Ass. wr. wb.,
Apakah ada dari kita yang mengikuti diskusi mereka? Kalau ada tolong dong makalah atau konklusinya, Wassalam, Agung B. Syafril Hermansyah To: [EMAIL PROTECTED] <syafril@dutaint. cc: co.id> Subject: [yonsatu] Re: Ada apa dibalik kebijakan ekonomi dengan kenaikan BBM dll ??? 01/15/2003 01:53 PM Please respond to yonsatu On Sun, 12 Jan 2003 23:00:40 +0700 Priyo P. Soemarno [PPS] wrote: > Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM , TDL dan TELKOM , > sudah banyak mengundang protes ,... dan nampaknya Pemerintah belum [ ... ] > 1. PILIHAN WAKTU : Pemerintah menetapkan kebijakan tersebut pada > awal tahun , dengan harapan supaya cocok dengan jadwal tahun > anggaran , dan untuk menghindarkan gejolak demo masyarakat pada > periode mendekati tahun 2004 . Jika kenaikan ini bisa diterima > dengan "lapang dada" oleh masyarakat , maka Pemerintah masih punya > peluang sekali lagi untuk menaikkan lagi harga2 tersebut pada > tahun 2003 . Jadi , tahun 2004 diharapkan amaaaaaan . Pertimbangan > ekonomi dikalahkan dengan pertimbangan politik . Hampir semua kalangan pada prinsipnya setuju dg kenaikan ini, yg tidak disetujui cuma soal waktunya dan mengapa bersamaan dg TDL dan Telkom. Tp tidak satupun orang yg bisa menjelaskan, waktu yg tepat itu kapan ? Apa indikasi bhw waktunya sudah tepat ? Misalkan saja, kenaikan ini dianulir, apa benar harga barang-2x di pasar akan turun kembali ? Juga soal 'cara menyampaikan' kenaikan atau anulir harga, perlu penyampaian yg hati-2x krn orang Indonesia ini aneh dan bukan bangsa yg ramah atau jiwa besar thd kemajuan orang lain. Senin kemarin saya sempat ngobrol dg Pak Nizar Dt Kayo (mantan Presdir Semen Tonasa) di kantor (persis saat itu Pak Indradjaja juga mampir kantor, sorry Pak Indra saya jadi nggak bisa nemenin <g>), beliau ngomong bhw bangsa ini adalah bangsa yg boros, konsumtif dan sentimentil (ulangi, bukan ramah tp sentimentil, perasa), sayang krn saya ada janji keluar shg tidak sempat bicara lbh banyak soal divestasi Semen Gresik yg s/d saat ini juga mash ada masalah. Perlu diatur kata-2x nya shg tidak menyinggung rakyat yg perasa ini, sekalipun yg disampaikan adalah benar dan sesuai dg kenyataan. Sikap juga penting, omongan Pak Daniel Sparinga (pengamat Politik dari Unair) diwawancara Radio Jakarta News FM cocok dg yg satu ini, y.i. jika pemerintah meminta kpd rakyat utk hidup hemat maka Pemerintah dg segenap aparatnya juga perlu menunjukkan hal yg sama; tidak expose soal kemewahan dan hidup boros shg permintaannya bisa lbh diterima oleh rakyat. > 2. HARGA MINYAK DUNIA : dalam salah satu butir pertimbangan > kenaikan harga BBM , harga minyak mentah dunia menyebabkan harga > minyak yang dijual di Indonesia juga harus naik . Persoalannya , > disamping menghasilkan minyak mentah (yang dibor CALTEX , TOTAL , > PERTAMINA dll) , Indonesia juga mengimpor minyak dari negara2 Timur > Tengah . Jadi , kalau harga minyak dunia naik , kita malah repot ,... > kalau harga turun bagaimana ?? Apakah harga minyak dalam negeri juga > ikut turun ??? Ini pertanyaan mendasar yg susah menjawabnya :-) Tahun lalu kita pernah diskusi soal tarif di Milis ini, dan jawaban yg paling masuk akal saat itu adalah dg menyesuaikan harga BBM di dalam negeri dg harga Internasional maka penyelundupan BBM ke luar negeri akan hilang dg sendirinya (saya setuju saat itu). Acuan harga minyak dari harga di Singapore dg mengambil rata-2x 3 bulan juga dianggap sudah OK, krn yg diambil harga rata-2x bukan fluktuasi harian (saya juga setuju hal ini). Sekarang stl pikir-2x ulang, saya harus mengakui bhw pemikiran saya saat itu salah, saya hanya mengacu kepada bisnis saya sendiri tanpa melihat bisnis/industri lain :-( Di dunia bisnis, besaran harga tidak terlalu penting; harga boleh tinggi boleh rendah, kami akan bisa menyesuaikan diri; yg lebih penting utk bisnis adalah stabilitas. Dg stabilitas maka kami bisa melakukan proyeksi utk banyak hal : cost, harga jual, biaya promosi dll utk menghitung percentage of growth. Bisnis saya relatif cash business shg elastisitasnya tinggi, fluktuasi cost/harga mudah/cepat diantisipasi, perubahan harga minyak, tdl. telephone 3 bulan sekali sudah memadai utk saya; akan tetapi tidak semua bisnis spt itu. Industri lain, utk raw materialnya saja ada yg perlu indent lebih dari 2 bulan, belum lagi barang-2x tsb saat dilempar ke pasar ada yg di 'rak jaja' selama 3 bulan atau lebih. Bisnis macam yg terakhir ini price elasticity nya rendah, waktu 3 bulan tidak cukup. Kalau mereka harus mengubah harga menyesuaikan dg