Pembuatan
maklumat adalah untuk mempersatukan  para keturunan Banten agar
tidak terpecah oleh karena itu kita berikan kesempatan Kepada Rt. Ayu
Mintorosasi untuk mengawali menyusun kembali para ratu dan tubagus yang
ada di banten dan luar banten agar jati diri banten kembali.Dengan ada
kesultanan  yang berkenan berkantor nantinya di ext pendopo gubernur
tidak ada kaitannya bersaing dengan pemerintah justru ini mengangkat
wibawa Banten di mata Dunia. Jangan persempit pemikiran. Banten tidak
akan begini terus dan harus selalu berjaya kalau bukan kita yang
mengawali siapa lagi..??

Salam Semangat ..!!

(Tulisan di bawah ini ada benarnya)

Siapakah Sultan Banten Terakhir?                        
                                                
                                
                
                                
                                
                
                                
                                
                                        




        
                
                        Written by Ibnu Adam Aviciena           
                  
        



        
                Sunday, 11 October 2009 15:33   





Oleh Ibnu Adam Aviciena
 
Apabila membaca sejarah Banten, kita
akan menemukan bahwa sultan Banten terakhir adalah Rafiudin yang
memerintah dari 1813-1820. Pertanyaannya: benarkan Rafiudin adalah
sultan Banten terakhir? Sejauh ini buku-buku sejarah Banten menyatakan
demikian. Namun pada tulisan ini saya akan menawarkan satu versi
sejarah yang berbeda, bahwa sultan Banten terakhir bukan Rafiudin,
melainkan Sultan Muhammad Safiudin. Lalu siapakan Rafiudin yang
menggantikan posisi Sultan Muhammad Safiudin itu? Ratu Ayu Mintorosasi
Mahayanti Hendrawardani (86), buyut dari Sultan Muhammad Safiudin
menuturkan kepada saya dan Mufti Ali di rumahnya di Bintaro, Tangerang.




Akar Masalah 

Mintorosasi mengatakan
bahwa Sultan Safiudin memiliki ibu suri. Ibu suri ini memiliki saudara
perempuan. Perempuan inilah isteri dari Rafiudin yang selama ini
diklaim sebagai sultan Banten terakhir. Ia sendiri, Rafiudin, bukan
orang Banten, melainkan orang Jawa. Bahkan Rafiudin bukan nama aslinya.
Nama itu digunakan setelah dia ada di Banten. “Kebijakan” ini digunakan
agar orang Banten mengakui dia sebagai orang Banten.
 
Selanjutnya, Sultan Safiudin diturunkan dari jabatannya sebagai
sultan Banten oleh Belanda. Sultan Safiudin pada tahun 1832 kemudian
dibuang ke Surabaya. Keluarga Sultan Safiudin yang memiliki uang ikut
dengan Sultan ke Surabaya, sedangkan yang tidak punya uang menyingkir
ke Menes, Pandeglang. Dalam pembuangan itu, Mintorosasi mengatakan,
keluarga sultan tidak membawa apa-apa. Sepanjang 1832-1945 Sultan
Safiudin beserta keturunannya tidak diizinkan untuk datang ke Banten.
Setelah Sultan Safiudin diturunkan dari kesultanan, Belanda
menyerahkan kedudukan itu kepada Rafiudin. Rafiudin yang kemudian
dijadikan sultan ini tidak diakui oleh keluarga kesultanan. Dalam hal
ini Heriyanti Ongkodharma Untoro dalam bukunya Kapitalisme Pribumi Awal
Kesultanan Banten 1522-1684, mengatakan bahwa Rafiudin adalah sultan
tanpa kedaulatan penuh. Dan pada akhirnya Rafiudin pun dibuang oleh
Belanda ke Surabaya pada tahun yang sama dengan pembuangan Sultan
Safiudin. Mintorosasih yakin bahwa meskipun keduanya dibuang pada tahun
yang sama, Sultan Safiudin dibuang lebih awal. Keduanya meninggal di
Surabaya. Sultan Safiudin dimakamkan di Boto Putih, sedangkan Rafiudin
dikuburkan di Pemakaman Semut, dekat Stasiun Semut.
 
