dari pemberitaan media massa terutama Tv, tentang ketiga bombers tersebut, saya juga sangat miris, tv seakan mengekpose berbagai hal, bahkan mengekpose juga komentar komentar yang sangat sangat provokatif
satu lagi mengenai gambar yang diperoleh tv one, entah darimana, yaitu gambar kegiatan amrozi dan imam samudera pada hari kamis sebelum eksekusi di dalam penjara. tentu ini keberhasilan buat tv one, namun saya sangat yakin bahwa ditengah situasi steril seperti itu, tidak mugkin satupun kru tv dan juga orang luar bisa lolos masuk ke dalam sel, terlebih membawa kamera video. jadi asumsi saya, pihak tv one berhasil menyuap salah seorang petugas, (polisi atau sipir) atau pihak lain yang punya akses dan bisa bebas membawa sesuatu dan masuk kedalam sel. jadi dibalik keberhasilan tv one mengekpose kegiatan trio bomber pada saat isolasi, pihak penegak hukum yang berwenang di nusakambangan dan jajaran departemen kehakiman seharusnya juga melakukan penyelidikan internal mengenai kebocoran ini, dapat dibayangkan jika kebocoran ini terus dipelihara, maka satu saat bisa saja terjadi kebocoran yang lebih krusial lagi. ________________________________ Dari: masdimas62 <[EMAIL PROTECTED]> Kepada: [EMAIL PROTECTED] Terkirim: Minggu, 9 November, 2008 19:45:24 Topik: [mediacare] Re: Pengamat Desak Dihentikannya Akses Amrozi Cs Kepada Media Salam, Saya juga jijik liat TV-One dan teve lain yang menghebohkan eksekusi ini. Memang kesalahan ada pada pemerintah, yang tak menyederhanakan eksekusi, sebagaimana pada eksekusi mati lainnya, yang tenang, tak menghebohkan. Jelas, ada tujuan politik tertentu di balik rame-rame ini. Sengaja dilambat-lambatkan, sengaja dihebohkan. Nampak sekali TV ini "menuhankan" rating. Yang penting rame, rating nomer 1. Gak penting yang mati siapa, nasib korban Bali seperti apa, yang penting tevenya siaran langsung, dari Cilacap, dari Banten, dari Tenggulun. "Kamilah yang pertama, hanya kami kami nembus sumber sulit, wartawan lain nggak dapat. Kami yang paling hebat. Nggak peduli apa yang diberitakan, dan dampaknya kepada masyarakat," itulah statement yang ingin mereka tegaskan. Bahkan seandainya, untuk itu, harus mengubah sosok teroris psikopat menjadi pahlawan yang dielu-elukan, mereka sama sekali tak keberatan melakukannya. Di salahsatu seri "Die Hard" ada kritik keras si sutradara, John McTiernan, kepada tokoh wartawan teve yang menghalalkan cara dalam rangka mendapatkan berita. Wartawan ambisius itu mencurigai ada yang tak beres pada pesawat di udara, dan kemudian siaran langsung, tak peduli meski mengancam penumpang lain. Sampai akhirnya disetrum sama Holly, isteri sang jagoan. Kemudian wartawan itu masuk ke rumah John McClane, dengan mengintimidasi pembantu yang pendatang gelap dari Amerika Latin. Sejijik itu saya kepada teve-teve yang menghebohkan siaran langsung eksikusi teroris Amrozy Cs itu. Wassalam, Dimas. . --- In [EMAIL PROTECTED] ps.com, "Kartono Mohamad" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Setuju. Media masa terutama tv one terkesan glorifying amrozi cs. Sampai pun waktu laporan reporternya dari kampung amrozi. Apa maksudnya? > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -----Original Message----- > From: "pbd" <[EMAIL PROTECTED]> > > Date: Sun, 9 Nov 2008 07:44:14 > To: <[EMAIL PROTECTED] ps.com> > Subject: [mediacare] Re: Pengamat Desak Dihentikannya Akses Amrozi Cs Kepada Media > > > Setuju, kenapa sih terlalu heboh, terutama media