Pak Syafril,
Masak sih saya salah tangkap?  Wah, gawat dong kalau nggak nyambung.
Tapi, Prof. AHN kan menulis begini:

>Sayang sekali, pengumuman yang memenuhi dinding kampus bukan mengenai
>hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan ilmu yang ditekuninya, melainkan
>mengenai siraman rohani, bedah buku tentang solidaritas Palestina... 

>Tentu saja kita harus peduli mengenai pemeliharaan iman, solidaritas
>keimanan hingga aplikasi keimanan dalam kehidupan sehari-hari. Namun
>kalau yang ditangani hanya itu saja, tidak perlu susah-susah belajar di
>perguruan tinggi...

>Bagaimana lulusan perguruan tinggi di Indonesia dapat mengimbangi
>kemampuan akademik lulusan perguruan tinggi yang sudah mapan di negara
>maju kalau yang ditekuninya selama belajar di perguruan tinggi bukanlah
>bidang ilmunya sendiri. Apakah dengan "kematangan bermasyarakat" dengan
>berkonsentrasi penuh ke kegiatan ekstra kurikuler kita mampu menjadi
>ilmuwan bertaraf internasional? 

>Jangan
>terjerumus ke zaman Firaun, ketika seleksi menjadi ahli bedah otak
>dilakukan dengan cara berendam semalam suntuk di Sungai Nil. Jangan juga
>terjerumus ke keadaan di Pakistan, ketika seorang Ph.D Fisika Nuklir
>lulusan MIT AS melamar menjadi tenaga akademik. Pertanyaan penguji bukan
>hal-hal yang pelik mengenai dentuman besar (big bang). Sederhana saja,
>namun cukup mengejutkan karena Doktor Fisika itu diminta melafalkan Doa
>Qunut. Jika ia tidak hafal doa Qunut, maka pastilah ia seorang Wahabi.

Beberapa alinea yg beliau tulis itu, seluruhnya berbau agama (kecuali 
barangkali alinea 3), jadi rasanya nggak mungkin deh 
kalau ini hanya contoh. Kenapa semua itu bisa terjadi? Menurut saya karena 
ada yg salah dalam pendidikan/pengajaran agama.
Sayangnya Prof. AHN nggak menuliskan apa menurut beliau yang menjadi akar 
penyebab mahasiswa 'tidak fokus dibidangnya' itu.

Anda selanjutnya nulis:
Salah satu teman yg kerja di ISP yg sering dikomplain orang bilang,
problem mereka lebih banyak dimasalah sikap/attitude bukan teknis; shg
dana utk training teknis akan lebih bermanfaat jika dipakai utk training
di pesantren ... ini fakta lho bukan ngarang :-)

Kalau kita ingin kritis, menurut saya perlu dilakukan studi ilmiah 
mengenai efek pesantren terhadap pembentukan sikap kaum muslim.
Sebuah pesantren yang pernah saya posting di milist ini beberapa waktu 
yang lalu menerapkan sistem pendidikan yang menurut saya 
membentuk sikap 'nrimo', 'militan', 'irasional' dan  'fanatik'.  Sikap 
inikah yang diharapkan?

Salam hangat,
HermanSyah XIV.



--[YONSATU - ITB]-----------------------------------------------    
Arsip           : <http://yonsatu.mahawarman.net>  atau 
<http://news.gmane.org/gmane.org.region.indonesia.mahawarman> 
News Groups     : gmane.org.region.indonesia.mahawarman   
List Admin      : <http://home.mahawarman.net/lsg2> 
 

Kirim email ke