Turbulensi Finansial 
catatan buruhmigren
 
Di hari yang fitri saya masih terus mengamati turbulensi finasial yang terjadi. 
Belajar jadi pengamat ekonomi. Bukannya saya kurang kerjaan, namun justru saya 
harus masuk kerja saat hari idul fitri.  Seminggu sebelumnya saya masih ragu 
kondisinya akan berubah menjadi baik atau malah tambah hancur. Semua orang 
masih menunggu soal kesepakatan bailout 700 milyar usd untuk meredam gejolak 
finansial. Hari ini kita dapatkan kepastian itu akan terjadi. Bagi para pemilik 
modal satu-satunya jalan adalah mengamankan asetnya sendiri. Harta kekayaan 
yang selama ini disimpan dalam bentuk angka-angka, lembaran kertas bisa menjadi 
sampah yang tidak berguna sama sekali. Satu-satunya kesempatan untuk 
menyelamatkan itu semua adalah mengalihkan dana mereka dalam bentuk logam 
mulia, emas.
 
Dinar emas sebagai salah satu bagian investasi logam mulia mengalami kenaikan 
yang significant berbanding lurus dengan perdagangan emas dunia. Jika dalam 3 
bulan terakhir harga emas (dinar emas also) mengalami tekanan luar biasa akibat 
dari rakayasa sebagian kecil manusia yang membuat 'makar' seolah-olah dollar 
dan ekonomi amrik tidak mengalami masalah. Kenyataannya sunnah kehidupan 
berbicara lain. Serapi-rapinya menyimpan bangkai baunya akan tercium juga. 
Serapi apapun amrik menutupi gejolak yang terjadi akhirnya ketahuan juga. 
Lehman, lembaga finacial yang berumur lebih dari seabad, ambruk!. Jika harga 
sahamnya dulu sampai 67 dollar perlembar (sekitar 603 ribu, dengan kurs 9000 
rupiah) sekarang yang tersisa tinggal berapa cent dollar saja!, tidak lebih 
dari bekas koran untuk bungkus kacang rebus.
 
Sebenarnya sekarang pun merupakan saat yang baik untuk membeli saham karena 
harga-harga sedang jatuh. Namun raksasa ekonomi dunia sedang limbung. Kiblatnya 
mazhab para kapitalis dan materialis sedang tersedak oleh kerakusan mereka 
sendiri dan masih kesulitan bernafas. Mereka yang selama ini menjadi pengikut 
setia dan mempercayakan aset dalam jumlah besar tentu ketar-ketir melihat semua 
ini. Indonesia sebenarnya tidak perlu khawatir karena tidak menyimpan aset 
sebesar singapura dan Tiongkok. Namun masih tetap rentan melihat kursnya versus 
dollar sering mengalami anomali. Saat mata uang lain menguat terhadap dollar, 
rupiah justru melemah.
Kita tidak berharap resesi ekonomi dunia akan melanda namun hal yang mesti 
dicermati adalah apakah dampaknya benar-benar menghantam basic ekonomi keluarga 
kita?. Saya berpegang teguh pada pendapat imam Ghazali bahwa emas adalah 
timbangan yang adil kita dalam berjual beli. Dinar emas sebagai mata uang emas 
yang sedang digagas oleh teman-teman di www.geraidinar.com bagian dari usaha 
menawarkan solusi bagi manusia semua. 
 
Berikut saya atach perkembangan harga emas dibanding mata uang kertas. Dalam 10 
tahun kita bisa melihat 3oo persen! inflasi memang menghabiskan jerih payah 
kita. Tidak aneh kadang kita dibuat bingung kenapa beban kehidupan terasa makin 
berat dan mahal karena memang kita bergantung pada ekonomi yang tidak adil. 
Simpanan kita dalam bentuk mata uang kertas hanya bertambah angkanya saja 
sementara nilainya semakin turun. Seringnya kita memang dibodohi oleh 
angka-angka dan nol didepan koma. Namun saat dibelikan sesuatu tetap tidak ada 
nilainya. 
Saatnya berhijrah pada dinar emas, timbangan yang adil bagi simpanan dan 
investasi anda. Wallahua'lam


      

Reply via email to