Melangkah dengan Prinsip

 

Bandara Adi Sucipto, Jogja, 28 Mei 2009. 

Pukul 19.00 WIB.  Sambil menunggu pesawat Garuda yang delay hingga pukul 23.45

Oleh : Abdul Latief.

 

 

Pada setiap bongkahan batu ada unsur keindahan, selama menemukan pemahat yang 
tepat. - Michael Anggelo --.

 

Selama 3 hari ini aku dinas keluar kota untuk survey beberapa kota di 
Karesidenan Banyumas. Perjalanan satu kota dengan kota yang lain harus menempuh 
jarak 30 menit hingga 2 jam, otomatis cukup melelahkan karena harus menempuh 
jarak yang tak dekat dalam dalam jangka waktu yang lumayan singkat. Namun semua 
kujalani dengan gembira, karena banyak hal baru yang aku dapat selama tugas ini.

 

Kamis, hari ini survey terakhir di Cilacap telah rampung dan langsung bergegas 
ke Jogja untuk segera pulang ke jakarta, karena jumat aku harus kembali 
beraktifitas di kantor Jakarta. Pesawat Garuda ke Jakarta dijadwalkan pukul 
19.55 WIB tiba pukul 20.55. 

 

Pukul 18.20 aku sudah tiba di Bandara, setelah urusan check in tiket selesai di 
laksanakan ternyata pesawat Garuda yang akan ditumpangi mengalami kerusakan. 
Dan harus ditunda hingga sekitar pukul 22.00 itupun belum pasti. Sontak hal ini 
membuat berang para penumpang yang harus menunggu lama. Mereka mengumpat dan 
menyerbu para petugas dengan penuh kegeraman, sedangkan aku mencoba memaklumi 
hal tersebut mungkin akibat terlalu sering mengalami hal serupa. Yang paling 
parah ada saat di makassar aku harus menunggu pesawat yang mestinya berangkat 
pukul 09.00 pesawat ditunda hingga pukul 17.45. Itulah gambaran industri 
penerbangan di Indonesia. 

 

Para penumpang masih geram, para petugas memasang muka tebal dan telinga yang 
lebar sambil menata hati untuk menerima resiko pekerjaan mereka sebagai staff 
frontline. Akupun sebenarnya tengah menata hati akibat cobaan hati yang tengah 
mendera dalam seminggu ini dan puncaknya pada hari ini. Namun tak elok rasanya 
jika harus tenggelam dalam rasa itu, sehingga aku berusaha produktif dengan 
kembali mengingat sebuah tayangan inspiratif di metro TV, Kick Andy pada 22 mei 
2009 yang lalu. Tayangan itu mengulas tentang "Young On Top", kisah orang-orang 
yang berhasil menapaki jenjang karir tinggi di usia mereka yang terbilang muda 
dan mereka ini bukanlah para pewaris perusahaan keluarga, tapi mereka bergabung 
dengan modal awal sebuah surat lamaran. 

Beberapa kisah yang diangkat pada Kick Andy episode kali ini antara lain kisah 
tentang Firmanzah, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang berusia 32 
tahun. Beliau adalah dekan termuda yang pernah dimiliki Universitas paling 
bergengsi di Indonesia ini. Juga tentang Anies Baswedan, Rektor Universitas 
Paramadina, yang menempati posisi rektor pada usia 38 tahun, Anies juga pernah 
dinobatkan sebagai salah satu dari 100 tokoh intelektual dunia oleh Jurnal 
Foreign Policy di Washington. Tahun 2009 Anies terpilih lagi, menjadi salah 
satu tokoh muda Indonesia yang memperoleh "Young Global Leader Honorees 2009".

Selain itu, ada juga kisah tentang Yorris Sebastian yang meninggalkan bangku 
kuliah di tingkat II dan memilih untuk bekerja sebagai asisten Meutia Kasim di 
Hard Rock Café. Tujuh tahun bekerja di sana, ia berhasil menjabat sebagai 
General Manager Hard Rock Café, pada usia 26 tahun. Yorris pun tercatat sebagai 
GM termuda Hard Rock Café se Asia Pacifik dan GM termuda Hard Rock sedunia. 
Sementara itu, Yan Hendry Jauwena, di usianya yang ke-28 tahun menduduki posisi 
sebagai Trade Lane Manager DHL Asia-Pacifik. Dan Antonny Liem , pria kelahiran 
tahun 1976, mencapai posisi sebagai President Direktur di perusahaan IT Multi 
Nasional, di usia 26 tahun. 

