TERM OF REFERENCE (TOR) BANTEN BANGKIT #2: GAWE KUTA BALUWARTI BATA KALAWAN KAWIS LATAR BELAKANG · Sejak 4 Oktober 2000 Banten, melalui kesepakatan politik, menjadi sebuah provinsi, territory yang berdiri sendiri, memiliki hak dan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah-tangganya sendiri serta membangun dan menentukan sistem yang layak dan sesuai dengan kondisi daerah dan kultur yang melekat padanya. Apalagi di era otonomi daerah saat ini. Sebagai sebuah provinsi mandiri, dengan demikian, memungkinkan diciptakannya kenyataan-kenyataan baru. Namun apakah yang terjadi sesudah itu hingga memasuki dasawarsa pertama di tahun 2010 ini? Pihak pemerintah, tentu saja, mengklaim Banten telah meraih kemajuan-kemajuan yang berarti di segala bidang. Tapi banyak kalangan yang justru menilai sebaliknya. · Historia vitae magistra, sejarah adalah guru kehidupan. Demikian seru Cicero (Marcus Tullius), penyair dan politikus Romawi yang hidup pada 106-43 Sebelum Masehi. Kemudian kaum Yunani berkata historia panta rei, sejarah selalu mengalir selalu berulang. Al-Qur’an mengatakan hal yang lebih jelas dan tegas: wa la taqulu li maiyuqtalu fi sabilillah amwat bal ahya, dan janganlah kamu katakan bahwa yang lalu itu mati melainkan tetap hidup (Al Baqarah:154). Banten, tentu tak hanya serentang 10 tahun saat ia bernama Provinsi. Sebab Banten telah ada dan eksis sejak berabad-abad silam dengan seluruh kisah pasang surutnya. Lantas pelajaran apa yang bisa kita petik dari seluruh kisah kelahiran-kejayaan-kehancuran itu? · Banten memiliki sebuah kitab yang sangat berharga: Babad Banten atau Sajarah Banten (anonymous) yang menurut Hoesein Djajadiningrat (1913) merupakan kronik Jawa tertua dipandang dari sudut historis dan historiografis, yakni ditulis pada paruh kedua abad ke-17, sekitar tahun 1662 atau 1663. Pada pupuh 22 terdapat teks “gawe kuta baluwarti bata kalawan kawis” yang berarti ”membangun kota dan benteng pertahanan dari bata dan karang”. Kalimat “Gawe kuta baluwarti” tentu bukan sekadar berarti membangun kota dan benteng pertahanan, namun memiliki makna sebagai sebuah kebudayaan (culture) atau peradaban (civilization). Sedangkan “bata kalawan kawis” perlu ditafsir tidak sebatas sebagai bata dan karang dalam artian denotatif. “Bata” adalah majas bagi unsur buatan hasil kreativitas tangan manusia yang melibatkan materi-materi lain beserta berbagai peralatannya. “Kawis” adalah majas bagi unsur asali yang kokoh. Dengan dua dasar yang saling bersinergi inilah (asli-buatan, pesawahan-pesisiran, pribumi-pendatang, lelaki-perempuan, otot-otak, sains-seni, rakyat-pemerintah, kyai-jawara, golok-pena, dan sebagainya), kota dan peradaban Banten didirikan. Hasilnya adalah kegemilangan Banten pada masa-masa itu. TUJUAN Buku Banten Bangkit #2: Gawe Kuta Baluwarti Bata Kalawan Kawis merupakan kelanjutan dari buku Banten Bangkit: Saatnya Otak Bukan Otot yang telah terbit pada Juni 2010. Seri ke-2 ini berangkat dari semangat menjejaki warisan budaya dari sejarah masa lampau Banten yang telah melahirkan local wisdom berupa ungkapan “gawe kuta baluwarti bata kalawan kawis” dan menapakkannya kembali pada masa kini sebagai ruh dalam merancang sekaligus menggenggam masa depan Banten, baik di bidang politik, ekonomi, keamanan, hukum, HAM, pendidikan, kesehatan, agama, sosial, budaya, dan sebagainya, di tengah pergaulan nasional maupun global. Maka menjadi tugas dan tanggung-jawab seluruh stakeholders untuk menulis sekaligus mendokumentasikan gagasan, pemikiran, dan nilai-nilai yang bertebaran di “Tanah Air Banten” untuk menunjukkan bahwa kita (Banten) itu “ada”, atau setidaknya mengerti “awal kita”, sehingga tahu dan mengerti “hendak ke mana kita” dan “sekarang berada atau sudah sampai di mana”. Sehingga menemukan insight (keinsafan/kebenaran) baru, dan mencipta sejarah masa kini dan masa depan Banten yang lebih emas. Inilah makna dari “Banten Bangkit” itu. Bukan sesuatu yang sekadar ilusi atau, apalagi, manipulasi. KETENTUAN PENULISAN Buku ini terbuka bagi siapa saja. Tulisan minimal 3 hlm 1 spasi, maksimal 4 hlm 1 spasi. Semua penulis yang ingin bergabung di buku Banten Bangkit #2 dimintai keikhlasannya untuk memberi kontribusi Rp 1.500.000,- dibayarkan dimuka. Nanti akan dikonversi ke sejumlah buku. Deadline tulisan dan kontribusi per 31 Juli 2010. Tulisan email ke:: gm_cakraw...@yahoo.com atau gongpublish...@yahoo.com. Subject: Buku Banten Bangkit #2Kontribusi Rp1.500.000,- transfer ke: BCA Serang, an Heri Hendrayana Harris, Norek: 245 1790 121 DRAFT DAFTAR ISI SATU Gerbang: Mengantar dan Menghampiri (puisi) ………………………………Pengantar (Prof. Dr. Yoyo Mulyana, M.Ed)Gawe Kuta Baluwarti Bata kalawan Kawis: Dialog Dua Dunia (Toto ST Radik) DUA (berisi tulisan-tulisan para birokrat) Puisi pembuka penyair BantenEko Koswara - SerangFurtasan Ali Yusuf – DPRD SerangUjang Rafiudin – BPPK Dindik Banten……………………………………..dst – siapa tertarik? ada 9 penulis lagi bisa gabung. TIGA (berisi tulisan-tulisan para pemerhati kritis) Puisi pembuka penyair BantenSudarman, Lc – Ketua Yayasan Peradaban - SerangFatah Sulaeman – Forum Pondok Pesantren - SerangRahmiana Batubara – Direktur Sekolah Peradaban - SerangBoyke Pribadi – Untirta - SerangH. Soleh – La Tansa - LebakSariyah – Untirta - SerangEman Sukirman – Serang Iroh Siti Jahroh - LebakMuhammad Arif kird...@das albantani – SerangLanglang Randhawa – BalarajaRizal Fauzi – Menes PandeglangUmi Kultsum - Serang EMPAT Simpul: Mengurai dan mendedah (epilog) Puisi pembuka penyair BantenPenutup ( Bambang Q Anees, Dosen Filsafat IAIN Sunan Gunung Djati Bandung )