noor syarifuddin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: >namun seperti saya sebut sebelumnya, bahwa konsep agama itu sangat intrisik, jadi perbenturan kepentingan >pada suatu titik akan terjadi..... >di satu sisi apa urusannya pemerintah mengeluarkan uu tsb, toh agama bukan 'bisnis' pemerintah.....
Yah, disinilah repotnya kalau kita dalam membahas sesuatu selalu mengacu kepada agama secara explicit, karena dengan begitu suatu ketika pasti titik singgung itu akan tersentuh juga. Pemerintahan sekular justru ingin menghindari hal itu terjadi, sekalipun mereka tidak menutup kemungkinan bahwa agama dijadikan sebagai sumber inspirasi mereka juga dalam mengambil sikap dan keputusan. Namun, ini tidak eksplisit dilakukan, melainkan lebih bersifat sebagai panduan moral. Masalah pemerintah Perancis yang memberlakukan UU larangan mengenakan atribut keagamaan disekolah2 negeri, justru menurut mereka untuk menghindari timbulnya pelecehan agama2 tertentu yang dapat menimbulkan konflik antar umat. Bahkan organisasi islam terbesar Perancis mendukung UU itu (lupa namanya). >.....dan seringkali itu tidak mudah, karena menurut orang fisika, kita tahu ada suatu 'kelembaman' yang >harus dilawan.....hal yang kedua, seringkali terjadi ada sifat defensif juga....semakin di'paksa' maka >kelembaman itu akan semakin besar dan semakin besar pula energi yang harus dikeluarkan..... Kalau ini menurut saya tergantung habitat kita bagaimana. Kalau habitat kita memang moment inertianya besar sekali, misalnya terbiasa dengan sikap hidup yang dogmatis, maka yang anda bilang itu memang suatu realita yang tak bisa dihindari. Tapi, kita kan sekarang sedang berada dalam abad dimana konsep 'learning society' sedang tumbuh berkembang, jadi mudah2an tingkat agilitas kita bisa meningkat, responsif dan mudah beradaptasi terhadap kebutuhan jaman demi kedamaian, keadilan dan kesejahteraan seluruh umat manusia. Senang bisa bertukar pikiran dengan anda, mbak Noor. Salam hangat, HermanSyah XIV. noor syarifuddin <[EMAIL PROTECTED]> 04/05/2004 15:16 Please respond to yonsatu To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject: [yonsatu] Re: Freedom to believe saya setuju bahwa mereka akan leluasa tanpa dicap murtad atau menyalahi aturan agama....namun kelihatannya hal ini akan valid selama tidak ada persentuhan kepentingan....namun seperti saya sebut sebelumnya, bahwa konsep agama itu sangat intrisik, jadi perbenturan kepentingan pada suatu titik akan terjadi......... Hal ini terbukti di perancis waktu mereka bermaksud mengeluarkan uu pelarangan simbol-simbol agama bagi anak sekolah atau pegawai pemerintah (dan katanya parlemen belanda juga akan mengikutinya)......... nah di sini bagaimana sebenarnya konsep negara sekuler dan freedom to believe itu diuji.........di satu sisi apa urusannya pemerintah mengeluarkan uu tsb, toh agama bukan 'bisnis' pemerintah.....hal kedua, kalau itu diterapkan, maka konsep freedom to believe jadi gak relevan lagi dong....karena WN tidak lagi bebas untuk 'act as their believe'....... saya setuju, itu soal pilihan.......jadi di situlah sebenarnya kemauan untuk 'accept the difference' itu yang penting........dan kita maupun mereka termasuk saya.....masih punya kelemahan untuk menerapkan hal tsb dalam kehidupan sehari-hari....... kenapa itu terjadi..?..ya karena dalam hidup kita terbiasa dengan point of reference yang selalu menjadi acuan atau orietasi hidup kita, jadi kalau ada point of reference yang beda kita perlu waktu dan energi untuk re-orientasi.....dan seringkali itu tidak mudah, karena menurut orang fisika, kita tahu ada suatu 'kelembaman' yang harus dilawan.....hal yang kedua, seringkali terjadi ada sifat defensif juga....semakin di'paksa' maka kelembaman itu akan semakin besar dan semakin besar pula energi yang harus dikeluarkan..... salam, noor syarifuddin/xix btw, ini mengganggu yang lain gak yauw.....kok jadi keterusan he he he he --[YONSATU - ITB]--------------------------------------------- Arsip : <http://yonsatu.mahawarman.net> atau <http://news.mahawarman.net> News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : <http://www.mahawarman.net>