Dari dunia BUMN, ada juga Katherina Patrisia, yang dicatat Museum Rekor 
Indonesia (MURI) sebagai Direktur termuda di seluruh Badan Usaha Milik Negara 
(BUMN). Katherina memulai karir di BUMN sebagai tenaga magang di Jakarta Lloyd. 
Dan di usia 34 tahun, ia menjadi salah satu Direktur di PT Boma Bisma Indra, 
Surabaya.

Satu lagi yang diangkat di Kick Andy yaitu Billy Boen. Di usianya yang ke-26 
Billy sudah menjabat sebagai General Manager untuk perusahaan brand termana, 
Oakley. Kini, di usia 30 tahun, Billy menjabat sebagai kepala divisi Food & 
Beverage di MRA Grup. Ia membawahi tim sebanyak 500 orang. Dan Billy sudah 
menuangkan berbagai pengalamannya dalam sebuah buku "Young On Top". Buku inilah 
yang menjadi inspirasi Kick Andy untuk mengangkat kisah sukses tentang mereka 
semua.

 

 

Dalam semua kisah di atas, tak ada satupun dari mereka yang pernah membayangkan 
akan menjadi seperti mereka saat ini. Anies baswedan misalnya, saat ditanya 
cita-cita anda apa dulu? Dengan lugas beliau menjawab, bahwa ia seperti 
anak-anak normal lainnya yang memiliki impian untuk menjadi pilot, dokter atau 
tentara, tentunya tak pernah mengira akan menjadi rektor seperti saat ini. 

 

Begitu pula Yoris yang saat itu menjadi tumpuan harapan orang tuanya untuk 
lulus sarjana, dan bekerja seperti kebanyakan orang, namun passion dalam 
dirinya telah menghantarkan pada keberhasilannya sekarang. 

 

Banyak dari kita juga mengalami hal yang sama, bahwa cita-cita sewaktu kecil 
tidak selalu sejalan dengan kenyataan yang kita alami sekarang, namun 
kesuksesan tidak selalu diukur dari tercapai atau tidaknya cita-cita itu, namun 
sebesar apa yang bisa kita raih saat ini serta mensyukuri setiap pencapaian 
yang kita gapai.

 

Sukses yang diraih oleh mereka saat masih muda mungkin akan meraih decak kagum 
atas kegemilangan mereka dalam meroketkan potensi diri serta memanfaatkan 
kesempatan yang ada di depan mata, namun perjalanan waktu bisa saja merubah 
orientasi hidup yang mereka jalani. Kesombongan atau materialistis misalnya. 
Namun syukurlah bahwa saya tidak melihat hal itu dalam sesi wawancara dengan 
mereka. 

 

Rasa syukur dan salut saya untuk beberapa dari mereka adalah orientasi nilai 
kesuksesan dalam sudut pandang beberapa diantara mereka, bahwa kesuksesan 
bukanlah sebesar apa gaji yang didapat atau jebatan yang dipegang, namuan 
sebesar apa yang dapat disumbangkan bagi kepentingan orang banyak.

 

Tidak mudah memang mewujudkan kesuksesan dalam orientasi nilai perjuangan bagi 
kepentingan umat, sebab akan ada perang batin untuk bisa mewujudkannya. Perang 
batin seorang Firmanzah misalnya, Sarjana lulusan UI ini menyelesaikan 
sekaligus program master dan doktoralnya di Prancis dalam waktu 3 tahun. Beliau 
sempat mengajar dan akan membina karir di sana sebagai dosen hingga meraih 
gelar guru besar. Namun ada panggilan batin yang sangat keras dalam jiwanya 
untuk kembali mengabdi di tanah air. Melalui sebuah dialog dalam kebimbangan 
bersama Guru besarnya di Perancis, beliau mendapat masukan berikut,  "kalau 
kamu tetap mengajar di sini, saya sudah bisa pastikan masa depan kamu sebagai 
seorang guru besar yang juga akan mengajar di maroko, dan beberapa negara 
lainnya, namun itulah puncak karir kamu di sini. Sedangkan di negaramu kau tak 
akan pasti akan menjadi apa, namun kamu akan sangat dibutuhkan keberadaannya di 
sana ketimbang keberadaanmu di sini" nasihat itulah yang telah mematri niatnya 
untuk kembali mengabdi di tanah air, walaupun dalam hatinya beliau berujar "Aku 
meninggalkan kepastian di perancis, demi sebuah ketidak pastian di negeriku 
sendiri" namun akhirnya keberhasilan menjadi buah dari komitmennya membangun 
negeri ini.

