----- Pesan Diteruskan ----
Dari: Erwina Yunarti <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: [EMAIL PROTECTED]
Terkirim: Senin, 8 Desember, 2008 11:13:27
Topik: Don't Cry for Me......


Tulisan Luhur Hertanto, perlu kita analisis bersama.......
betapa beratnya beban hidup rakyat, atau keadaan ini
memang dikondisikan oleh para "Penguasa", sehingga
rakyat tidak berdaya.
Siapa sebenarnya yang harus peduli dan bertanggung
jawab dengan keadaan seperti ini?
Apakah ini berkaitan dgn mendekati Pemilu sehingga 
Empahty ke rakyat sudah sirna? Sehingga masing2 
institusi menyelamati diri sendiri ........
Saya masih ingat dengan lagu "Don't Cry For Me Argentina"


Jumat, 05/12/2008 14:29 WIB
Republik Spekulan
Luhur Hertanto - detikNews
 
 Jakarta - LPG langka? Sering sekali. Minyak tanah lenyap? Beberapa kali. Pupuk
tidak ada di pasaran? Berkali-kali. BBM menghilang dari SPBU? Berulang
kali. Beras dan susu entah kemana? Sudah sekian kali.

Secara
bergantian sepanjang tahun kita mendapati di media massa berita
kelangkaan berbagai bahan kebutuhan masyarakat. Seolah barang-barang
itu sudah punya jadwal giliran kapan harus menghilang dari pasaran dan
disusul kenaikan harga berkali lipat.

Pada masa-masa demikian,
dari media massa kita ketahui bahwa produsen dan saling lempar
kesalahaan. Produsen menyatakan kegiatan produksi berjalan normal dan
tersalur seperti biasanya. Sebaliknya distributor berkilah kesulitan
mendapatkan barang dari produsen.

Hampir sepanjang tahun pemerintah kalang kabut mengatasi kelangkaan. 
Menggelar
operasi pasar besar-besaran. Memotong jalur distribusi. Merayu
produsen. Mengancam pihak penyalur. Masalah teratasi untuk sesaat, lalu
kembali setahun kemudian.

Contohnya kelangkaan pupuk. Setahun
lalu masalah serupa terjadi, ketika itu pemerintah mengatasinya dengan
menyalurkan pupuk secara langsung ke petani dan tidak lagi lewat
distributor. Tidak jelas apakah setelah itu pupuk tidak lagi disalurkan
langsung ke petani, tapi belakangan petani kembali kesulitan
mendapatkan pupuk yang mereka butuhkan.

Entah siapa yang sebenarnya mempunyai kuasa atas Republik Indonesia. 
Pemerintah
dan parlemen yang jelas-jelas berwenang membuat regulasi, malah
tersesat dalam labirin jaringan distribusi. Berbagai langkah tegas yang
pemerintah ambil mengatasi kelangkaan, serasa tak ada ampuh-ampuhnya di
lapangan.

Atau jangan-jangan para spekulan bermodal raksasa adalah penguasa
sebenar-benarnya atas Negara ini? Mereka punya kemampuan 'mengusai' 
kebutuhan
masyarakat. Caranya sederhana saja, borong berbagai komoditas hingga
hilang di pasaran, timbun selama yang dibutuhkan, dan pada saatnya jual
dengan harga tinggi.

Apakah strategi bisnis mereka yang membuat
susah masyarakat itu tidak bermoral? Pasti ya bagi Anda. Maka dari itu
Anda tidak setuju bila spekulan disebut sebagai penguasa yang
sebenar-benarnya atas negeri tercinta ini.

Andai kelak spekulan
mampu menyebabkan kelangkaan koruptor secara massif dan permanent
hingga KPK ngganggur dibuatnya, rasa-rasanya mereka pantas-pantas saja
mengikuti Pilpres RI. Anda pasti setuju, bukan?


* Penulis
adalah wartawan detikcom. Tulisan ini merupakan pendapat pribadi dan
tidak menggambarkan sikap/pendapat tempat institusi penulis bekerja.
 
________________________________
Yahoo! Toolbar kini dilengkapi Anti-Virus dan Anti-Adware gratis. Download 
Yahoo! Toolbar sekarang . 


      Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard 
Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

Kirim email ke