----- Original Message ----- From: "Abas F Soeriawidjaja" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, October 30, 2002 11:38 AM Subject: [yonsatu] Re: Symbol Intelejen !@7*%
> Dengan pandangan saya yang dangkal soal etnis, > organisasi yang saat ini dianggap sebagai "Garis > Keras Islam " semua dipimpin oleh keturunan Timur > Tengah / Arab ( Ba'asyir, Jakfar Umar Thalib-Laskar > Jihad, Habib Rizik-FPI) dan bukan oleh "Wong > Solo". He he he, dua-duanya benar, Basye. Wong Solo iya, Arab juga iya. Persisnya yaa Arab-Solo (Kan ada juga Arab-Pekalongan, Arab-Surabaya, Arab-Krukut, dsb.). Bagian pendanaannya katanya juga Arab Solo, Fuad Bawazier. Tapi dia cuma kasirnya, sumbernya yaa big boss-nya dia itu... Di bawah ini dua analisis tentang fenomena per-Arab-an ini yang muncul dalam suatu seminar Muhammadiyah. Yang pertama telaahan Rektor UIN (dahulu IAIN) Jakarta. Yang kedua reportase dari seminar itu". Wasalam. ================================== http://www.pesantrenonline.com/berita/detailberita.php3?detail=1593 NU dan Muhammadiyah Diminta Rumuskan Program Alternatif PesantrenOnline.Com-Jakarta: Organisasi besar Islam--Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah--diminta merumuskan pemikiran dan program alternatif guna menghadapi gejala sosio-religius yang berkembang dewasa ini. Pengamat sosial keagamaan Azyumardi Azra meminta hal itu di Jakarta, kemarin, dalam seminar bertema Arab dan Islam di Indonesia Dewasa Ini. Seminar yang diselenggarakan Majelis Tablik dan Dakwah Khusus Pengurus Pusat Muhammadiyah berkaitan dengan munculnya kelompok gerakan Islam yang dipimpin warga keturunan Arab di Indonesia. "Saya kira sudah waktunya Muhammadiyah, NU, dan organisasi-organisasi mainstream lainnya bersikap lebih proaktif untuk mengantisipasi perkembangan tersebut," katanya. Menurut Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu, kelompok-kelompok seperti Laskar Jihad, Front Pembela Islam (FPI), dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) serta Jamaah Ikhwal Al-Muslim Indonesia menjadi menonjol, terutama karena pemahaman keagamaan mereka yang literal dan aksi-aksi mereka yang cenderung radikal. Ia memberi contoh, Laskar Jihad di bawah kepemimpinan Ja'far Umar Thalib tak bisa dimungkiri terkait dengan gerakan jihad di Ambon, Maluku. Habib Rizieq Shihab yang mengomandani FPI, kata dia, selalu disandingkan dengan razia yang kadang kala diikuti tindakan perusakan sejumlah tempat hiburan dunia gelap malam seperti kafe, diskotek, klub malam. Sementara Abu Bakar Ba'asyir dengan MMI-nya, kata dia, dianggap melekat dengan jaringan Al-Qaeda. Seperti diketahui, beberapa waktu lalu majalah Time mengutip intelijen Amerika Serikat, CIA, memberitakan tudingan keterkaitan Ba'asyir dengan Al-Qaeda. Mengamati pemahaman Islam, wacana, serta praksis yang mereka kembangkan, imbuhnya, kelompok ini dapat dikategorisasikan sebagai kelompok 'salafi radikal' yang berorientasi pada penegakan dan pengamalan 'Islam murni' atau 'Islam otentik'. Disebut 'salafi radikal' sebab kelompok Islam ini cenderung menempuh pendekatan dengan cara kekerasan guna mencapai tujuan ketimbang pendekatan lewat cara damai dan persuasif. Sementara Muhammadiyah dan NU hanya melakukan pendekatan melalui dakwah yang persuasif, katanya. Islam murni Pada acara yang menghadirkan ahli peneliti utama pada Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Riza Sihbudi itu, Azyumardi mengatakan, kemenonjolan warga keturunan Arab dalam kepemimpinan kelompok-kelompok tersebut pada sisi tertentu tidak mengherankan. Hal itu, kata dia, karena secara historis dan sosiologis terdapat pandangan di antara warga keturunan Arab yang merasa sebagai keturunan Arab mereka memiliki tugas suci yakni 'memurnikan Islam Indonesia' dan membawanya menjadi 'Islam murni' atau 'Islam otentik' seperti pernah dipraktikkan di tanah Arab. "Islam Indonesia dipandang