8<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<< Temu akbar HANATA 2004, 3-4 Januari 2004 di Ciater Pendaftaran di Milis Anggota, atau SMS ke 0815-9500-697 >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>8 Kelihatannya nggak ada yang mau memulai nih ya? Kalau gitu, saya coba mulai deh, dengan melempar 2 kriteria awal:
1- Punya konsep jelas untuk memberantas KKN. 2- Punya konsep jelas tentang Pendidikan Nasional. Untuk nomor 1, alasannya sudah jelas karena amanat Reformasi adalah memberangus KKN. Untuk nomor 2, alasannya juga jelas, karena setelah 58 tahun merdeka Indonesia ternyata masih belum memiliki orang2 pinter dengan falsafah hidup yang semakin sempurna. Yang terjadi justru mereka menggunakan kepinterannya itu untuk merampok dan menggerogoti negara. Khusus untuk kriteria yang nomor 2 ini, saya bermimpi bahwa calon Presiden atau calon wakil rakyat itu berkeinginan memperbaiki mutu ribuan pesantren yang ada di tanah air ini, dan bahkan menggantinya dengan sekolah2 umum. Jumlah pesantren dibatasi sampai puluhan saja, dan kurikulumnya dibuat oleh Dept. P dan K. Pesantren hanya khusus diperuntukkan untuk anak2 yang berkeinginan megambil jalur 'penyebaran agama islam' sebagai jalan hidupnya, baik itu langsung setelah pendidikan pesantrennya selesai atau setelah melanjutkan ke IAIN. Kenapa Pesantren harus dibatasi dan diawasi oleh Dept. P dan K, dan sebagian besar diganti menjadi sekolah umum? Sebab menurut saya, ribuan pesantren yang ada di Indonesia itu tidak membuat Republik Indonesia maju dan siap bersaing dalam percaturan dunia. Yang tercipta justru ribuan bahkan jutaan orang yang bisanya hanya menyerahkan hidupnya kepada Tuhan YME, tanpa berusaha untuk maju dan bekerja keras. Orang2 semacam ini menurut saya bagaikan pisau bermata dua yang tumpul. Disatu sisi mereka hanya bisa berdoa kepada Tuhan serta meratap dan menangis memohon petunjuk jalan yang benar, tanpa kemauan untuk 'fight' secara ksatria, pada sisi lain, mereka ini menjadi makanan empuk para pemimpin umat, pemimpin negara dan pemimpin masyarakat yang dengan leluasa terus ber-KKN ria ditengah keluguan, kebodohan dan bahkan ketakutan mereka. Lebih parah lagi, semakin banyak kaum muslim yang diperbodoh,yang membuat mereka akhirnya 'menutup diri' terhadap realita dunia masa kini, dan bahkan pada kondisi ekstrimnya menginspirasi meraka dan/atau menggerakkan mereka melakukan tindakan2 agresif bahkan teroristis. Kemarin malam saya melihat reportase sebuah pesantren di Indonesia (sayang tidak disebukan dimana, tapi kalau dilihat dari logat bicara kiayinya, kelihatannya ini salah satu pesantren di JaTeng atau JaTim), di salah satu TV Belanda. Dalam reportase tsb., saya melihat keadaan pesantren dan ungkapan2 yang menurut saya 'membodohkan' bangsa Indonesia, yang antara lain: 1- Cara mempelajari Al Qur'an pertama2 adalah menghapal, baru kemudian di mengerti. Jadi, khatamkan dulu Al Qur'an, tidak perlu tahu dulu artinya, nanti pada saatnya baru akan diberi tahu oleh Kiayi. Menurut saya, ini adalah metoda belajar jaman kuno. Metoda ini sama sekali tidak akan menunjang pengertian dan penghayatan suatu pokok bahasan. Metoda ini hanya menciptakan manusia-manusia 'beo'. 