http://ferizalramli.wordpress.com/

Gelora diantara karya agung dan sisi kelam…

(ini Forward dari tulisan seorang sahabat lama yang bernama „Friedrich
Rasyidin". Anda perlu rileks membaca tulisan sobat saya, Mas Friedrich
ini. Se-rileks mungkin...)


„Asrul, aku kena spilis. Tampaknya aku ndak bisa sembuh dan aku akan
mati karenanya. Kau ndak usah bersedih karena kematianku. Jangan
khawatir sobat setiap sastrawan-2 besar mati karena spilis…"


Kurang lebih itulah sepenggal kalimat yang ditulis oleh sastrawan
Asrul Sani terhadap sohib kentalnya si binatang jalang Chairil Anwar
disaat terakhir menjelang kematiannya. Lelaki inspirasi atas nama
kejalangan dan keliaran yang begitu apik flamboyant.


Ah, aku tidak ingat persis keutuhan potongan paragraf indah yang
melukai hatiku. Itu kubaca mungkin sekitar lebih 20 tahun lalu. Kubaca
saat aku baru belajar mengenal jati diriku. Saat darah muda idialisku
bergelora seakan ingin menggenggam dunia. Saat darah mudaku juga
berfantasi liar atas keindahan lekuk-lekuk tubuh gadis-2 lawan jenisku
yang dibalut dalam seragam sekolahnya.


Disaat cinta monyet masa-2 SMA mengejawantah pasti. Saat mungkin
sebagian diantara kita sudah merasakan indahnya madu cinta. Direguk
habis dengan berbagai cita rasa dalam hasrat gelora atas nama cinta.
Saat semuanya diselesaikan secara tuntas tanpa peduli apa yang akan
dipersembahkan nanti atas nama institusi pernikahan.


Saat itulah tulisan Asrul Sani di detik-2 kematian Chairil Anwar
begitu terekam di memoriku terdalam.


Selanjutnya klik: http://ferizalramli.wordpress.com/


Kirim email ke