SALAF DAN SALAFIYAH SECARA BAHASA, ISTILAH DAN PERIODISASI ZAMAN

Oleh
Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilaaly




Saya menginginkan orang yang berjalan di atas manhaj salaf dengan
ilmu, dan ini syaratnya :

"Artinya : Katakanlah : Inilah (agama)ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata,
Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik"
[Yusuf : 108]

Untuk mengetahui bahwa penunjukkan dan pecahan kata ini mengalahkan
ikatan fanatisme kelompok yang merusak dan melampui lorong sempit
kerahasiaan karena dia itu sangat jelas seperti jelasnya matahari di
siang hari.

"Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang salih dan berkata :
'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" [Fush
shilat : 33]

Kata salaf secara bahasa bermakna orang yang telah terdahulu dalam
ilmu, iman, keutamaan dan kebaikan.

Berkata Ibnul Mandzur (Lisanul Arab 9/159) : Salaf juga berarti
orang-orang yang mendahului kamu dari nenek moyang, orang-orang yang
memiliki hubungan kekerabatan denganmu dan memiliki umur lebih serta
keutamaan yang lebih banyak. Oleh karena itu, generasi pertama dari
Tabi'in dinamakan As-Salafush Shalih.

Saya berkata : Dan dengan makna ini adalah perkataan Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada putrinya Fathimah Radhiyallahu 'anha.

"Artinya : Sesungguhnya sebaik-baik pendahulu (salaf) bagimu adalah aku"
[Hadits Shahih Riwayat Muslim No. 2450]

Dan diriwayatkan dari beliau Shallallahu 'alihi wa sallam bahwa beliau
berkata kepada putri beliau Zainab Radhiyallahu 'anha ketika dia
meninggal.

"Artinya : Susullah salaf shalih (pendahulu kita yang sholeh) kita
Utsman bin Madz'un" [Hadits Shahih Riwayat Ahmad 1/237-238 dan Ibnu
Saad dalam Thobaqaat 8/37 dan di shahihkan oleh Ahmad Syakir dalam
Syarah Musnad No. 3103, akan tetapi dimasukkan oleh Al-Albani dalam
Silsilah Dhoifh No. 1715]

Adapun secara istilah, maka dia adalah sifat pasti yang khusus untuk
para sahabat ketika dimutlakkan dan yang selain mereka diikutsertakan
karena mengikuti mereka.

Al-Qalsyaany berkata dalam Tahrirul Maqaalah min Syarhir Risalah (q
36) : As-Salaf Ash-Shalih adalah generasi pertama yang mendalam
ilmunya lagi mengikuti petunjuk Rasulullah dan menjaga sunnahnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memilih mereka untuk menegakkan
agamaNya dan meridhoi mereka sebagai imam-imam umat. Mereka telah
benar-benar berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
menghabiskan umurnya untuk memberikan nasihat dan manfaat kepada umat,
serta mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoan-Nya.

Sungguh Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuji mereka dalam kitabNya
dengan firmanNya.

"Artinya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka" [Al-Fath : 29]

Dan firman Allah.
"Artinya : (Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari
kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia
dari Allah dan keridhaan(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itulah orang-orang yang benar" [Al-Hasr : 8]

Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebut kaum muhajirin
dan Anshor kemudian memuji itiba' (sikap ikut) kepada mereka dan
meridhoi hal tersebut demikian juga orang yang menyusul setelah mereka
dan Allah Subahanahu wa Ta'ala mengancam dengan adzab orang yang
menyelisihi mereka dan mengikuti jalan selain jalan mereka, maka Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas
kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang
mu'min. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam
itu seburuk-buruknya tempat kembali" [An-Nisa' : 115]

Maka merupakan suatu kewajiban mengikuti mereka pada hal-hal yang
telah mereka nukilkan dan mencontoh jejak mereka pada hal-hal yang
telah mereka amalkan serta memohonkan ampunan bagi mereka, Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan
Anshar) mereka berkata : "Ya Rabb kami, beri ampunilah kami dan
saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan
janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap
orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha
Penyantun lagi Maha Penyayang" [Al-Hasr : 10]

Istilah ini pun diakui oleh orang-orang terdahulu dan mutaakhirin dari
ahli kalam.

Al-Ghazaali berkata dalam kitab Iljaamul Awaam an Ilmil Kalaam hal 62
ketika mendefnisikan kata As-Salaf : Saya maksudkan adalah madzhab
sahabat dan tabiin.

Al-Bajuuri berkata dalam kitab Syarah Jauharuttauhid hal. 111 : Yang
dimaksud dengan salaf adalah orang-orang yang terdahulu yaitu para
Nabi, sahabat, tabi'in dan tabiit-tabiin.

Istilah inipun telah dipakai oleh para ulama pada generasi-generasi
yang utama untuk menunjukkan masa shohabat dan manhaj mereka,
diantaranya :

[1]. Berkata Imam Bukhari (6/66 Fathul Bariy) : Rasyid bin Sa'ad
berkata : Dulu para salaf menyukai kuda jantan, karena dia lebih cepat
dan lebih kuat.