2- Para santri tidur berdempet-dempeten didalam kamar dengan hanya beralaskan tikar, tanpa bantal, sementara para kiayi tidur dengan nyaman diatas kasur di kamar mereka masing2. Menurut saya ini adalah pendidikan feodal. Ajaran yang megatakan bahwa Islam memandang semua umat manusia itu sama derajatnya, hanya ilusi belaka setelah melihat perbedaan 'kasta' ini. Mengapa para santri harus tidur bergelimpangan dilantai beralaskan tikar sementara para kiayi tidak? 3- Dalam reportase diceritakan seorang anak yang karena tidak selesai SDnya, maka dikirim orang tuanya ke pesantren. Alasan si orang tua adalah karena para lulusan pesantren agamanya kuat, budi pekertinya baik dan dihormati oleh masyarakatnya. Tapi, keahliannya apa? Jadi guru ngaji? Sekarang bayangkan kalau ribuan pesantren yang ada di Indonesia itu hanya menghasilkan guru ngaji. Apakah dengan guru2 ngaji itu, devisa Republik ini akan meningkat sehingga bisa mendongkrak ekonomi? Saya bertanya2 dalam hati, mengapa orang tua si anak memilih pesantren untuk kelanjutan pendidikan formal anaknya? Mengapa mereka tidak mendukung pendidikan SD-SMP anak mereka itu? Bukankah di Indonesia ada wajib sekolah selama 9 tahun, yang berarti setiap anak Indonesia berhak mengenyam pendidikan umum sekurang-kurangnya sampai SMP? Mengapa pemerintah (Dept. P dan K) tidak melihat terjadinya pelanggaran Hak-hak Anak Indonesia ini? 4- Dalam reportase itu juga diperlihatkan bahwa si anak diajarkan untuk meminum air mentah dan mengambil wudhu dari bak air yang airnya sudah bercampur baur dengah air wudhu orang lain yang dibuang kembali kedalam bak air itu. Ketika mengajarkan minum air mentah, sang mentor mengatakan bahwa Kiayi mengajarkan bahwa kalau kita meminum air ini dengan rasa cinta, maka tanpa dimasakpun kita tidak akan sakit meminumnya. Bagaimana mungkin ini bisa dibenarkan secara ilmu kesehatan, kecuali kalau air itu diambil dari mata air gunung langsung. Bukankah ini ajaran yang membodohkan bangsa? Disamping itu, mengambil air wudhu dari bak yang airnya sudah dipakai wudhu pula oleh orang lain bukankah secara kesehatan tidak hygienis? 5- Didalam pesantren diajarkan bahwa Osama Bin Laden adalah orang hebat. Dia berjuang membela agama Islam. Maka para santri seyogyanya harus berani seperti dia. Menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejak Osama Bin Laden? Inikah yang ingin dihasilkan oleh ribuan pesantren di Indonesia? 6- Dalam salah satu dialog sesama santri, seorang santri mengatakan bahwa kita musti belajar ngaji supaya dapat ilmu dan hidayah dari Tuhan. Ilmu itu datang langsung ke kepala kita, dan kita akan menjadi seorang yang pintar, yang bisa berbagai macam bahasa. Bahkan kita bisa menghidupkan kembali ayam yang sudah tinggal tulang belulang, seperti kisah Abdul Qadir (?). Saya lupa nama yang disebut, tetapi diceritakan bahwa orang ini sedemikian sakti sehingga setelah dia memakan ayam dan tinggal tulang, tiba2 tulang itu bangun dan bersatu kembali menjadi ayam, yang kemudian berkokok dengan menuduk dan mengatakan: "Terima kasih tuan, karena tuan telah menghidupkan saya kembali". Melihat dialog semacam ini, saya merasa sedih, betapa malangnya nasib jutaan santi Indonesia yang tersebar di ribuan pesantren itu. 7- Dalam reportase diperlihatkan bahwa si anak tidak betah tinggal di pesantren dan ingin pulang kerumah orang tuanya. Tapi, ini ditakut2i oleh mentornya dengan mengatakan bahwa pak Kiayi