kita dulu jengkel banget sama yang namanya HARMOKO, yang kita anggap rakus dan 
penjilat. tapi, sekarang kita ngadepin yang namanya GURITA MEDIA dengan 
kekuatan kapital, yang siap menjual apa saja, dan siap menggabungkan diri 
kepada dan ke dalam kekuasaan yang menghalalkan segala dan semua cara. GURITA 
MEDIA ini akan lebih ganas daripada harmoko. harmoko yang dianggap rakus dan 
penjilat itu "masih punya rasa malu". tapi yang satu ini, yang dipikirkan 
adalah bagaimana kapitalnya berkembang dan bagaimana kekuasaannya bisa masuk ke 
mana-mana. 
bisa anda bayangkan, sang boss media ini bisa dengan enak naek turun mercy dan 
mendirikan berbagai gedung yang menjulang, sementara jurnalisnya kere mere-mere 
yang dengan kondisi kere miskin dan hanya dapatkan gaji seadanya, maka sang 
jurnalis yang masih yunior maupun senior, karena tuntutan hidup, dan mengejar 
gaya hidup, jadilah dia penjual diri, jadilah dia kuli dari kekuasaan politik 
dan ekonomi. sialnya, dan itulah pilihan mreka, mereka bangga menjadi kuli dari 
kekuasaan politik dan ekonomi itu, dan mreka jadi kacung yang siap menindas 
siapa saja yang dianggap sebagai lawan dari kekuasaannya.
jadi, jangan heran kalou nanti anda berhadapana dengan kongkalikong kekuasaan 
polisi, jaksa, elit lokal, dan disitu pula ada jaringan media yang mnjadi 
bagian dari gurita itu.
halim hd.  

--- On Fri, 11/14/08, adi nugraha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: adi nugraha <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Bls: [WongBanten] bisik2 radar banten
To: WongBanten@yahoogroups.com
Date: Friday, November 14, 2008, 5:35 PM










    
            kayak nya memang radar dengan propinsi makin mesra saja , bagus deh,
waduh kami punya saingan dong he he he, ga apa-apa, lebih banyak lebih bagus, 
kalau mereka bermesraan harus ada  yang jadi oposisi (kayak politik aja) he he 
he 
oh iya untuk semuanya, minta doa restu dan dukungan ,  bulan Januari carlita TV 
akan tayang, di frekuensi 52 UHF, kebetulan station nya ada di pandeglang, 
terima kasih

Dari: Setiadji Achmad <setiadji.achmad@ yahoo.com>
Kepada: [EMAIL PROTECTED] ups.com
Terkirim: Sabtu, 15 November, 2008 07:07:41
Topik: Re: [WongBanten] bisik2 radar banten









    
            beruntung sejak radar berdiri,masih bisa dihitung dengan jari saya 
membeli koran ini,setelah membaca cerita-cerita di bawah : usul Halim HD 
mengenai pemboikotan koran ini perlu dipertimbangkan dan lanjut realisasi...

From: gongmedia cakrawala <gm_cakrawala@ yahoo.com>
To: wong banten <[EMAIL PROTECTED] ups.com>
Cc: rumah dunia
 <[EMAIL PROTECTED] ups.com>
Sent: Saturday, November 15, 2008 5:47:57 AM
Subject: [WongBanten] bisik2 radar banten










    
            Bismillah... .
 
ssst, bisik-bisik raar banten...
setelah "konspirasi" nyudutin tv lokal Banten TV dengan KPID
(awas, konspirasinya pake tanda kutip) tanpa memedulikan kaidah kode etik 
jurnalistik
(check re-check, cover both side), juga membedah berita2 Banten TV dengan nara 
sumber Pemred Radar Banten, yang notbene bukan praktisi TV, dan kemudian secara 
tendensius RADAR TV BANTEN muncul di berita berikutnya, berpose mesra dengan 
KPID (berita ini berturu2 2 hari dimuat), maka saya membenarkan "bisik-bisik" , 
bahwa RADAER BANTEN memang akan mengeruk APBD Banten lewat begitu banyaknya 
advetorial Pemrov Banten di Radar TV. Ini kelanjutan dari advetorial di 
korannya. Lalu ke Radar TV. Hehehe..., asyiklah. Bagi saya, Radr Banten jadi 
seperti brosur. Tidak apa-apa. Kan, karyawan Radar Banten perlu makan, perlu 
nyicil mobil (dari 70 karyaweannya, sudah 25 orang berobil, hehehe... info ini 
dari mereka sendiri dan sudah jadi menu sehari-hari) . Memang hebat Radar 
Banten itu. Melejit. Jadi, sah saja advetorial itu. Saya justru senang 
karyawannya sejahtera. Itu akan meningkatkan kinerja mereka, minimal tidak akan 
menerima amplop. Itu sudah teruji di
 lapangan, para wartawannya anti amplop.
 