Al-Hafidz Ibnu Hajar menafsirkan perkataan Rasyid ini dengan
mengatakan : Yaitu dari para sahabat dan orang setelah mereka.

Saya berkata : Yang dimaksud adalah shahabat karena Rasyid bin Saad
adalah seorang Tabi'in maka sudah tentu yang dimaksud di sini adalah
shahabat.

[2]. Berkata Imam Bukhari (9/552 Fathul Bariy) : Bab As-Salaf tidak
pernah menyimpan di rumah atau di perjalanan mereka makanan daging dan
yang lainnya.

Saya berkata ; Yang dimaksud adalah shahabat.

[3]. Imam Bukhari berkata (1/342 Fathul Bariy) : Dan Az-Zuhri berkata
tentang tulang-tulang bangkai seperti gajah dan yang sejenisnya : Saya
menjumpai orang-orang dari kalangan ulama Salaf bersisir dan berminyak
dengannya dan mereka tidak mempersoalkan hal itu.

Saya berkata : Yang dimaksud adalah sahabat karena Az-Zuhri adalah
seorang tabiin.

[4]. Imam Muslim telah mengeluarkan dalam Muqadimah shahihnya hal.16
dari jalan periwayatan Muhammad bin Abdillah, beliau berkata aku telah
mendengar Ali bin Syaqiiq berkata ; Saya telah mendengar Abdullah bin
Almubarak berkata - di hadapan manusia banyak- : Tinggalkanlah hadits
Amru bin Tsaabit, karena dia mencela salaf.

Saya berkata : Yang dimaksud adalah sahabat.

[5]. Al-Uza'iy berkata : Bersabarlah dirimu di atas sunnah, tetaplah
berdiri di tempat kaum tersebut berdiri, katakanlah sebagaimana yang
mereka katakan, tinggalkanlah apa yang mereka tinggalkan dan tempuhlah
jalannya As-Salaf Ash-Shalih, karena akan mencukupi kamu apa saja yang
mencukupi mereka [Dikeluarkan oleh Al-Aajury dalam As-Syari'at hal.57]

Saya berkata : Yang dimaksud adalah sahabat. Oleh karena itu, kata
As-Salaf telah mengambil makna istilah ini dan tidak lebih dari itu.
Adapun dari sisi periodisasi (perkembangan zaman), maka dia
dipergunakan untuk menunjukkan generasi terbaik dan yang paling benar
untuk dicontoh dan diikuti, yaitu tiga generasi pertama yang telah
dipersaksikan dari lisan sebaik-baiknya manusia Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam bahwa mereka memiliki keutamaan dengan sabdanya.

"Artinya : Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi
sesudahnya kemudian generasi sesudahnya lagi kemudian datang kaum yang
syahadahnya salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan
sumpahnya mendahului syahadahnya" [Dan dia adalah hadits Mutawatir
akan datang Takhrijnya]

Akan tetapi periodisasi ini kurang sempurna untuk membatasi pengertian
salaf ketika kita lihat banyak dari kelompok-kelompok sesat telah
muncul pada zaman-zaman tersebut, oleh karena itu keberadaan seseorang
pada zaman tersebut tidaklah cukup untuk menghukum keberadaannnya di
atas manhaj salaf kalau tidak sesuai dengan para sahabat dalam
memahami Al-Kitab dan As-Sunnah. Oleh karena itu para Ulama
mengkaitkan istilah ini dengan As-Salaf Ash-Shalih.

Dengan ini jelaslah bahwa istilah Salaf ketika dipakai tidaklah
melihat kepada dahulunya zaman akan tetapi melihat kepada para sahabat
Nabi dan yang mengikuti mereka dengan baik. Dan diatas tinjauan inilah
dipakai istilah salaf yaitu dipakai untuk orang yang menjaga
keselamatan aqidah dan manhaj di atas pemahaman Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam dan para sahabatnya Radhiyallahu a'nhuma sebelum
terjadinya perselisihan dan perpecahan.

Adapun nisbat Salafiyah adalah nisbat kepada Salaf dan ini adalah
penisbatan terpuji kepada manhaj yang benar dan bukanlah madzhab baru
yang dibuat-buat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam Majmu' Fatawa
4/149 : Tidak ada celanya atas orang yang menampakkan manhaj Salaf,
menisbatkan kepadanya dan bangga dengannya, bahkan pernyataan itu
wajib diterima menurut kesepakatan Ulama, karena madzhab Salaf tidak
lain adalah kebenaran itu sendiri.

