengan pengetahuan yang saya miliki saya jelaskan proses pengambilan berita dari internet. Kebetulan di RD ada internet saya langsung saja praktekan. Udin tampak mengerti. Saya pun senang. Mungkin bagi kita informasi ini hal-hal biasa saja. Tapi bagi Udin informasi itu sepertinya berguna. Tanpa pamitan Udin pergi. Saya masih terbaring lagi. Namun tiba-tiba dia membawa kertas dengan catatan. “Saya membuat berita pertandingan antara Torino dan Intermilan,” kata Udin sambil menunjukan hasil catatannya. Saya baca, tulisan Udin. Saya takjub!! karena penuturannya yang sudah bagus, apik dan memakai bahasa-bahasa bola yang lazim di pakai di majalah-majalah olahraga. Saya yakinkan kepada Udin bahwa itu bukan contekan. Dia bilang; sumpah. Dan saya yakin itu bukan contekan saat Udin bilang bahwa dia senang membaca berita bola. Setiap ada koran yang pertama kali ia baca adalah tentang bola. Dan yang tak habis pikir. Udin selalu menuliskan pertandingan bola yang ia tonton di layar televisi terutama liga Italia. “Saya buat saja beritanya. Cuma kadang wawancaranya bohong,” ungkapnya. Seperti Ikal dalam Laskar Pelangi yang ingin ke Sorbone, Udin pun bermimpi ingin ke Italia meliput pertandingan bola. Din!! sebagai kawan saya senang. Amat senang!! Kita belajar bersama Din sambil bermimpi. Saya juga sama bermimpi ingin S2 Ke Eropa. Bravo Udin!! semoga bemanfaat Aji Setiakarya Rumah Dunia Komplek Hegar Alam No. 40 Ciloang Serang Banten 42118 www.setiakarya.wordpress.com www.rumahdunia.net 081808037115