Hanya saja, yang mengganjal diri saya, RADAR BANEN sudah kehilangan nurani. 
Dulu, ada ruang sosial bagi kepentingan literasi. Bertahun-tahun RUMAH DUNIA 
diberi ruang SALAM RUMAH DUNIA. Lalu dihentikn dengan alasan sudah terlalu lama 
dan akan diberikan kepada komunitas lain. Saya mneerima. Itu bagus. Tapi, 
ternyata merka bilang, ruang itu bernilai ekonomi. Saya terima juga. Nggak 
apa-apa. Tapi, ketika suntikan dana 200 ribu perbulan untuk RUMAH UNIA, distop 
juga, yah... mnjeritlah hati awak. Ternyata mereka sudah tidak memiliki hati 
nurani. Padahal boos mereka yang sudah almarhum, Pak Mahtoem, wbti-wanti 
berpesan, agar 200 ribu untuk Rumah Dunia jangan dihentikan. "Itu kecil," kata 
almarhum. Tapi sekali lagi, nggak apa-apalah. Bisa dari kocek saya.
 
Yang paling 'tegang", saat saya protes, halaman BUDAYA akan dihilangkan di 
RADAR BANTEN. Bahkan seluruh seniman/budayawan Banten mengirim sms protes ke 
Pemred (M. Widodo) dan direktunya, Priyo Susilo. Itulah, kenapa sekarang 
halaman sastra dipindah ke Radar Banten Minggu dan Malik yang megang. Radar 
Banten reguler sudah tidak mau berurusan dengan para seniman. Rumah Dunia saja 
tidak prenha muncul lagi di brita reguler, kecuali atas kebaikan Malik di Radar 
Banten Minggu. 
 
Hanya saja, setelah ada "kbijakan", opini nyomot dari JPNM, jadi malas juga. 
saya bulan Desember sudah berniat tidak akan berlangganan Radar Banten lagi. 
Kecuali RADAR BANTEN MINGGU yang diasuh Abdul Malik dan BANTEN RAYA POST, 
karena ada spirit MENDUKUNG GERAKAN LITERASI LOKAL. 
 
Begitulah RADAR BANTEN. Mereka sudah lupa pada pepatah KACANG LUPA PADA 
KULITNYA. Saya ingat, saat-saat mesra bersama Abdul Malik, (alm) Rys Revolta, 
Si Uzi (sekaran bos BANTEN RAYA POST) dan Asep GP, serta Asmianto amien (Widodo 
dan Priyo belum masuk) .... saya tau dan merasakan, bagimana Abdul Malik 
jatuhbangun membangun HARIAN BANTEN ke RADAR BANTEN. bagaimana saya dan Toto 
menemani Malik dengan konfliknya waktu itu. Saya ceritakan di sini, bahwa 
sebetulnya Malik terjepit. Dia "dibuang" ke Radar Minggu, juga Asep GP, karena 
kalau saya analisa, kehadiran Malik di reguler seolah-olah menjadi "duri" di 
dalam kepentingan bisnis Radar Banten. Malik kan dekat dengan stakeholder 
Banten. Juga Asep GP yang kakitangan seniman, karena dia penyair juga.Pemred 
dan Redpel sekarang, wah.., meneneketehe. .. urusannya jalan sehat melulu, 
bagi2 kmbing melulu... hehehe... sampai2 redaksinya bau kambing... hahahahah... 
kampnye melulu... bau
 partailah...
 
Nah, peluang itu ada di BANTEN RAYA POST. Pada diri si Uzi, yang juga dekat 
dengan stakeholder Banten. TErutama para seniman Banten. Si Uzi kan seniman. 
Malik juga penulis. Asep GP juga. Jadi, usulan boikot Halim HD, mendingan 
jangan langganan RADAR BANEN edisi reguler senin hingga jumat. cukup Radar 
Banten Minggu saja.. 
 
semoga tulisan saya ini tidak menyinggung teman-teman press di Radar Banten. 
semoga juga tidak berdampak kepada adik-adik saya yang pernah aktif di Rumah 
Dunia, yang kini jadi wartawan di Radar Banten. Saya sudah lama ingin menulis 
ini, tapi khawatir dampaknya ke adik-adik saya itu.... Tapi, saya yakin, Pak 
Priyo dan Pak Widodo bisa mnerimakritik, bahwasemua ini karena kecintaan saya 
kepada Radar Banten.
 
akhir katra, Pak Priyo dan Pak Widodo jangan melupakan, bahwa kami sebagai 
konsumne memiliki "hak budaya". Jangan memuaskan "hak politik" sajalah.
 
tetap semangat
mohon maaf bila ada salah,
semoga surat ini tidak menyulut bara di Radar Banten.
semoga kita bisa menerima kritik..
kalau mereka marah, yaah.. emang gue pikirin kata Maian Ahmad...
 
wasalam
gola gong




      
      


        
        


      
      


        
        

        Dapatkan alamat Email baru Anda!  

Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

Reply via email to