BEDAH BUKU: MEMBACA
BANTEN MEMBACA INDONESIA

Oleh Ahmad Wayang


Gong Publishing
(sebuah lini usaha milik Rumah Dunia) kembali menggebrak dunia literasi di 
Banten
dengan meluncurkan buku “Banten Bangkit #2: Membaca Banten Membaca Indonesia 
[Membangun
Karakter, Menebar Pemikiran]” karya empat jawara asal Pandeglang-Banten, Sabtu
(29/8) Sore di Taman Budaya Rumah Dunia. Keempat jawara itu adalah Abdul Malik,
Abdul Hamid, Zaenal Mutaqin, dan Rahmatulah. Mereka adalah anak dari pasangan
Hj. Mursinah dan (Alm) H. E Sukarsi. “Tulisan-tulisan
di buku ini tidak provokatif, apalagi destruktif. Tapi konstruktif,” kata Abdul
Hamid, mewakili ketiga saudaranya.


Peluncuran buku “Banten
Bangkit #2” di agenda Nyenyore Ala Rumah Dunia, Rintisan Balai Belajar Bersama,
program Direktorat Pendidikan Masyarakat, Dirjen PNFI, Kemendiknas RI, itu
turut dihadiri Muchtar Mandala, Penulis buku Nyi Mas Ropoh, Dr. H. Daenulhay,
Mantan Direktur PT. Krakatau Steel, Komunitas Sebumi, Mahasiswa IAIN, Untirta,
hingga para Ketua Rukun Tetangga Kampung Ciloang dan Hegar Alam.


Gandung Ismanto
Dosen Untirta seaku pembedah buku “Banten Bangkit #2” mengatakan, buku ke empat
jawara itu berisi tetang kegelisahan mengenai sistem kepemimpinan di Banten.
“Saya rasa buku ini menawarkan kegelisahan penulisnya tentang kacau-balau
sistem di Banten, tapi di dalamnya juga menawarkan solusi,” ungkap Gandung. 


H. Embai Mulya
Syharif toko Masyarakat Banten memberikan apresiasi penuh terhadap terbitnya 
buku
“Banten Bangkit #2” ini, “Kita tahu, di Banten ini sangat miskin literatur
tentang Banten,” kata Embai sambil berharap semoga di Banten makin banyak
orang-orang yang mau menulis, khususnya tentang Banten.


Berbicara soal
karakter Banten, H. Embai punya jawabannya. Menurutnya, orang yang lahir di
Banten, tinggal di Banten, mertuanya orang Banten, atau tahu tentang 
Banten, itu juga bisa disebut orang Banten atau wong Banten. “Orang
Banten bukan hanya yang namanya Tubagus saja,” kata Embay, menaggapi pertanyaan
peserta perihal karakter Banten itu apa dan bagaimana. “Orang Banten itu harus
bisa solat dan silat, buka bias pellet dan nyntet,” katanya serius, sekaligus 
menutup
diskusi sore ini. (*) 

 

 

 




      

Kirim email ke