TV, memberitakan terpidana mati pelaku bom Bali I hingga berpekan-pekan? Detik demi detik berita tentang Amrozi cs menempati berita utama.., seolah nggak ada berita lain lagi yang lebih penting. Coba tanya kenapa, pemerintah seolah-seolah ragu ketika keputusan eksekusi diberitakan berlama-lama. Betul, ini membuat bias berita yang justru memahlawankan Amrozi cs itu. Tak dipikirkan keluarga korban bom Bali itu makin merasakan sakit hati ketika tampang Amrozi disiarkan ketawa-ketiwi terus menerus, tanpa sedikitpun tampak dan merasa punya beban bahwa akibat ulahnya banyak orang tak bersalah menjadi korban. Pemberitaan seperti ini tanggung jawab siapa? Kadang-kadang juga pertanyaan reporter yang diajukan kepada keluarga korban begitu konyol, seperti wawancara satu stasiun TV pada Minggu 9/11. Masa pertanyaannya begini, "Kenapa sih Ibu kok benci banget kepada Amrozi cs?". Itu pertanyaan apa? Ada dasar ketakempatian pada perasaan keluarga korban. Tersirat ada rasa keberpihakan reporter kepada pelaku Bom Bali itu. > > Pemerintah juga begitu. Saya suka nggak mengerti dengan negri ajaib ini. Apa maksudnya peristiwa itu diheboh-hebohkan? Kalau mau diekesekusi ya segera ditembak saja, tanpa ramai-ramai. Lalu jenazahnya dikirim kepada keluarganya. Selesai. Jadi apa perlunya diperlakukan dengan sangat spesial jenazah mereka dinaikkan helikopter yang khusus disediakan? Bahkan hingga 3 biji ke masing-masing rumah keluarga Amrozi cs itu lengkap dengan gambaran routenya detil segala. hebat..hebat. Apa sih istimewanya mereka? Apa ini nggak berlebihan? Saya mulai curiga, membesar-besarkan bahaya dampak eksekusi ini ada alasan pihak-pihak tertentu guna memanfaatkan anggaran keamanan yang bisa jadi berjumlah tak terbatas untuk operasi atas nama pengamanan yang berminggu-minggu itu. Itu duitnya siapa? Itu pasti jumlah yang sangat tidak kecil. Saya pikir eksekusi dilakukan saja diam-diam, di lokasi tertentu yang terbatas pengamanannya, ancaman bahaya tak perlu dihembuskan ke mana-mana yang membuat rasa takut masyarakat. Dengan demikian biaya pun tak terlalu dihambur-hamburkan. Jadi siapa sebenarnya yang mengambil manfaat sebesar-besarnya atas hebohnya berita eksekusi Amrozi cs itu? Coba tanya siapa? > > tabek, > wasito > > ----- Original Message ----- > From: Imron Rosyadi > To: pantau-komunitas@ yahoogroups. com > Sent: Friday, November 07, 2008 12:44 PM > Subject: Re: [pantau-komunitas] Pengamat Desak Dihentikannya Akses Amrozi Cs Kepada Media > > > Salam, > > Saya pikir ini topik menarik di dunia jurnalistik. Tuntutan kepada > pemerintah untuk membatasi akses media. > Di sisi lain kita pekerja media justru seringkali menuntut akses > informasi yang lebih besar. > > Saat perang (Iraq misalnya), wartawan minta di embedded-kan di > pasukan. Ketika akses formal susah, wartawan mencari sumber yang siap > anonim untuk sebuah berita. > > Ya begitulah karena konon, kabar, yang buruk sekalipun, adalah berita. > > Mungkin bukan pemerintah yang salah, tapi media-lah yang dituntut > untuk bertanggung jawab. Saya pikir ini bisa masuk dalam kerangka > seperti 'jurnalisme damai' itu. > > J. Paul Getty - "The meek shall inherit the Earth, but not its mineral rights." > > 2008/11/5 Anton Muhajir <[EMAIL PROTECTED] ..