sebagai 'Islam tidak murni' yang telah tercampur dengan kepercayaan dan praktik keagamaan lokal. Berkaitan dengan masalah ini, sejatinya kaum muslimin di mana pun berada tetap melaksanakan ajaran agama sesuai dengan kepercayaannya," katanya. Menurut dia, orang Islam yang baik ada di mana-mana, dan sebaliknya orang Islam yang kurang baik juga terdapat di mana-mana. "Kedua kategori ini bisa ditemukan di Indonesia, di Mesir, dan bahkan di Tanah Suci sendiri tidak tertutup kemungkinan adanya yang baik dan kurang baik," kata Azyumardi. Sebenarnya, awal tahun ini, NU dan Muhammadiyah sudah sepakat untuk melakukan gerakan moral bersama dan melupakan perbedaan yang ada untuk menyelamatkan Indonesia ke depan. Dalam pertemuan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafii Maarif pada 2 Januari 2002 itu juga disepakati untuk bersama-sama mengupayakan kerukunan agama, golongan, suku, dan organisasi politik. Di kalangan umat muslim sendiri akan diupayakan merangkul kelompok Islam radikal guna menyatukan makna perjuangan bagi kaum muslim di negeri yang plural ini. "Sesungguhnya, mereka yang beraliran keras adalah anak-anak NU dan Muhammadiyah yang tidak terawat," kata Hasyim Muzadi. Sedangkan Maarif menambahkan bahwa sesuai dengan harapan banyak kalangan dan makna Islam sesungguhnya, NU dan Muhammadiyah ingin menampilkan wajah Islam yang damai. (MI/zayn) ====================================== --- He-Man <[EMAIL PROTECTED]> wrote: WNI Keturunan Arab dan Islam Radikal di Indonesia Tragedi pemboman di Bali kembali memunculkan nama Abu Bakar Ba'asyr pemimpin Majelis Mujahiddin Indonesia yang oleh banyak negara dituding terlibat aksi-aksi terorisme di beberapa negara di Asia Tenggara. Dalam seminar "Arab dan Islam di Indonesia Dewasa Ini" yang diselengarakan PP Muhammadiyah padahari Rabu 9 Oktober 2002, pimpinan NU dan Muhammadiyah menyatakan kekuatirannya akan aksi-aksi radikalisme Islam yang dipimpin oleh para WNI keturunan Arab di Indonesia , dari Laskar Jihad yang dipimpin Ja'far Umar Thalib, Front Pembela Islam (FPI) dipimpin Habib Rizieq Shihab, Majelis Mujahidin Indonesia dipimpin Abu Bakar Ba'asir, dan Jamaah Ikhwan al-Muslimin Indonesia dipimpin Habib Husein al Habshi. Pada masa lalu kita juga mengenal nama Abdullah Sungkar (alm) WNI keturunan Arab yang melakukan sejumlah aksi pemboman di Indonesia.Demikian juga gerakan tarbiyah yang dipimpin oleh WNI keturunan Arab yang bermukim di Bogor. Begitu pula tokoh-tokoh kunci lapis kedua gerakan-gerakan Islam radikal di Indonesia pun mayoritasnya dipimpin oleh keturunan Arab atau orang Indonesia alumnus universitas Saudi Arabia, Presiden PK Hidayat Nur Wahid misalnya, demikian juga tokoh-tokoh lainnya seperti Ahmad Fais, Asmuni, Hambali, Aunur Rofiq Ghufran, Yazid Jawaz, Abu Haidar, Natsir Harist, dll., yang sebagiannya masuk dalam daftar hitam karena dicurigai terlibat dalam aksi-aksi terorisme. Kalau melihat sejarah pergerakan Islam di Indonesia, komunitas warga Arab sejak lama memang menganut sikap eksklusivme yang berlebihan, mereka menganggap ras mereka lebih unggul dari orang melayu. Pernikahan antara perempuan Arab dengan laki-laki pribumi sangat diharamkan. Dan di kalangan masyarakat Arab Indonesia sendiri terbagi dalam dua kelas yaitu kelas Sayyid (atau juga biasa dipanggil Habib ataupun Syarif) yang merupakan kelas "unggul" karena merupakan keturunan Nabi, dan kelas "masaikh" atau kelas lebih rendah. Pertarungan antar kelas ini menimbulkan friksi keras antar warga Arab, warga Arab dari kelas Sayyid mendirikan Jamiat'ul Kheir, sementara kelas Masaikh mendirikan Al Irsyad, dalam AD/ART Al Irsyad bahkan ditegaskan bahwa kaum Sayyid diharamkan untuk bergabung. Di kalangan para sayyid, pernikahan seorang sayyidah (perempuan sayyid) dengan non sayyid apalagi orang ajam/non Arab bisa berakhir dengan kematian. Pada masa kekuasaan Ottoman masih jaya, kawasan Hejaz