01. bagaimana dengan kali banten di serang-banten
02. bagaimana dengan kali code di jogjakarta
03. bagaimana dengan jeneberang di gowa-makassar

--- On Thu, 1/8/09, Agus Hamonangan <agushamonan...@yahoo.co.id> wrote:
From: Agus Hamonangan <agushamonan...@yahoo.co.id>
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Urbanisasi di Jakarta Salah Arah?
To: forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com
Date: Thursday, January 8, 2009, 9:47 AM










    
            



JAKARTA, KAMIS — Pola perkembangan kota atau urbanisasi di Jakarta

mengarah kepada pola pertumbuhan yang sangat cepat. Namun, pertumbuhan

tersebut diikuti pula dengan mengorbankan lingkungan.



Hal inilah yang dinilai Rektor Universitas Indonesia Prof Gumilar R.

Somantri menyebabkan masalah-masalah perkotaan di Jakarta tidak

kunjung selesai. Apa yang terjadi di Kali Ciliwung saat ini, misalnya,

dinilainya sebagai produk kapitalisme yang haus energi, bukan hanya

akibat perilaku masyarakat dan produk kebijakan saja.



Ia mengatakan dari dulu hingga sekarang pola pertumbuhan Kota Jakarta

sama saja, yakni terjadi integrasi antara daerah pengembangan baru

dengan daerah utama. Hal ini mempercepat munculnya kawasan low income

neighbourhood seperti permukiman rumah-rumah kumuh di bantaran Sungai

Ciliwung.



"Dulu sebenarnya ada konsep Bopunjur (Bogor-Puncak- Cianjur) sebagai

daerah konservasi, kemudian Depok sebagai daerah pembangun terbatas,

dan Jakarta dengan pembangunan lebih terbatas lagi, tapi kita tak

pernah disiplin," ujarnya dalam diskusi mengenai Kali Ciliwung di

kantor redaksi Harian Kompas, Kamis (8/1).



Untuk mengatasi kondisi yang sudah ada saat ini, menurutnya, daya

dukung lingkungan harus dikembalikan. Harus ada upaya sungguh-sungguh

dari pemerintah dan dukungan penuh masyarakat.



"Pemerintah harus keras, terukur, tapi manusiawi, tentu tegas. Tapi

harus dengan rencana strategis ke depan mau dibawa ke mana," ujar

Gumilar. Misalnya, masyarakat yang terlanjur menempati bantaran kali

harus disediakan tempat baru, rusunawa misalnya, atau dikembalikan ke

daerah asal dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat.



Dengan upaya yang sungguh-sungguh, hal ini dapat diwujudkan. Ia

mencontohkan kasus Sungai Kanda di Tokyo, Jepang, dan Sungai Han di

Seoul, Korea Selatan, yang pulih kembali setelah mengalami pencemaran

berat.



"Sungai Kanda di Tokyo dulu sangat kotor di awal industrialisasi tahun

70-an. Namun, ada upaya sungguh-sungguh memulihkannya kembali," ujar

Gumilar. Bahkan, gerombolan ikan koi dapat dilihat di sungai tersebut

saat ini. Sungai Han yang dulu tercemar zat kimia saat ini malah

menjadi sumber air utama di Korea Selatan dan kota-kota yang ada di

dekat pantai.



Tri Wahono



http://www.kompas. com/index. php/read/ xml/2009/ 01/08/21463933/ urbanisasi. 
di.jakarta. salah.arah.




      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

Reply via email to