----- Original Message ----- From: denix To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, June 21, 2008 1:15 PM Subject: [mediacare] Masihkah pingin study ke jazirah Arab ??
Dari milist tetangga. Semoga ada tanggapan dari FPI --- On Wed, 6/18/08, wisanggeni kusuma <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Subject: [nisem] masihkah pingin study ke jazirah arab ?? Date: Wednesday, June 18, 2008, 1:44 PM Catatan seorang Teman, Baca dan renungkan Sekitar tiga minggu yang lalu dalam kesempatan Umroh bersama dengan temen2 TKI dan pejabat RI, banyak informasi kejadianh gunung es yang terungkap dalam obrolan kami: Saat saya diminta berangkat ke Arab untuk memperoleh beasiswa Research Assistant & S3, seorang staff KBRI disini (yang saya hormati) memberi pesan singkat yang memberikan banyak pertanyaan. Mudah2an kedatangan segera teman2 S2 & S3 ini nanti akan dapat MEMPERBAIKI CITRA Indonesia di sini. Apa nih artinya? Waktu itu saya bertanya2. Satu minggu kedatangan kami di KSU-Riyadh, saya sudah mulai akrab dengan beberapa staf disana (meski saya nggak bisa bhs Arab). Salah satunya adalah Vice Dean college saya. Dengan bersemangat beliau - pejabat Arab di Uni kami menyatakan, "Do you know, there are 1.000.000 Indonesian in Arab and most of them are drivers and house keepper!" Kemudian beliau menambahkan, "We invites muslem countries to come here to receive our scholarships, because they will come here not just because study; because they also want to Umroh & Hajj (bener juga sih yah. Nah komentarnya yang sedikit "mencubit" hati saya adalah: "I am sure..your father is difficult to come here for hajj.." Emang semua orang Indonesia miskin.I hope you can increase Indonesian imange here.." Wuaduuuhc. Belum lagi masalah gaji saya saat itu beliau merasa gaji saya sudah gedhe (karena dibandingkan standar TKW/driver disini sudah 4x-nya)..dan saya pasti sangat seneng sekali, yakin beliau. Ya Alloh, padahal kami kesini bukan untuk uang! kami ke sini untuk ilmu dulu. Pengalaman lain, kalo temen2 jalan2 di Arab maka pedagang/orang2 akan menilai kita warga kelas 2 (meski ada kelas 3 yakni Bangladesh.. karena dibayar 200 reyal/bulan mau), sehingga seringkali kita tidak begitu diperhatikan/ dihormati. Seringkali kita mesti menyombongkan diri: we are student here PhD!..baru perlakuan birokrasi atau pelayanannya jadi sangat jauh lebih mudah. Pengalaman itupun saya rasakan waktu masuk di Bandara/Imigrasi pertama kali, sejak di Dubai dan di Riyadh antrian panjaaaaang buruh migrant wanita kita mengular. Banyak beberapa diantara mereka yang bahasa Arab nggak bisa, Englishpun nggak bisa, sehingga pernah dijumpai seorang TKW yang kebingungansalah terminal keberangkatan transit di Dubai gara2 nggak ngerti pengumuman dalam bahasa Arab/English (wuaduh!). Kita bisa bayangkan antrian panjang (mungkin 100-an orang) TKW/TKI kita di Dubai dan Arab tersebut terjadi setiap hari. Nah, yang sering nggak disadari TKW kita, begitu sampe di Arab mereka sudah lega, padahal setelah masuk imigrasi dan lolos mereka TIDAK BISA keluar Arab lagi kecuali mengurus Visa Exit Permit (sangat beda dengan negara2 non-Arab) yang mesti butuh persetujuan instansi penanggung jawab dia Nah jadinya, masuklah TKW/TKI kita ke sistem sarang di mana kuncinya yang pegang majikan/instansinya. Keluar dari Bandara, beruntung kalo TKW kita langsung dijemput majikannya, kalo tidak akan banyak supir2 taxi yang langsung merebut tas dan meminta no telepon majikannya. Beruntung kalo sopir taxinya baik yakni mengantar ke rumah majikan. Setelah majikan TKW/TKI tersebut sanggup membayar. Kalo tidak beruntung, sangat berbahaya (baca: tidak aman) bagi TKW kita bepergian sendiri di Arab. Sampe di rumah majikan, mulailah babak sulit berikutnya. Pengakuan seorang TKI saat itu waktu ngobrol dengan saya: setelah di rumah majikan negosiasi gajipun berlangsung. Sebenarnya lebih tepat bukan enegosiasif karena TKI apalagi TKW kita sudah tidak punya pilihan lain (mau tidur/pergi/ hidup dimana?)