8<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<   
Temu akbar HANATA 2004, 3-4 Januari 2004 di Ciater       
Pendaftaran di Milis Anggota, atau SMS ke 0815-9500-697    
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>8  
   
    
SUARA PEMBARUAN, Rabu sore 17-Desember-2003
 100 Tahun Penerbangan
Terbanglah Hai Burung Besi
Oleh wartawan "Pembaruan" Yuliantino Situmorang


Tidak Seperti wanita sebayanya yang memilih memejamkan mata dan memaksa
tidur. Tetapi, Ny J Panjaitan tetap terjaga. Walaupun wajahnya tampak
tegang di dalam pesawat Boeing 737-200 milik sebuah maskapai penerbangan
swasta yang dia tumpangi dari Bandara Polonia (Medan) menuju Jakarta.


Foto: AFP


Pesawat Boeing 747 Jumbo jet saat tampil di Paris Air Show, 3 Juni 1969
esawat itu telah lepas landas, dan beberapa menit sudah berada di udara.
Ibu dua anak dan empat cucu ini memandangi pemandangan di luar kaca
jendela. Rumah-rumah berserakan begitu kecil, hamparan pohon-pohon hijau
terlihat luas jauh di arah kanan.


Meskipun sedikit berdegup, tetapi bayangan keheranan atau boleh dibilang
takjub, lebih dominan. Apalagi sepanjang usianya yang 63 tahun, baru hari
itu dia meninggalkan rumahnya di pelosok Pulau Samosir, Sumatera Utara,
naik "kapal habang" (istilah bagi orang Batak untuk pesawat terbang).


Ny J Panjaitan pergi jauh ke Jakarta. Selama ini dia hanya cukup menikmati
naik bus lintas Sumatera atau dengan kapal laut milik PT Pelni. Kedua moda
transportasi itu sama-sama membutuhkan waktu dua hari dua malam di
perjalanan.


"Selama ini saya tahunya melihat lewat TV ataupun membaca di koran. Belum
pernah merasakan bagaimana rasanya terbang dengan pesawat," ujar Ny J
Panjaitan senang. Anaknya yang duduk di bangku samping ikut tersenyum.
"Benar Pak, selama tarifnya masih murah kami bisa naik pesawat," timpal
anaknya. Hari itu mereka bisa menikmati dua jam perjalanan ke Jakarta cuma
dengan uang Rp 450.000.


Bertahun-tahun, pengalaman seperti itu tidak pernah bisa dirasakannya.
Soalnya, bertahun-tahun maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan maskapai
penerbangan nasional lainnya "memaksa" penumpang menganggap pesawat sebuah
moda transportasi mewah. Harga yang dipatok adalah harga "di atas gunung"
tak terjangkau bagi Ny J Panjaitan. Ketika itu memang harga tiket pesawat
Medan-Jakarta mencapai Rp 1,2 juta.


Tapi hari itu bukan masalah harga yang membuat Ny J Panjaitan takjub.
Beberapa kali dia melongok keluar dan memperhatikan secara teliti badan
pesawat. Suara kapten pesawat terdengar jelas, "Saat ini kita sedang berada
di atas ketinggial 30.000 kaki di atas permukaan laut."


Kepada Pembaruan dia mengaku, hal utama yang membuat dia heran, kenapa
pesawat dengan berat berton-ton itu bisa melayang di udara? "Jika saya
tidak pernah naik pesawat, mungkin tidak terlalu merasakan seperti ini.
Tetapi setelah mengalami, baru bisa terasa, kok bisa ya?Ini kan besi
semua?" tukas dia.


Kecanggihan bagi Ny J Panjaitan merupakan hal "tidak masuk di akal" itu,
sebenarnya merupakan jawaban dari mimpi yang dituntaskan Wilbur dan
adiknya, Orville Wright atau dikenal dengan Wright Bersaudara hari ini
seratus tahun lalu. Mimpi manusia bisa terbang bagaikan burung menjadi
kenyataan.


Pada, 14 Desember 1903, percobaan menerbangkan pesawat dengan mesin rakitan
sendiri sudah dilakukan, tetapi gagal. Angin belum bersahabat, dan pesawat
yang ketika itu dikendalikan Wilbur terlalu melaju cepat. Pesawat mereka
terpelanting, dan rusak di beberapa bagian.


Padahal Wilbur (lahir 16 April 1867) dan Orville (1871-1948) berbulan-bulan
sudah mempersiapkan mesin pesawat yang bisa menggerakkan baling-baling itu
dengan sempurna. Perakitan mesin pesawat model empat silinder itu dibantu
Charles Taylor.


