Aku suka juga makan korma,
bukan berarti aku mau masuk Islam.

Aku suka juga lihat binatang onta,
berjalan melenggak lenggok di gurun pasir yang amat panas,
jenis hewan yang tabah dan tahan banting, yang dengan penuh
pengorbanan mengantar para kafillah-kafillah, apalagi di zaman
Jahilliah. Mengantar dan mejemput tuannya dari kemah ke kemah.
Tapi, bukan berarti aku mau masuk Islam, kawans...

Aku suka juga makan di restauran yang bernuansakan Islam,
bukan berarti aku mau masuk Islam.

Aku suka lihat-lihat desain busana Muslim,
bukan berarti aku mau masuk Islam.

Aku suka juga berpuasa,
bukan berarti aku ini ikut-ikutan orang Islam,
apalagi mau masuk Islam.

Aku hanya ikut-ikutan Yesus-ku saja koq.
Apakah aku ini salah?

Aku mengasihi sahabatku Lastri yang berkerudung dan suaminya mas Arief
yang berkopiah, namun bukan berarti aku mau masuk Islam.

Aku juga mengasihi:

kak Ipah,
kak Lena,
si Ani,
si Imah,
dan uak Datuk (wak angkat kami orang Minang Islam itu).
Dan se-abrek Muslim lainnya yang pernah kukenal dalam hidup ini.

Yang semuanya itu sudah kami anggap sebagai sahabat bahkan seperti
saudara-saudara kami.

Dan aku mengasihi:

kedua orang adik-adik angkat kakakku si Puteri dan si Siti,
yang saat ini tinggal di USA dan juga si Aris yang sibuk menyekolahkan
anak-anaknya di Madrasah Islam Underground di USA. Aku tau persis hal
itu, tapi aku mengerti situasi mereka. Karna mereka ingin bebas beragama.

Yang paling gak kusukai adalah:

Dongkol lihat orang-orang yang meremehkan kepercayaan orang-orang lain.

Dongkol lihat orang-orang yang berpromosikan kepercayaannya lewat
cerita-cerita yang dipaksakan harus percaya. Kau bisa bercerita
panjang lebar tentang Islam misalnya, tak jadi masalah bagiku, asal
jangan sembari menghina kepercayaan orang lain.

Dongkol lihat orang-orang yang merasa bahwa, Allah itu hanya milik
mereka, Allah hanya kasih kepada mereka dan hanya mereka-mereka saja
yang pasti masuk Surga dan enggak setuju kalau Yesus itu di sebut
orang Kristen sebagai Tuhan-nya orang Kristen. 

Pada hal aku setuju-setuju saja kalau Muhammad itu nabinya orang Islam
,bahkan seandainya jadi Tuhan-nya orang Islam juga misalnya aku amat
setuju-setuju saja. 

Sebab Tuhan yang kuketahui menurut kepercayaanku.

Selalu memberikan "Power of Choices" bagi setiap insani di bumi ini.

Karena kemauan manusialah yang mau membunuh, menyiksa, memaksakan dan
dendam yang teramat sangat, sehingga agama selalu jadi sasaran empuk
untuk dipermasalahkan.

Mengapa kita tidak merasa lelah bermain pedang-pedangan hanya untuk
mempertahankan kepercayaan kita masing-masing? Apakah tidak ada cara
lain yang lebih indah, lebih manis dan mempesona? Sehingga Tuhan di
Surga bisa tersenyum legah pada kita semua, dan Iblis pun menangis
tersedu-sedu dan lari kebirit-birit karna segala usaha-usahanya gagal?

It is finished, the battle is over.
It is fihished, there'll be no more war.
It is finished, the end of the comflict.
It is finished, the end of the world and God will coming soon.

That's all my dear friends.


Salam,
LD-Beby.



Kirim email ke