wah menarik neh..
satu hari masyarakat akaan menemukan kejenuhan..
muak karena terus diperah dan diperalat..
someday, semua berubah dan kita harus memulai HARI INI!


howgh!




________________________________
From: gongmedia cakrawala <gm_cakraw...@yahoo.com>
To: wong banten <wongbanten@yahoogroups.com>; rumah dunia 
<rumahdu...@yahoogroups.com>
Sent: Saturday, January 10, 2009 1:34:46 AM
Subject: [WongBanten] ALEG “AMPIBI” DAN MASA DEPAN DEMOKRASI DI BANTEN


CALEG “AMPIBI” DAN MASA DEPAN DEMOKRASI DI BANTEN
Oleh Entol Abdul Hamid
 
Di sebuah perempatan di Kota Serang, tiga buah baliho ukuran besar terpampang. 
Sebelah kanan lelaki setengah baya berjas kuning, di ujung kiri lelaki belia 
berpeci, dan di tengahnya foto seekor simpanse.  Mereka semua minta dipilih. 
Sang Ayah di ujng kanan minta dipilih menjadi anggota DPR, sang anak yang ada 
di pojok kiri minta didukung jadi anggota DPD, dan simpanse minta kartu yang 
dia promosikan dipilih oleh pelanggan seluler.
Di luar simpanse tadi, kedua orang tersebut adalah calon wakil rakyat. Ternyata 
tak hanya bapak dan anaknya itu saja, keluarga tersebut menempatkan banyak 
sekali anggota keluarganya sebagai calon. Ada menantu, adik, ipar, dan juga ibu 
tiri. Spanduk kampanye mereka bersendiri tersebar sampai ke lereng gunung 
pulosari. Sudah bisa dipastikan miliaran rupiah habis untuk spanduk dan baliho 
saja, uang dari mana ya? 
Fenomena inilah yang disebut sebagai fenomena caleg “ampibi”: anak, mantu, 
ponakan, ibu, besan dan bibi. Fenomena ini hadir secara mencolok di tahun 2009 
baik di pusat maupun di daerah. Di banten, hal ini melibatkan penguasa politik 
baik di level Provinsi maupun Kabupaten/ Kota. Bahkan sebelum pemilu 2009 upaya 
menjadikan Banten menjadi milik keluarga tertentu sudah bisa tercium dari 
beberapa pilkada, walaupun hanya berhasil di Kota Serang. 

INFO LENGKAPNYA DATAGN KE DISKUSI DI RUMAH DUNIA, SABTU 10 JANUARI 2009, PUUL 
13.30 ATAU klik www.rumahdunia. net



 
 


      

Kirim email ke