 

Pilihan hidup yang dan prinsip yang dipegang oleh Anies Baswedan juga 
menyiratkan tentang orientasi hidup yang hampir sama dengan sudut pandangku 
saat ini. Saat Anies ditanya, apa yang mendasari beliau memilih pekerjaan dan 
tempat dia berlabuh?  Saat itu beliau menjawab "ada tiga hal yang menjadi 
pertimbangan saya dalam bekerja. Pertama, apakah pekerjaan ini dapat 
menyumbangkan peningkatan intelektual bagi diri saya?. Kedua, apakah pekerjaan 
itu dapat memberikan kehidupan bagi keluarga? Dan ketiga yang paling terpenting 
adalah, apakah pekerjaan itu dapat memberikan kontribusi bagi kehidupan 
masyarakat ?"

 

Apa yang dipilih oleh firmanzah atau Anies Baswedan adalah bagian dari prinsip 
hidup yang selama ini berusaha terus aku pegang. Semua itu berawal di akhir 
masa SMA-ku dulu, saat itu aku bingung menentukan kemana langkahku selanjutnya, 
di tengah kebingunganku, seorang guruku yang sangat bijak memberiku sebuah 
petuah yang mencerahkanku hingga saat ini. "Tief, setiap langkah dalam hidup 
harus dimulai dari orientasi perjuangan. Selalu utamakan mencari lahan 
pengabdian maka setelah itu lahan penghidupan akan sendirinya datang padamu. 
Sebab Tuhan tak pernah akan pilih kasih pada setiap umatnya yang memang layak 
untuk mendapat penghargaan-Nya."

 

Setelah itu, prinsip yang aku pegang itu terkadang terasa aneh bagi orang-orang 
disekitarku termasuk keluarga. Beberapa kali aku mendapatkan tawaran untuk 
meningkatkan penghasilan atau jabatan, namun dengan sebuah keyakinan dan senyum 
lebar aku menolak hal tersebut, karena tidak sesuai dengan passion dan prinsip 
hidup yang aku pilih. Jelas hal tersebut dianggap aneh oleh banyak orang, namun 
aku yakin bahwa Tuhan telah menyiapkan yang terbaik buatku atas pilihan 
prinsipku ini. Mungkin tidak sekarang, sebab setiap prinsip akan mendapat ujian 
sebelum akhirnya menghasilkan nilai. Entah sampai kapan aku bertahan di 
tempatku sekarang singgah, mungkin aku akan mengakhiri karir hidupku sampai 
pensiun di tempat ini? Kalaupun aku harus pergi dari tempatku saat ini, aku 
selalu berusaha setiap pijakan kakiku berpegang teguh pada nilai dan prinsip 
perjuangan. Ammiien..!

 

Wallahu A'lam Bish shawab. 

 

 

 

ABDUL LATIEF
Sales Training Instructure
Astra International,Tbk -Honda

Email    : abdul.lat...@hso.astra.co.id
HP       : 0852 166 566 32
Tlp       : (021) 653 10 250 Ext.3546
Fax      : (021) 653 10 245
Hidup sekali, hiduplah yang berarti...


The information transmitted is intended only for the person or the entity to 
which it is addressed and may contain confidential and/or privileged material. 
If you have received it by mistake please notify the sender by return e-mail 
and delete this message including any of its attachments from your system. Any 
use, review, reliance or dissemination of this message in whole or in part is 
strictly prohibited. Please note that e-mails are susceptible to change. The 
views expressed herein do not necessarily represent those of PT Astra 
International Tbk and should not be construed as the views, offers or 
acceptances of PT Astra International Tbk.

Kirim email ke