Sebagian orang dari orang yang mengerti akan tetapi berpaling ketika
menyebut Salafiyah, mereka terkadang menyangka bahwa Salafiyah adalah
perkembangan baru dari Jama'ah Islamiyah yang baru yang melepaskan
diri dari lingkungan Jama'ah Islam yang satu dengan mengambil untuk
dirinya satu pengertian yang khusus dari makna nama ini saja sehingga
berbeda dengan kaum muslimin yang lainnya dalam masalah hukum,
kecenderungan-kecenderungan bahkan dalam tabia'at dan norma-norma
etika (akhlak).[1]

Tidaklah demikian itu ada dalam manhaj salafi, karena salafiyah adalah
Islam yang murni (bersih) secara sempurna dan menyeluruh baik kitab
maupun sunnah dari pengaruh-pengaruh endapan peradaban lama dan
warisan kelompok-kelompok sesat yang beraneka ragam sesuai dengan
pemahaman Salaf yang telah dipuji oleh nash-nash al-Kitab dan As-Sunnah.

Prasangka itu hanyalah rekaan prasangka salah dari suatu kaum yang
tidak menyukai kata yang baik dan penuh barokah ini, yang asal kata
ini memiliki hubungan erat dengan sejarah umat Islam sampai bertemu
generasi awal, sehingga mereka menganggap bahwa kata ini dilahirkan
dari gerakan pembaharuan yang dikembangkan oleh Jamaluddin Al-Afghaniy
dan Muhammad Abduh pada masa penjajahan Inggris di Mesir.[2]

Orang yang menyatakan persangkaan ini atau yang menukilkannya tidak
mengetahui sejarah kata ini yang bersambung dengan As-Salaf Ash-Shalih
secara makna, pecahan kata dan periodisasi. Padahal para ulama
terdahulu telah mensifatkan setiap orang yang mengikuti pemahaman para
sahabat dalam aqidah dan manhaj dengan Salafi. Seperti ahli sejarah
Islam Al-Imam Adz-Dzahaabiy dalam Siyar 'Alam an-Nubala 16/457 menukil
perkataan Ad-Daroquthniy : Tidak ada sesuatu yang paling aku benci
melebihi ilmu kalam. Kemudian Adz-Dzahaabiy berkata : Dia tidak masuk
sama sekali ke dalam ilmu kalam dan jidal (ilmu debat) dan tidak pula
mendalami hal itu, bahkan di adalah seorang Salafi.


[Disalin dari Kitab Limadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy, edisi
Indonesia Mengapa Memilih Manhaj Salaf (Studi Kritis Solusi
Problematika Umat) oleh Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilaly,
terbitan Pustaka Imam Bukhari, penerjemah Kholid Syamhudi]
_________
Foote Note.
[1] Lihatlah tulisan Dr. Al-Buthiy dalam kitabnya As-Salafiyah
Marhalatun Zamaniyatun Mubarokatun La Madzhabun Islamiyatun, kitab ini
lahiriyahnya rahmat tetapimsebaliknya merupakan adzab.
[a] Dia berusaha mencela As-Salaf dalam manhaj ilmiyah mereka dalam
talaqiy, pengambilan dalil (istidlal) dan penetapan hukum (istimbath),
dengan demikian dia telah menjadikan mereka seperti orang-orang ummiy
yang tidak mengerti Al-Kitab kecuali hanya dengan angan-angan.
[b] Dia telah menjadikan manhaj Salaf (As-Salafiyah) fase sejarah yang
telah lalu dan hiloang tidak akan kembali ada kecuali kenangan dan
angan-angan.
[c] Mengklaim bid'ahnya intisab (penisbatan) kepada salaf, maka dia
telah mengingkari satu perkara yang sudah dikenal dan tersebar
sepanjang zaman secara turun temurun.
[d] Dia berputar seputar manhaj Salaf dalam rangka membenarkan madzhab
khalaf dimana akhirnya dia menetapkan bahwa manhaj khalaf adalah
penjaga dari kesesatan hawa nafsu dan menyembunyikan
kenyataan-kenyataan sejarah yang membuktikan bahwa manhaj khalaf telah
mengantar kepada kerusakan peribadi muslim dan pelecehan manhaj Islam.
[2] Dakwaan-dakwaan ini memiliki beberapa kesalahan :
[a] Gerakan yang dipelopori oleh Jamaludin Al-Afghaniy dan Muhammad
Abduh bukanlah salafiyah akan tetapi dia adalah gerakan aqliyah
kholafiyah dimana mereka menjadikan akal sebagai penentu daripada naql
(nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah).
[b] Telah muncul penelitian yang banyak seputar hakikat Al-Afghaniy
dan pendorong gerakannya yang memberikan syubhat (keraguan) yang
banyak seputar sosok ini yang membuat orang yang memperhatikan
sejarahnya untuk was-was dan berhati-hati darinya.
[c] Bukti-bukti sejarah telah menegaskan keterlibatan Muhammad Abduh
pada gerakan Al-Masuniyah dan dia dianggap tertipu oleh propagandanya
dan tidak mengerti hakikat gerakan Masoni tersebut.
[d] Pengkaitan As-Salafiyah dengan gerakan Al-Afghaniy dan Muhammad
Abduh adalah tuduhan jelek terhadapnya walaupun secara tersembunyi
dari apa yang telah dituduhkan mereka kepadanya dari keterikatan dan
motivasi yang tidak jelas.

sumber: www.almanhaj.or.id

Reply via email to