Silsilah Sultan Safiudin 

Dalam
pembuangannya Sultan Safiudin bersumpah agar tak ada satupun dari
keturunannya yang menikah dengan orang kulit putih. Namun hal lain,
sebagaimana akan ditunjukan di bawah, terjadi. Hal berikutnya, semua
kekayaan Sultan Safiudin, termasuk mahkota dan permainan congklak yang
terbuat dari mas dan zamrud, diambil Belanda. Sementara itu Sultan
Safiudin juga masih harus membayar pajak atas perkebunan kelapa
miliknya yang ada di Banten. 
Pada suatu hari seorang kontroler
pajak datang ke tempat pembuangan sultan di Surabaya , meminta agar
Sultan Safiudin membayar pajak atas perkebunan kelapanya yang ada di
Banten. Mendapati kenyataan ini Sultan marah. Dia sudah dibuang,
kekayaannya diambil, Belanda masih juga memaksa dia untuk membayar
pajak atas kebunnya yang ada di negerinya. Dalam marahnya, Sultan
menggembrak mebeul marmer hingga pecah. Sepulang dari pertemuan dengan
sultan, jelas Mintorosasih, kontroler tadi tidak lama kemudian gila.
Sultan Safiudin memiliki tiga anak sebagai berikut: Surya Kumala
(tak memiliki keturunan), Surya Kusuma (menjalani kehidupan asketis),
anonim (meninggal sejak bayi), dan Surya Atmaja. Surya Atmaja alias
Pangeran Timur memiliki anak kembar: Ratus Bagus Maryono dan Ratu Bagus
Iman Supeno. Iman Supeno menikah dengan seorang Indo bernama Corry.
Dari pernikahan itu ia memiliki satu anak laki-laki dan dua orang
putri. Anak pertamanya meninggal. Dalam pekerjaan Iman Supeno terakhir
menjabat sebagai kepala Burgerlijk Openbare Werken (Pekerjaan Umum) di
Sumatra.
Ratu Bagus Maryono bekerja sebagai kepala sebuah bank yang sekarang
menjadi BRI dan memiliki 17 anak. Mintorsasih menjelaskan bahwa pada
satu waktu sebagian dari 17 anak ini terus meninggal karena panas.
Sekarang, dari 17 anak itu, tersisa dua orang yang masih hidup, yaitu
Ratu Ayu Mintorosasih (lahir 1920) dan Ratu Bagus Kartono (1932). 

Sumpah yang Terlanggar 

Seperti
disebutkan di atas, dalam pembuangannya di Surabaya Sultan Safiudin
bersumpah bahwa tidak boleh ada keturunannya yang menikah dengan orang
kulit putih. Yang terjadi, anak pertamanya, Pangeran Surya Kumala
menikah dengan perempuan Prancis. Ini terjadi berawal dari hilangnya
burung merak Pangeran Surya Kumala. Dia meminta pembantunya untuk
mencari burung tersebut. Lalu burung itu ditemukan di halaman rumah
seorang konsul Prancis. Ketika burung merak itu diminta oleh
pembantunya, putri konsul Prancis mencacimaki. Dalam caciannya dia
mengatakan bahwa dia, putri Prancis ini, ingin menjadikan Pangeran
Surya Kumala sebagai keset toilet.
Merasa terhina oleh kata-kata itu Pangeran Surya Kumala kemudian
bertapa, hingga tiba suatu saat di mana keduanya bertemu dalam satu
undangan. Dalam pertemuan itu, kata Mintorosasih, Pangeran Surya Kumala
terus memandangi putri konsul Prancis yang pernah mencacimakinya. Ada
kemungkinan bahwa putri konsul Prancis ini tidak mengetahui bahwa pria
itu adalah Pangeran Surya Kumala. Singkat cerita, putri konsul ini
jatuh cinta dan mereka memutuskan untuk menikah.
Mintorosasih menganggap pernikahan ini melanggar sumpah buyut Sultan
Safiudin yang melarang keturunannya untuk menikah dengan orang kulit
putih. Karena itu semua gelar yang dimiliki Pangeran Surya Kumala
dicabut. Pada perkembangan selanjutnya, keturunan Sultan Safiudin yang
menikah dengan orang kulit putih tidak hanya Pangeran Surya Kumala,
melainkan juga cucu Sultan dari anak bungsunya, yaitu Maryono, yang
menikah dengan seoran Indo.

Siapa Mintorosasih? 

