Kesuksesan Finansial
Inspirasi Menjadi Kaya


Sahabatku, ada banyak macam kesuksesan, diantaranya : Sukses keimanan, sukses finansial, sukses jasmani, sukses waktu, sukses sosial, sukses ilmu dan sukses dakwah. Dari tujuh kesuksesan tersebut ada satu hal yang paling menarik untuk dibahas yakni sukses finansial. Menjadi kaya ternyata bukanlah harapan kaum pecinta dunia saja (promethean) , tapi buat kaum yang beragama yang ingin menyetimbangkan dunia akherat (pontifical man) pun juga berharap menjadi kaya. Kaya adalah suatu pilihan. Tidaklah salah bila orang bercita-cita menjadi kaya. Kaya dan miskin adalah ujian dari Allah terhadap hamba-hambanya dan ini bergantung pada seberapa besar ikhtiar hambanya melewati ujian-ujian. Kalau diperhatikan dari kacamata bisnis, mengikuti teori " The Cash Flow Quadrant"-nya Robert T. Kiyosaki, Rosulullah Muhammad SAW sebagai panutan kita, sejak berusia remaja sudah berdagang (self employee) bersama pamannya Ali bin Abi Thalib, bahkan perdagangannya sudah lintas antar negara sampai ke Negeri Siria, boleh jadi kalau jaman sekarang kita menyebutnya sebagai eksportir, menjadi pengusaha (business owner) di usia 25 tahun, karena dalam berniaga sangat baik dan bisa dipercaya Rosul-pun mendapat julukan Al Amin yang artinya bisa dipercaya, di usia ini Rosul menikah dengan Siti Khadijah, pengusaha kaya asal Mekah, bisnisnya terus berkibar, hingga pada usia 37 tahunpun sudah menjadi investor, bebas dari masalah finansial (financial freedom) sehingga dakwahnya pun bisa dikatakan lancar tak terbelenggu dengan urusan materi. Menjadi kaya, bukanlah hal buruk, di Al Quran banyak dalil yang menyariatkan kaum Muslimin supaya mencari kekayaan, bahkan Ibn Taimiyah dalam kitab Majmuu'ul Fatawaa (21/144) menyebutkan bahwa "mencari kekayaan itu bisa jadi hukumnya wajib, yaitu berlaku pada perkara-perkara yang harus dilakukan untuk menunaikan kewajiban." Beberapa urusan syariat malah mengharapkan kita menjadi orang kaya, beberapa pernyataan diantaranya : Berhajilah bagi yang mampu, tunaikanlah zakat, infaq dan sedekah, tuntulah ilmu setinggi-tingginya, cukupkanlah kebutuhan keluargamu, berterbaranlah di muka bumi, panjangkanlah silaturahmi, dan berjihadlah dengan hartamu. Hanya saja untuk menjadi kaya jalannya tidak mudah, perlu adanya beberapa keterampilan, menurut AA Gym, kekayaan adalah sigma dari beberapa komponen, dengan kata lain kekayaan tidak berdimensi tunggal (kaya harta), tetapi memiliki dimensi yang luas. Yakni kaya semangat (ghirah), kaya input (ilmu, wawasan, pengalaman), kaya gagasan (ide dan kreativitas), kaya ibadah (amal), kaya hati, Nah, bonusnya adalah kaya harta. Setiap muslim wajib menjemput kekayaan materi maupun kekayaan hakiki yang memiliki nilai tambah (added value). Sebagai tolak ukur kekayaan adalah keberkahan yaitu bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain baik di alam dunia maupun akhirat. Walaupun demikian, patut diingat bahwa kekayaan ruhani lebih hakiki dari pada kekayaan materi semata.Demikianlah tulisan ini hanya untuk membuka perspektif alternatif untuk memberikan pencerahan (enlightnment) sekaligus memberikan kesadaran baru kepada manusia tentang pentingnya meraih kekayaan yang hakiki.

Salam,
http://ferrydjajaprana.multiply.com


Bibliography :
Robert T.Kiyosaki & Sharon L. Lechter. "The Cash Flow Quadrant", Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003
AA Gym, "Saya Tidak Ingin Kaya Tapi Harus Kaya", MQ Publishing, Bandung, 2006

Reply via email to