mempunyai mantera, sehingga setiap santri yang ingin kabur, selalu tidak lama kemudian kembali lagi ke pesantren. Pada saat si anak menghadap pak Kiayi, pak Kiayi dengan gusar mengatakan bahwa si anak harus tinggal 1 bulan lagi sampai dia bisa sembahyang. Bahkan kalau si anak ingin sekolah di SD, pak Kiayi akan menyekolahkannya di SD yang ada di sekitar pesantren itu. Ini adalah suatu yang sangat ironis menurut saya. Disatu sisi si anak dilarang pulang ke rumah orang tuanya, yang menurut saya ini merupakan pelanggaran Hak-hak anak, karena seyogyanya pak Kiai berkonsultasi dulu dengan orang tua si anak sebelum memaksa si anak untuk tinggal 1 bulan lagi di pesantren, sementara pada sisi lain lucu sekali mendengar pak Kiayi bersedia membiayai si anak sekolah di SD yang berada di dekat pesantren, sementara orang tuanya sendiri yang bukan orang papa, tidak mau mendukung pendidikan SD si anak, yang berdasarkan UU diwajibkan belajar di sekolah umum selama 9 tahun. Ini memberikan indikasi bahwa ada yang salah mengenai pengajaran agama Islam kepada orang tua/masyarakat di Indonesia ini. Saya bermimpi, bahwa calon presiden RI yad atau calon wakil rakyat yad, berani mengeritik dan menuntut para pemimpin umat yang telah 'memperbodoh' bangsa Indonesia ini. 8- Dalam reportase diperlihatkan bahwa pesantren itu mendapat dukungan dari salah satu negara Arab, yang wakilnya datang membawa buku2 gratis dan mengajar bahasa Arab. Pertanyaan yang muncul di benak saya, apakah tidak ada kontrol dari pihak Dept. P dan K terhadap kemungkinan dijadikannya pesantren ini sebagai kepanjangan tangan ideologi terorisme yang berakar di Timur Tengah sana? Didalam salah satu ruangan para santri terlihat 2 buah poster besar Osama Bin Laden dan Saddam Hussein yang tertempel di dinding, membuat saya bertanya2, kalau Osama Bin Laden dianggap sebagai pahlawan Islam, apakah Sadda Hussein juga dianggap demikian, sehingga para santri harus mencotoh suri tauladan kedua pahlawan itu? Reportase diatas memang hanya terhadap 1 pesantren dari ribuan pesantren yang ada di Indonesia. Memang tidak representatif. Namun, melihat meningkatnya ancaman terorisme yang diahadapi Indonesia akhir2 ini, dan melihat semakin banyaknya orang pintar di negeri ini dengan falsafah hidup yang berbanding terbalik, saya berpendapat bahwa membenahi pesantren dan melaksanakan wajib belajar 9 tahun secara tegas dan konsisten, harus merupakan salah satu prioritas utama para pemimpin republik ini untuk periode pemerintahan yad, disamping secara bersamaan melakukan pemberantasan KKN yang tak pandang bulu. Bagaimana pendapat lain? Salam hangat, HermanSyah XIV. Syafril Hermansyah <[EMAIL PROTECTED]> 12/12/2003 05:11 Please respond to yonsatu To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject: [yonsatu] Pemimpin dan Parpol yg cocok utk negeri ini ? [ was Fw: [yonsatu] Re: Buku Pemberantasan Korupsi] 8<-- Temu akbar HANATA 2004, 3-4 Januari 2004 di Ciater Pendaftaran di Milis Anggota, atau SMS ke 0815-9500-697 -->8 Hallo Gank! Pemilu dan Pemilihan Presiden baru sudah di depan mata. Kita di Mahawarman memang selama ini tidak ikutan politik, walaupun kita memonitor politik agar bisa menentukan posisi di dunia kang ouw negeri ini. Mahawarman memang bukan organisasi Politik, akan tetapi kita (kalau mau) bisa menjadi