Ratu
Ayu Mintorosasi Mahayanti Hendrawardani adalah putri Iman Supeno putra
Surya Atmaja putra Sultan Safiudin. Lahir pada 22 Desember 1922 di
Kediri,  ia sekolah di MULO di kota yang sama. Ia berbahasa Inggris,
Belanda, Jerman, dan Prancis, selain Indonesia, Sunda, dan
Jawa—sekalipun katanya bahasa Jerman dan Prancis sudah banyak yang lupa
karena tidak digunakan. Pada 1941 ia menikah dengan Raden Mas Joko
Suyono asal Solo. Suaminya bekerja sebagai asisten wedana, asisten
polisi, kemudian sebagai asisten walikota Kediri. Selanjutnya RM Joko
Suyono meninggal ditembak Belanda sekitar 1947 di hadapannya.
Mintorosasih dan RM Joko Suyono memiliki empat anak, yaitu Ahmad
Raharjo (tinggal di Kasunyatan, Banten), Nugroho Indarso (tinggal di
Tebet), Wiratmo (tinggal di Bogor ), dan Haningdiyo Sularso (tinggal di
Surabaya ). Anak terakhir ini masih berumur 35 hari saat bapaknya
meninggal. Mintorosasi sempat tinggal di Magelang di rumah Prof. Suroyo
sebelum bekerja di Semarang sebagai penerjemah bahasa Belanda di sebuah
kantor tentara. Tahun 1950 pindah ke Jakarta dan mendapat pekerjaan
sebagai general manager ekspor di Usendo. Sempat tinggal di Manggarai
sebelum akhirnya tahun 1990 dia tinggal di Bintaro.
“Saat berceramah di acara dies natalis Untirta tiga empat tahun yang
lalu, saya sampaikan bahwa saya ingin mengembalikan kebesaran agama
Islam di Banten,” jelasnya. Dia juga mengatakan bahwa Banten sangat
spesial dalam konteks kerajaan Islam di Indonesia. Hanya kesultanan
Bantenlah, katanya, yang didirikan oleh seorang wali, yaitu Syarif
Hidayatullah. **

Penulis, relawan Rumah Dunia dan staf Bantenologi.

--- On Fri, 4/9/10, Sp Saprudin <udari...@yahoo.co.id> wrote:

From: Sp Saprudin <udari...@yahoo.co.id>
Subject: Bls: [WongBanten] MAKLUMAT   RAKYAT   BANTEN
To: WongBanten@yahoogroups.com
Date: Friday, April 9, 2010, 10:34 AM







 



  


    
      
      
      Maklumat rakyat Banten? Rakyat Banten yang mana? Terus apa yang hendak 
dilakukan oleh mereka yang mengklaim keturunan Kesultanan Banten terhadap 
daerah dan rakyat Banten. Apakah bisa jaminan Banten akan maju, makmur, 
seumpama keturunan kesultanan banten tampil menjadi pimpinan di Banten. 
Berkaca kepada sejarah, hancurnya kesultanan Banten terjadi akibat konflik 
kepentingan dalam tubuh keluarga kesultanan.
 
Saya selaku rakyat Banten dan bahkan seluruh rakyat/masyarakat Banten pasti 
mendambakan sosok pimpinan yang beriman dan bertaqwa, yakni dengan kriteria :
1. Pemimpin Jujur,
2. Pemimpin Amanah,  
3. Pemimpin Adil, dan
4. Peduli kepada Rakyat
5. Pemimpin Qudwah hasanah (pemimpin yang bisa dijadikan suri tauladan)
 
Rakyat Banten mendambakan sokok pemimpin yang zuhud (sederhana), bukan pemimpin 
korup yang hidup mewah, menghambur-kan uang rakyat demi kepentingan sendiri, 
keluarga dan kroni-kroninya.
 
Adakah calon pemimpinan Banten yang memenuhi figur tersebut diatas?
Wallahu'alam.
 
  




Dari: Ibnu Adam Aviciena <ibnuaviciena@ yahoo.com>
Kepada: wongban...@yahoogro ups.com
Terkirim: Jum, 9 April, 2010 06:18:12
Judul: Re: [WongBanten] MAKLUMAT RAKYAT BANTEN


  





yang membuat teks maklumat ini siapa?



