Howdy,
Easy going brow..untuk melengkapi bacaan hari ini.
 
Dari tepian The Empty Quarter 'Rub al Khali',
 
Howgh!,
 
 
Orang Sakit Parah Yang Makannya Banyak… 
Kalau kita perhatikan pergerakan grafik harga emas harian dalam US$ dan dalam 
Rupiah di blog ini selama 6 minggu terakhir, banyak sekali kita lihat keanehan 
–keanehannya.

Grafik hijau dan kuning yang seharusnya berimpit, sering tidak berimpit atau 
bahkan berlawanan arah. Ambil contoh grafik yang nampak di layar Anda pagi ini 
(13/11/07 jam 7 pagi), harga emas dunia dalam US$ menukik tajam – tetapi justru 
naik dalam Rupiah.

Hal ini terjadi tidak lain karena nilai uangnya yang bergerak berlawanan. US $ 
semakin perkasa, sementara Rupiahnya semakin melemah. Daya beli emasnya sendiri 
tetap seperti yang sering saya ungkapkan di blog ini.

Pertanyaan awamnya adalah mengapa US$ terus menanjak nilainya ? padahal katanya 
Amerika-lah pangkal krisis keuangan global ini bermula ?.

Amerika memang sedang krisis berat, bukan hanya sector keuangannya yang luluh 
lantak tetapi juga sector riilnya yang antri minta pertolongan pemerintah. 
Justru karena begitu banyaknya yang membutuhkan pertolongan likuiditas, maka 
begitu banyak pula US$ dibutuhkan di dalam negeri AS.

Uang Dollar dari perbagai penjuru dunia disedot balik ke negaranya memalui 
obligasi pemerintah dan sejenisnya. Maka kembali pada hukum supply & demand , 
kalau supply US$ yang ada diperebutkan begitu banyak yang membutuhkan, maka 
pastilah US$-nya naik. 

Sementara uang Rupiah yang dipakai untuk membeli US$ menjadi kedodoran, pagi 
ini ketika menulis artikel ini saya sempatkan menoleh ke US$ gauge yang ada di 
sidebar blog ini; angka menunjukkan US$ 1= Rp 12,025. Wow !.

Anda nggak perlu cemas, dari yang saya amati setiap Rupiah jatuh pada 
perdagangan internasional yang terjadi malam hari waktu Indonesia – besuk 
paginya otoritas moneter negeri ini akan berjibaku menyelamatkannya. Jadi siang 
atau sore ini Rupiah insyaallah akan membaik. Lagian siapa yang butuh US Dollar 
?.

Fenomena naiknya terus menerus nilai US$ terhadap mata uang lainnya di saat 
puncak krisis ini, sulit dicerna oleh oleh kebanyakan oran awam kayak kita. 
Oleh karenanya setiap mendapatkan pertanyaan masalah ini, saya berusaha membuat 
analogi yang lebih mudah diterima si penanya.

Begini analogi saya yang saya jelaskan kepada orang jawa yang menanyakannya 
kepada saya.

Di masyarakat tradisional jawa, ada anggapan bahwa kalau ada orang yang lagi 
sakit parah – biasanya sulit makan tentunya; tetapi kali ini tiba –tiba dia 
minta makanan tertentu dan makannya sangat banyak. Orang-orang yang melihat ini 
di jawa akan mulai berfikir bahwa si sakit akan meninggal dunia. Konon orang 
sakit parah yang makan banyak adalah salah satu pertanda dia akan meninggal 
dunia.

Demikianlah Ekonomi Amerika, mereka lagi sakit parah dan saat ini sedang makan 
makanan kesukaannya (US$ ) dengan sangat banyak – sampai menyulitkan orang lain 
yang membutuhkannya (US$). Konon mereka juga akan ‘meninggal dunia’. 

Fenomena akan 'mati'-nya ekonomi Amerika ini terungkap juga dalam The Deal's 
M&A Outlook 2009 conference di New York kemarin. Salah satu pembicaranya 
mengungkapkan bahwa dalam 12-18 bulan kedepan, prioritas industri keuangan 
Amerika bukan lagi urusan strategis atau pertumbuhan - urusan utamanya adalah 
berjuang dari hari ke hari agar tetap bisa hidup!.

Wallahu A’lam, hanya Allah yang mengetahui ilmu masa depan.


      

Kirim email ke