cost (khususnya jika harga turun) maka mereka HARUS membayar 'harga kompensasi' ke distributor y.i. memperhitungkan barang-2x yg belum laku terjual (miripkan dg dana kompensasi BBM <g>). Hal lain adalah soal 'stock barang', krn operation cost kemungkinan berubah setiap 3 bulan, maka stock juga tidak boleh banyak-2x, maksimum 3 bulan saja; akibatnya setiap order volumenya kecil shg otomatis harga belinya lbh mahal. Jadi ide utk perubahan harga BBM, TDL setiap 3 bulan nampaknya sulit diantisipasi dg baik utk bbr industri kita. Ide dan penjelasan yg disampaikan Pak Kurtubi di wawancara radio Jakarta News FM minggu lalu menarik dikaji, beliau ini menyampaikan bhw subsidi BBM dinegara manapun pasti ada, krn akan sulit sekali jika harga selalu mengikuti fluktuasi harga minyak dunia. Lebih realistis kalau harga BBM dalam negeri mengacu saja kepada 'perkiraan/assumsi harga minyak yg tertuang di APBN'. Beliau juga menyampaikan bhw assumsi harga USD 22/barrel spt skr ini tidak membuat Pertamina rugi kok. Kalau dari sudut pandang saya, ide ini menarik bukan soal subsidinya, akan tetapi untuk mendapatkan stabilitas harga dalam jangka waktu yg cukup, shg menciptakan iklim berusaha yg projectable (dapat di proyeksikan kemungkinan-2x nya). Kalau saya boleh menambahkan idenya Pak Kurtubi (maaf kalau salah nulis namanya), selama fluktuasi harga minyak dunia tidak melebihi toleransi (katakan 10%) thd assumsi APBN dalam jangka waktu tertentu (mis. 3 bulan), maka harga BBM atau assumsi harga di APBN tidak perlu dikoreksi. ---- Sekarang kita melihat soal alasan 'meminimisasi penyelundupan' BBM ke luar negeri. Dulu saya pikir itu masuk akal, akan tetapi sekarang saya berpikir bahwa alasan itu hanya membuktikan bahwa kita adalah bangsa pemalas, tidak mau kotor tangan (tp duitnya mau), tidak konsisten (tidak tuntas dlm bekerja, setengah-2x). Penyelundupan adalah soal negara, dinegara manapun berusaha agar praktik-2x penyelundupan dicegah, diberantas, di hukum berat apalagi yg dampaknya merugikan rakyat banyak. Kasus hengkangnya Sony dan banyak industri dari Indonesia mestinya sudah membuka mata kita bhw penyelundupan (di bisnis kadang disebut paralel import atau black market) buruk akibatnya bagi industri (mungkin lain kali kita bisa bicara lbh banyak soal ini kalau ingin tahu detailnya), dan ternyata penyelundupan BBM lebih parah akibatnya, krn pemerintah yg sudah 'nyerah' dalam memberantas penyelundupan ini mengambil kebijakan 'jalan singkat', y.i. menyamakan harga BBM dalam negeri dg harga Internasional yg berakibat spt sekarang ini :-( Lalu siapa yg seharusnya bertanggung jawab memberantas penyelundupan BBM spt dimasa lalu ? Pertamina ? Bea Cukai ? TNI ? atau siapa ? Menurut saya, boleh siapa saja akan tetapi Pertamina mestinya ikut berperan serta, entah dalam pemberian data juga dimasalah budget, misalkan saja sebagian Windfall profit dicipratkan ke Team Pemberantas Penyelundupan ini, jangan bersikap 'take it granted' bhw itu mrpkan tugas bagian/departemen lain. Menghilangkan sikap 'take it granted' ini bukan hanya utk Pertamina, tp untuk semua hal yg menyangkut kehidupan kita berbangsa. Lalu Lintas Jalan Raya misalkan, tidak akan pernah beres kalau kita berpikir 'itukan urusan polisi'. Konsistensi juga penting, apa yg sudah diputuskan harus dilakukan sampai selesai dg tuntas, bukan sekedar anget-2x tahi ayam. Misalkan saja pengetatan impor barang di Pelabuhan-2x saat Puasa/Lebaran ybl sudah bagus, jangan di stop lagi donk (kesannya orang-2x Bea Cukai sdg minta kenaikan kick back). Banyak lagi cerita lain di negeri ini yg menunjukkan ketidak konsistenan anak bangsa ini dalam menjalankan pekerjaannya. Anehnya, orang yg kerjanya konsisten dan menunjukkan hasil malah di otak-atik spy turun (kasus KPKPN misalkan), shg benar apa yg diucapkan Syahril Syabirin (gubernur BI) dan AA Gym di ceramahnya yg terakhir di Masjid Istiqlal, bahwa elit negeri ini senang sekali bermain 'panjat pinang' layaknya anak ABG saja. -- syafril ------- Syafril Hermansyah<syafril-at-dutaint.co.id> --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net> Moderators : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Unsubscribe : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Vacation : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu> --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net> Moderators : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Unsubscribe : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Vacation : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>