--- Pada Kam, 8/4/10, mustain jiddan <jidda...@yahoo. com> menulis:


Dari: mustain jiddan <jidda...@yahoo. com>
Judul: Re: [WongBanten] MAKLUMAT RAKYAT BANTEN
Kepada: wongban...@yahoogro ups.com
Tanggal: Kamis, 8 April, 2010, 6:37 AM


  


Jika keturunan Raja yang memimpin Banten Kemungkinan Untuk Mensejahterakan 
Banten Dengan Tulus Bisa Saja Terjadi... Tapi Jika Keturunan Jawara atau 
Pengusaha Yang Menjadi Raja... Justru Bukan Mensejahterakan Malah Menguasai 
Sekehendak Hati... Ok deh Mudah2an Ibu Mintorosasi akan mau turun gunung....  
Ratu - ratuan yang lain minggir dulu ya... hehehe







From: bayu sukma <bayu_banten@ yahoo.com>
To: wongban...@yahoogro ups.com
Sent: Wed, April 7, 2010 1:42:45 PM
Subject: Re: [WongBanten] MAKLUMAT RAKYAT BANTEN

  








بِســمِ اللهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيـم
MAKLUMAT   RAKYAT   BANTEN
 
SUDAH DUA ABAD BANTEN DIPORAKPORANDAKAN PENJAJAH BELANDA
 
BELANDA MENGASINGKAN KELUARGA SULTAN BANTEN TERAKHIR KE SURABAYA TAHUN 1832
 
TETAPI, ALLAH MASIH SAYANG PADA RAKYAT BANTEN,  DAN MENGHENDAKI KEJAYAAN BANTEN 
HIDUP KEMBALI  SEPERTI DULU KETIKA  MASIH DIPEGANG KESULTANAN  BANTEN.
 
WAKTU PUN BERLALU, INDONESIA MERDEKA,  BANTEN PUN KINI JADI PROPINSI, NAMUN 
KEHENDAK ALLAH DAN DO”A RAKYAT BANTEN  UNTUK MENGHADIRKAN KEMBALI KESULTANAN 
BANTEN MULAI MENDAPAT TITIK TERANG.
 
ALHAMDULILLAH  TITIK TERANG SEBAGAI  AWAL BENANG MERAH KESULTANAN BANTEN SUDAH  
DITEMUKAN. DAN KINI AKAN HADIR  DAN MENJUMPAI  KITA SEMUA,  SEBAGAI RAKYAT 
BANTEN.
 
RATU ADIL, PAYUNG KERAGAMAN, PENYEJUK KESATUAN DAN PERSATUAN.  AKAN DIMILIKI 
KEMBALI OLEH BANTEN
 
KAMI RAKYAT BANTEN MEMOHON KEPADA KELUARGA SULTAN UNTUK MENERIMA KEINGINAN 
RAKYAT BANTEN DALAM MEMBANGUN ULANG  KEJAYAAN BANTEN  SESUAI CITA CITA SULTAN 
BANTEN  
 
KAMI RAKYAT BANTEN MENGHARAPAKAN IBU RATU AYU MINTOROSASI MAHAYANTI 
HENDRAWARDANI   BINTI  PANGERAN MARYONO BIN PANGERAN TIMUR SURYA ATMAJA BIN 
SULTAN  MAULANA MOH.  SAFIUDDIN – TERCATAT DALAM SEJARAH SEBAGAI SULTAN BANTEN 
TERAKHIR YANG DIASINGKAN BELANDA KE SURABAYA -  DAPAT MENGERATKAN KEMBALI 
BANTEN MENJADI DAERAH YANG SUBUR MAKMUR, RUKUN KERAGAMAN DAN  BERKEDAULATAN DI 
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA YANG MERDEKA BERDASARKAN  PANCASILA DAN 
UNDANG UNDANG DASAR  45.
 
KAMI RAKYAT BANTEN MEMOHON KEPADA PEMERINTAH YANG BERKUASA DAPAT MENERIMA IBU 
RATU AYU MINTOROSASI MENJADI RATU BANTEN UNTUK KEMASLAHATAN RAKYAT BANTEN.
 
KAMI RAKYAT BANTEN MENGHARAPKAN KERJASAMA KESULTANAN BANTEN DENGAN PEMERINTAH  
UNTUK MEMBANGUN  BANTEN DI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, UNTUK 
MENSEJAHTERAKAN RAKYAT,  DENGAN SEADIL ADILNNYA .
 
 
HARAPAN RAK YAT BANTEN YANG MEWAKILINNYA
 
 
 




Akses email lebih cepat. 
Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang 
dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! (Gratis) 




    
     

    
    


 



  






      

Kirim email ke