dan Hadramaut bisa dikatakan sebagai wilayah tak bertuan, walaupun secara administratif berada dalam kekuasaan orang Turki Ottoman tapi kalangan Arab di sana rata-rata memiliki angkatan perang sendiri yang seringkali saling berperang antar mereka sendiri, dan imbasnya juga terjadi di Indonesia. Perang antar klan ini sedikit demi sedikit mulai menghilang paska kejatuhan dinasti Turki Ottoman. Tapi pandangan yang menganggap ras Arab lebih unggul masih menghinggapi warga Arab di Indonesia. Masih sangat jarang terjadi pernikahan antara perempuan Arab dengan laki-laki ajam/non Arab. Paham Islam Radikal di Indonesia Paham Islam radikal di Indonesia sebagian besarnya berorientasi pada paham Wahaby/Salafy radikal di Timur Tengah. Gerakan-gerakan yang berdiri di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari tokoh-tokoh ulama garis keras timur tengah, mereka yang menentukan hitam putihnya gerakan. Pemilihan para tokoh pimpinan kelompok-kelompok fundamentalis biasanya ditunjuk langsung dari pusat (Timur Tengah) bukan pilihan dari bawah, kaum fundamentalis dikenal sangat fanatik sehingga mereka akan 100 % menurut pada keinginan top leader mereka tanpa membantah. Inilah yang menyebabkan kenapa WNI keturunan Arab ataupun alumnus universitas di Saudi Arabia yang selalu menjadi pemimpin gerakan-gerakan fundamentalis di Indonesia. Paham yang mengunggulkan ras Arab sangat kentara dalam gerakan-gerakan fundamentalis di Indonesia. Paham Wahaby dikenal sangat radikal dan cenderung pada aksi-aksi kekerasan, sejarah Wahaby adalah sejarah penuh darah dan peperangan, kaum Wahaby di mana pun di dunia akan selalu berusaha menggunakan aksi-aksi kekerasan termasuk kepada sesama muslim demi mendapat kekuasaan. Dalam sejarah Indonesia, di Sumatera Barat aksi kekerasan kaum Wahaby yang menyebut dirinya kaum Paderi menimbulkan perang saudara yang kemudian akhirnya dimamfaatkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Di Saudi Arabia sendiri kekuasaan kaum Wahaby disertai aksi teror terhadap kaum muslim penganut aliran Sunni-al Asy'ariyah yang bermazhab Syafi'i dan Maliki juga kaum Syi'ah, demikian juga ketika kaum Taleban yang beraliran Wahaby berkuasa di Afghanistan, banyak warga Syi'ah yang menjadi korban pembantaian massal, begitu pula madrasah-madrasah kaum Sunni-Maturidy yang mayoritasnya bermazhab Hanafi banyak yang dihancurkan. Jadi aksi kekerasan dan teror memang sudah menjadi watak kaum Wahaby, sehingga tidaklah terlalu mengherankan kalau kaum Wahaby yang dipimpin oleh para WNI keturunan Arab di Indonesia pun sangat identik dan menyukai aksi-aksi teror dan kekerasan baik terhadap kaum non muslim maupun pada muslim sendiri yang berbeda aliran. Dua tersangka pemboman BEJ yang ditangkap pun merupakan warga keturunan Arab yang bermukim di Solo. Solo dan Jogja merupakan pusat gerakan Wahaby/Salafy Indonesia yang berkiblat ke Saudi, selain juga Bogor yang merupakan basis kelompok Tarbiyah yang berkiblat pada Ikhwanul Muslimin Yordania (yang lebih radikal daripada IM Mesir). Jadi tidaklah terlalu mengherankan kalau sejumlah negara Asing mengindikasikan Bogor, Solo dan Jogja sebagai basis teroris, bahkan sejumlah negara Barat sempat melarang warganya berkunjung ke sana. Dari sini kita bisa melihat bahwa gerakan fundamentalis Islam Indonesia bukanlah gerakan lokal, tapi merupakan satu jaringan dengan gerakan fundamentalis Islam dunia, dan peran WNI keturunan Arab sangat berperan besar dalam hal ini sebagai penghubung antara gerakan fundamentalis Islam di Indonesia dengan kelompok induk mereka di Timur Tengah. --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net> Moderators : <mailto:yonsatu-moderators@;mahawarman.net> Unsubscribe : <mailto:yonsatu-unsubscribe@;mahawarman.net> Vacation : <mailto:listar@;mahawarman.net?BODY=vacation%20yonsatu> 1 Mail/day : <mailto:listar@;mahawarman.net?BODY=set%20yonsatu%20digest>