pressure groups dengan memberikan opini dan telaah yg baik untuk organisasi politik, demi kemajuan bangsa. Dari diskusi terakhir soal korupsi kita sepakat perlu adanya homogenitas agar bangsa ini bisa maju dg cepat, setidaknya ada satu yg sama y.i. sistem nilai yg diakui secara bersama (Panca Sila). Di Panca Sila ada disebutkan mengenai tujuan jangka panjang kita y.i. Masyarakat Adil Makmur, akan tetapi untuk menuju kesana diperlukan tujuan jangka antara (jangka pendek dan menengah), serta pemimpin yg sanggup mengimplementasikan visi dan misi negara ini. Pertanyaannya sekarang, kriteria/pertanyaan apa yg cocok kita ajukan ke Partai Politik dan Calon Presiden mendatang agar rakyat kita tidak salah memilih Parpol dan Presidennya ? Begin forwarded message: Date: Thu, 11 Dec 2003 11:17:10 +0700 From: Syafril Hermansyah <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [yonsatu] Re: Buku Pemberantasan Korupsi 8<-- Temu akbar HANATA 2004, 3-4 Januari 2004 di Ciater Pendaftaran di Milis Anggota, atau SMS ke 0815-9500-697 -->8 On Thu, 11 Dec 2003 07:13:46 +0700 Chatief Kunjaya wrote: > Benar sekali pak, kita membutuhkan sesuatu yang menjadi acuan bersama > dalam bertindak di masyarakat. Sampai sekarang saya kira Pancasila-lah > yang bisa menjadi acuan bersama sehingga kita bisa bersatu. Tapi > sayang cara-cara sosialisasinya yang salah, terlalu artificial terlalu > dipaksakan sehingga banyak pihak menjadi antipati terhadap penataran > P4 (termasuk saya) Memang maksud baik akan tetapi jika cara penanganan tidak bagus hasilnya juga tidak bagus. > Mengenai homogenitas dan heterogenitas, seperti juga kita tidak dapat > memilih untuk dilahirkan oleh siapa, kita juga tidak bisa memilih > untuk homogen atau heterogen. Masing-masing ada keuntungannya ada > kekurangannya. Bayangkan pak, kalau tubuh kita ini kepala semua atau > tangan semua, nggak ada kaki nggak ada jantung, nggak ada dada. > Oh...seram.... Kalau ibarat tubuh kita, ada pemersatu/koordinatornya y.i. otak (dan hati kalau menurut konsep Islam). > Tapi untuk bisa bersatu memang kita membutuhkan sesuatu yang sama, > common values. Untuk itulah para pendiri Republik Indonesia menggali > Pancasila dan menentukan bahasa pemersatu. > > Singkatnya apa yang baik dari homogenitas dan heterogenitas kita > ambil, kita ramu dan kita nikmati, sementara yang jelek-jeleknya > sedapat mungkin dijauhkan, bagaimana caranya ya ? Kalau mengambil analogi tubuh kita diatas, maka yg diperlukan adalah seorang pemimpin yg visioner (menggunakan hati/insting dan otaknya untuk berpikir dg baik) dan administrator (menggunakan hati/insting dan otaknya utk melakukan koordinasi semua bagian tubuh). Visioner dan administrator tidak usah harus di satu orang (kalau kita tidak punya Superman macam itu), bisa dua orang yg berbeda akan tetapi mengerti satu sama lain. -- syafril ------- Syafril Hermansyah --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman News Arsip : http://news.gmane.org/gmane.org.region.indonesia.mahawarman -- syafril ------- Syafril Hermansyah --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman News Arsip : http://news.gmane.org/gmane.org.region.indonesia.mahawarman --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman News Arsip : http://news.gmane.org/gmane.org.region.indonesia.mahawarman