Anak Muda & Tukang Cukur

My Diary : Jakarta 28 Januari 2009 Pkl.21.00-23.00 WIB.

By : Abdul Latief

 

Ada seorang anak muda yang rajin menabung untuk pergi ke Amerika Serikat, Ia 
ingin sekali bertemu dengan presiden negara tersebut. Setelah beberapa lama dan 
dirasa cukup, ia membeli tiket pesawat, memesan hotel, dan kebutuhan perjalanan 
lainnya. Karena ia akan bertemu presiden Amerika Serikat, ia kemudian ingin 
mencukur rambutnya.

 

Lalu pergilah ia ke tukang cukur langganannya dan terjadilah dialog berikut ini 
: 

 

Anak muda     : Tolong cukur rambutku ya, aku mau pergi minggu depan ini.

Tukang cukur : Kamu mau pergi kemana ?

 

Anak muda     : Saya mau ke Amerika Serikat.

Tukang cukur  : Naik apa ke sana ?

 

Anak muda     : Naik "American Airlines"

Tukang cukur : Kok pakai "American Airlines" sih ? Selain pesawatnya buruk, 
sering telat, 

  juga pelayanannya sangat tidak bagus, kamu harus hati-hati.

 

Anak muda     : Oh ya ? (karena belum pernah ke luar negri, pemuda ini kaget 
dan takut)

Tukang cukur  : Lalu kamu nanti menginap dimana ?

 

Anak muda     : Di hotel "Hyat"

Tukung cukur : Kok di situ ? , hotel itu kan sudah tua, jelek sekali dan banyak 
 kecoak-nya. 

  Kata teman saya, dia pernah nginap disitu dan katanya banyak kecoaknya.

 

Anak muda     : Wah, saya kebetulan paling takut pada kecoak, lalu bagaimana ya 
? Tapi 

  mau diapakan lagi pak, saya sudah terlanjur pesan kamar di hotel tersebut.

Tukang cukur  : Ngomong-ngomong kamu kesana dalam rangka apa ?

 

Anak muda     : Saya ingin ke Amerika Serikat untuk bertemu dengan bapak 
presiden disana.

Tukang cukur  : Bertemu presiden Amerika Serikat? Mustahil itu..!. kamu kan 
orang kecil, 

  presiden itu orangnya sibuk dan orang penting.

 

Anak muda     : (dalam hati)...Waduh kok salah & negatif semua ya ? akhirnya 
dia merasa 

  lesu dan pulang.

 

Anak muda ini kemudian berpikir, waduh bagaimana ya ? mau tidak jadi pergi, 
tapi semua sudah terlanjur dipesan dan dibayar. Akhirnya dengan terpaksa si 
anak muda inipun jadi berangkat.

 

Enam minggu kemudian si anak muda ini bertemu dengan si tukang cukur lagi, dan 
terjadi dialog seperti berikut ini.

 

Tukang cukur  : Bagaimana perjalannya ?

Anak muda     : Wah luar biasa...., pesawat "American Airlines" itu bersih 
sekali, Pelayanan   

  nya bagus, tepat waktu. Tidak seperti yang kamu ceritakan tempo hari.

Tukang cukur : oh ya ? trus hotel "Hyat" gimana ?

Anak muda     : Ooo, kalau itu hotel bintang lima, bukan hotel yang ada 
kecoaknya. Saya 

  ditempatkan di sebuah kamar yang bagus sekali, sangat-sangat bagus.

 

Tukang cukur : Oh ya ? Trus jadi ketemu presiden Amerika Serikat ?

Anak muda     : oh iya, saya memang sudah diaturkan untuk bertemu beliau, saya 
malah 

  sampai mencium tangan presiden, mencium cincin beliau.

 

Tukang cukur : oh ya ? trus apa kata presidentnya ?

Anak muda     : Ooo, beliau cuma bilang, kok rambutmu jelek sekali ? kamu cukur 
dimana ?

 

 

Ha.. ha.. ha. Andapun boleh tertawa atau sekedar tersipu membaca anekdot yang 
sumbernya saya lupa sitir dari mana. Anekdot itu begitu melekat di benak saya, 
hingga tergelitik untuk menceritakan kembali pada Anda. Pasalnya, kendati 
ringan dan tampak sepele anekdot ini menyimpan hikmah dan pengalaman yang kerap 
kita temukan dalam kehidupan sehari-hari kita. 

 

Kalau menduduki posisi sebagai anak muda dalam anekdot itu, bisa jadi kita akan 
membatalkan tiket pesawat dan kamar hotel yang sudah kita pesan atau bahkan 
mengurungkan niat untuk menggapai cita-cita yang selama ini kita telah usahakan 
untuk dicapai. Konyolnya lagi, kegagalan itu terlontar dari kepolosan tukang 
cukur yang juga belum pernah mengalami perjalanan ke sana.