Saksi Sejarah


Setelah perbaikan komponen-komponen dan bodi pesawat usai, Kamis, 17
Desember 1903 mereka kembali turun di lapangan terbuka di kawasan
perbukitan Kill Devill, dekat Kitty Hawk, Carolina Utara, AS. Angin dingin
pagi itu tidak menyurutkan langkah putra pasangan Milton Wright dan Susan
Catherine Wright asal Dayton, Ohio, AS, ini untuk mendorong pesawat mereka.


Lima rekannya menunggu. Ada perasaan was-was dalam diri mereka. Kelimanya
tak akan menyangka menjadi saksi utama sebuah sejarah. Sebelumnya mereka
sempat khawatir, tiupan angin terlalu kencang, jangan-jangan malah tidak
membantu.


Tetapi tekad sudah bulat. Tepat pukul 10.35 pagi pesawat mereka lepas
landas, dua baling-baling pesawat sederhananya yang berputar dengan arah
berlawanan bekerja sempurna. Baling-baling itu mengatur tiupan angin yang
datang menghantam dengan kecepatan tiup 38-43 kilometer per jam. Pesawat
itu mengudara, berhasil! Untuk pertama kalinya itulah catatan sejarah
diukir. Pada penerbangan pertama dengan pesawat yang diberi nama Flyer I
itu, Wright bersaudara ini mampu terbang 12 menit dengan jarak tempuh 36,6
meter.


Hari itu sekitar tiga atau empat kali mereka mengulangi penerbangan. Wilbur
mencatat waktu terlama ketimbang adiknya dengan 59 menit dengan jarak
tempuh 260 meter. Lima tahun kemudian, tepatnya 21 September 1908, Wilbur
mencatat rekor terbang terlama di Camp d'Auvours dengan waktu satu jam 31
menit, 25 4/5 detik.


Pesawat pertama yang mereka terbangkan itu kini masih disimpan dengan aman
di Museum Udara di AS sana.


Bertahun-tahun setelah itu, produksi pesawat bertambah. Apalagi setelah
pesawat itu menjadi pilihan sebagai moda transportasi bagi penumpang.
Ratusan tipe, berbagai ukuran dan disain sudah dibuat. Pesawat komersial
pertama dibuat tahun 1943 Lockheed L-049. kemudian diikuti De Havilland DH
106 buatan Inggris yang merupakan pesawat jet komersial pertama. Pada
penerbangan perdana dari London ke Johannesburg 2 Mei 1952, mengangkut 36
penumpang. Hingga pesawat badan raksasa Boeing 747 dicuatkan tahun 1970.


Hasil jerih payah Wright Bersaudara kini dinikmati jutaan manusia di
seluruh dunia. Jumlahnya terus meningkat. Bahkan Organisasi Penerbangan
Sipil Internasional (ICAO) yang terbentuk 1944, pertama kalinya secara
resmi mencatat jumlah penumpang pesawat udara komersial pada 1947 sebanyak
21 juta orang. Angka ini melonjak drastis. Pada tahun 2002 jumlahnya telah
mencapai 1,6 miliar penumpang.


Sedangkan di Indonesia, catatan Departemen Perhubungan, jumlah penumpang
pesawat tahun 2003 ini bisa melebihi 15 juta penumpang. "Jumlah itu sudah
luar biasa, sebab kami tidak memperkirakan akan melebihi jumlah penumpang
tertinggi yang diraih sebelum krisis ekonomi 1996 lalu sebanyak 13 juta
penumpang. Dan jumlah ini pun akan makin besar pada 2004 ini di mana
airline regional dengan strategi low cost carriers seperti Air Asia
(Malaysia) dan Tiger Airways (Singapura) akan beroperasi," ujar Dirjen
Perhubungan Udara Cucuk Suryosuprojo.


Bagi Cucuk, bukan hal yang mustahil masyarakat menengah ke bawah bisa
menikmati terbang singkat dengan pesawat, sebuah teknologi hasil karya
manusia. Ny J Panjaitan, begitu juga masyarakat lainnya, tidak cuma bisa
bermimpi. Terbang, terbanglah Si Burung Besi.*





--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------   
Arsip           : http://yonsatu.mahawarman.net  
News Groups     : gmane.org.region.indonesia.mahawarman  
News Arsip      : http://news.gmane.org/gmane.org.region.indonesia.mahawarman  

Kirim email ke