..gaji standar 800 reyal (hanya Rp 2jt/bulan) akan diturunkan menjadi 500-600 reyal (Rp 1.300.000/ bln) (beruntung TKI laki2 yg jadi sopir, karena mereka bisa kabur cari bos baru..jadi standar mereka 800 reyal (makan & keperluan lain tanggung sendiri: rata2 300-400 reyal/bulan). Coba kita bayangin penghasilan bersih Rp 300rb-700rb perbulan untuk membeli kebebasan rekan2 TKW kita. yach kebebasan mereka terbeli, karena saat TKW (khususnya TKW/buruh wanita kita) masuk ke rumah majikan mereka di rumah itulah apapun bisa terjadi tanpa siapapun mengetahui. Rekan2, yang sangat menyedihkan setiap hari. setiap hari hanya untuk di Riyadh saja pasti ada TKW/TKI kita yang kabur ke Sekolah Indonesia Riyadh (SIR). Mengapa tidak kabur ke KBRI, karena lebih sulit harus melewati pos penjagaan tentara Arab. Sering terjadi Bos laki2 memperkosa TKW2 kita. Mengapa? karena TKW kita terkenal tidak segalak TKW Philipines di sini, budaya kita yang takut, manut dan menerima apa adanya sangat klop dengan image mereka dengan budak mereka di masa lalu Seorang teman disini pernah bercerita, disini paling ringan diliatin Bos laki-lakinya telanjang itu udah biasa, paling2 saya cuman ngancam mau teriak. Belum lagi kisah TKW2 kita yang dilaporkan polisi dan disiksa majikan2nya hanya gara2 ditemukan azimat2 bawaan orangtuanya dari Indonesia. Disini setiap TKW/TKI yang bawa azimat/rajah sering dianggap mau MENYIHIR/SANTET majikannya dan bisa dilaporkan/masuk penjara meski tanpa bukti. Kalo seorang TKW aman dari Bos laki2nya, masih ada anak2nya. rata-rata ada 7-10 anak dalam keluarga..bisakah kita menjamin dari 10 laki2 gbersih pikirannyah semua melihat TKW2 kita yang manut diperlakukan apa saja. Bos wanita beda lagi, kata-kata umpatan adalah hal yang jamak. Marah, bahkan mukul/menyiksa bukan hal yang aneh. Tapi mau lari kemana TKW kita? kalo TKI (driver) mereka bilang mudah, cukup mobil Bosnya ditinggal mereka cari bos lain. Kalo TKW kita kabur, mau kemana??? saat lari keluar rumah, mereka di jalan terlihat sendiricmereka dapat ditangkap Polisi Syariah, kmd dimasukkan penjara..dikembalik an lagi kemajikannya (nambah lagi dendam & kemaksiatan yang ada). Jika beruntung mereka lari ke rekan2 TKI mereka. Beruntung? TIDAK JUGA!!! Banyak diantara TKW kita yang lolos dari Mulut Buaya Masuk ke Mulut Harimau. Sudah banyak/jamak terjadi, meski dengan bangsanya sendiri banyak TKI2 kita yang gmemperkosah (memaksa zina) TKW yang lari dan minta perlindungan padanya (Naufdzu billaaa Seorang driver TKI kita pernah komentar kepada saya saat mau umroh (saat mau umroh!): glha gimana Masc.mereka juga mau..lha sama2 eLAPARfh (Ya Alloooh). Tidakkah terlintas dibenak mereka, rekan2 kita ini melakukan Dosa yang sangat besaar. Jadi mereka bukan hanya menjual kebebasan mereka, namun tanpa sadar saudara2 kita ini juga sudah membuang agama mereka. Yang lebih menyedihkan, TKW yang ditampung oleh driver2 TKI kita ini bukannya diantar ke KBRI, tapi malah gDIJUALh lagi ke Baba (Bos) lain dengan imbalan 100-200 reyal (250rb-500rb) . Meski mereka tahu Bos baru ini juga kejam/pemerkosa mereka tidak perduli. gMas disini mah biasacdriver punya peliharaan TKW nyampe 20 orangh kata kenalan saya ini. Ya Allooh apa bedanya driver penjual TKW ini dengan mucikari kalo mengetahui calon Bos TKWnya seorang pemerkosa? Entahlah, nasib TKW/TKI kita inipun tidak berhenti sampai disini: sejak keberangkatan harus bayar uang banyak, medical check up dibentak2 (saya ikut dibentak2 dokter wanita karena dikira TKIc disuruh telanjang hanya CDc), di penampungan sudah dihpenjarah, berangkat masuk Arab, masuh rumah Bos (2kali terpenjara lagi)clari ke TKI lain minta bantuan (resiko diperkosa dan dijual lagi)clari dijalan resiko tertangkap Polisi Syariahc..saat pulang, masuk ke Terminal khusus TKI (untuk apa? untuk dpt dikenali mana yang bisa diperascdiperas nilai tukar uangnya, maupun diperas biaya transportasinya) . Apakah pemerintah kita tidak tahu semua ini. Bahkan TKI/TKW kitapun pernah berkeluh kesah kepada SBY langsung saat disini. Sangat pasti mereka tahu, hanya kemiskinan kita dan kelemahan harkat martabat yang menjadikan kita sangat lemah dalam diplomasi Koment Pemerintah tidak memiliki Posisi tawar dan penekanan yang semestinya dilakukan. Jadi ya beginilah.. Pandangan masyarakat awam kita terhadap Arab dgn mendewakan mereka yang berlebihan. Opini ini membuat pemerintah sulit karena tidak ada pressure yang mumpuni.. Kalau ada 1 orang arab dihina, maka kesetananlah bangsa ini, kalau ada TKI yang diperlakukan semena-mena. .. siapa yang peduli... Waduh.....Padahal mereka menganggap kita budak belian..Ya Alloooh). http://arabksustory.wordpress.com/category/nasib-tki/