 

Ujian mental dan Tabiat seperti tukang cukur dalam anekdot itu barangkali 
sangat akrab di kehidupan kita. Begitu banyak orang yang selalu memandang sisi 
negative dari setiap sepak terjang yang kita lakukan. Bisa jadi komentar yang 
terlontar darinya bukan diniatkan untuk menjatuh semangat kita, komentar itu 
tulus meluncur dari mulutnya yang secara tak sadar hal malah dapat menurunkan 
mental kita. Kalau saja niat dan usaha yang kita lakukan tidak kuat, maka kita 
akan menjadi pemuda yang tidak sama sekali menggapai mimpi kendati mimpi 
tersebut sudah ada di depan mata. 

 

Kehidupan mengajarkan hal yang sama pada kita. Seringkali keteguhan mental kita 
diuji oleh suatu hal kecil atau komentar orang lain yang mestinya kita tinjau 
lebih dalam atau bahkan abaikan sama sekali. 

 

"Untuk apa mancing ikan telaga itu, di situ kan tidak ada ikannya.". 

 

"saya sudah mencoba test berkali-kali tapi gagal, jadi buat apa kamu ikut test 
seperti itu lagi.."

 

"Buat apa kamu sekolah, bukankah banyak orang yang sekolah toh akhirnya mereka 
menjadi pengangguran.."

 

"Kamu terlampau giat dalam bekerja, padahal gaji dan jabatan kamu tidak pernah 
naik, mendingan cari saja kerjaan di tempat lain. Atau nikmati kerja dengan 
cara menyantai seperti aku." 

 

"Saya sudah berkali-kali menawarkan produk kita ke perusahaan itu, tapi 
hasilnya tetap gagal. Lantas, kenapa kamu ingin mengulangi kegagalan itu lagi.."

 

"Sudahlah, buat apa kau kerja keras, toh hasil yang kamu dapat akhirnya sama.."

 

"Tak apalah, cobalah pil narkoba ini, kalau hanya sekali bukankah tidak akan 
candu?"

 

Itulah beberapa contoh kalimat lainnya yang turut berpotensi untuk meruntuhkan 
keteguhan hati kita. Kalimat itu bisa saja muncul akibat dari kegagalan, 
pengalaman buruk, kemalasan, atau bahkan rasa dengki dari orang lain yang 
mengingatkan kita untuk hati hati atau bahkan menggagalkan tujuan kita. 

 

Diakhir tulisan ini, saya kembali mengutip sebuah cerita klasik lainnya dari 
dongeng negeri barat yang bercertita tentang seekor domba yang berusaha keras 
mencuri buah anggur di sebuah kebun anggur yang terkenal manis buahnya. 
Dikarenakan tubuh sang domba kurang tinggi dan tidak dapat memanjat pohon, 
walhasil gagallah dia mendapatkan hidangan anggur lezat yang membanjiri 
kerongkongananya dengan air liur itu.

 

Dalam perjalanan pulangnya, sang domba bertemu dengan segerombolan domba lain 
yang bermaksud menikmati buah anggur di kebun yang sama. Jengkel dengan 
kegagalannya, sang domba lantas berujar "kalau kalian, bermaksud memakan anggur 
di kebun itu, sebaiknya batalkan saja dan cari kebun yang lain. Saya barusan 
makan anggur dari kebun itu, tapi rasanya ANGGURNYA MASAM". Maka berkembanglah 
sebuah istilah "Anggurnya Masam" bagi orang yang gagal meraih tujuan dan 
membujuk orang lain agar menjauhi hal tersebut, karena khawatir orang tersebut 
malah sukses melampaui dirinya. 

 

Walhasil, selain kita harus mempunyai keteguhan, kehati-hatian dan usaha yang 
maksimal untuk menggapai tujuan hidup, kita jangan pernah menghalangi orang 
untuk menggapai cita-cita yang pernah gagal kita raih. Lebih utama untuk 
menyarankan orang lain menggapai cita cita dengan tekad yang teguh sambil 
membimbing dia mencapai lebih dari dari apa yang pernah kita lakukan.

 

Wallahu a'lam bish shawab.

 


ABDUL LATIEF
Sales Training Instructure
Astra International,Tbk -Honda

Email    : abdul.lat...@hso.astra.co.id
HP       : 0852 166 566 32
Tlp       : (021) 653 10 250 Ext.3546
Fax      : (021) 653 10 245
Hidup sekali, hiduplah yang berarti...


The information transmitted is intended only for the person or the entity to 
which it is addressed and may contain confidential and/or privileged material. 
If you have received it by mistake please notify the sender by return e-mail 
and delete this message including any of its attachments from your system. Any 
use, review, reliance or dissemination of this message in whole or in part is 
strictly prohibited. Please note that e-mails are susceptible to change. The 
views expressed herein do not necessarily represent those of PT Astra 
International Tbk and should not be construed as the views, offers or 
acceptances of PT Astra International Tbk.

Kirim email ke