>: > > Dear all, > > > > Berita ini agak telat. Tapi tetap konteksual. Media memang terlalu > > banyak memberikan tempat pada para terpidana kasus terorisme. Sadar > > atau tidak, media telah menebarkan kebencian yang dihembuskan Amrozi > > CS. Bahkan tak sedikit yang menempatkan para teroris itu sebagai > > pahlawan. > > > > Jarang sekali yang memberi tempat pada para korban. > > > > Salam, > > > > -- > > > > 28/10/08 12:40 > > > > Pengamat Desak Dihentikannya Akses Amrozi Cs Kepada Media > > > > http://www.antara. co.id/arc/ 2008/10/28/ pengamat- desak-dihentikan nya-akses- amrozi-cs- kepada-media/ > > > > Brisbane (ANTARA News) - Pemberian akses yang besar kepada Amrozi, Ali > > Ghufron, dan Imam Samudera, tiga pelaku bom Bali 12 Oktober 2002 yang > > menewaskan 202 orang, kepada para pekerja media dalam dan luar negeri > > selama ini merupakan kesalahan fatal pemerintah Indonesia dalam > > menangani kasus hukuman mati. > > > > "Kalau pernyataan Amrozi cs terus keluar ke ruang publik, maka > > dampaknya akan terus memberatkan Indonesia," kata pengamat pariwisata > > Bali, I Nyoman Darma Putra, di Brisbane, Selasa, menanggapi rencana > > eksekusi Amrozi cs dan dampaknya pada industri pariwisata Bali. > > > > Penulis buku "Tourism, Development and Terrorism in Bali" (London, > > Ashgate 2007) itu mengatakan, salah satu bentuk dari kekeliruan > > pemerintah itu adalah adanya "open house" di penjara Nusa Kambangan > > saat Lebaran. Pemerintah sebaiknya menyudahi akses para pelaku bom > > Bali kepada pers. > > > > Selama ini, kalangan pers cenderung tidak tertarik mewawancarai > > terpidana mati secara berulang-ulang, kecuali terhadap ketiga pelaku > > bom Bali 12 Oktober 2002 ini. Di Australia, akses terpidana kasus > > terorisme kepada pers seperti yang diperoleh Amrozi cs merupakan > > sesuatu yang mustahil, katanya. > > > > Menjelang eksekusi ketiga pelaku bom Bali yang menewaskan 202 orang, > > termasuk 88 orang warga Australia awal November mendatang, Kementerian > > Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia kembali menegaskan > > pemberlakuan peringatan perjalanan level empat bagi Indonesia kepada > > para warganya. > > > > Makna di balik peringatan perjalanan level empat itu adalah setiap > > warga Australia yang berniat berkunjung ke berbagai daerah di > > Indonesia diminta untuk "mempertimbangkan kembali" rencana mereka itu > > karena alasan keamanan (ancaman terorisme). > > > > Darma Putra mengatakan, peringatan perjalanan kepada Indonesia itu > > belum tentu diindahkan oleh semua warga Australia. > > > > Bahkan banyak pelajar Australia yang bersikukuh untuk menikmati > > liburan sekolah mereka di Bali, karena mereka sudah melakukan > > "booking" jauh sebelum munculnya ribut-ribut soal eksekusi Amrozi cs > > yang mendorong pemerintah Australia kembali menegaskan level empat > > peringatan perjalanan bagi Indonesia, katanya. > > > > Terbelah > > Sehubungan dengan pelaksanaan hukuman mati terhadap Amrozi cs, sikap > > rakyat Australia sendiri terbelah. > > > > Menurut Indonesianis Universitas Nasional Australia (ANU), George > > Quinn, ada kelompok masyarakat yang berpendapat bahwa perbuatan Amrozi > > cs tidak perlu dibalas, tetapi ada pula yang berpendapat sebaliknya. > > > > Bagi kelompok pertama, mereka melihat hukuman mati sebagai perbuatan > > yang tak berprikemanusiaan dan melanggar hak azasi manusia terlepas > > dari aksi Amrozi cs enam tahun lalu. "Jadi kalau hukuman mati jadi > > dilaksanakan pasti banyak juga suara yang menentangnya, " kata Quinn. > > > > Namun ia pribadi masuk ke dalam kelompok masyarakat yang pro-hukuman > > mati bagi Amrozi, Ali Ghufron dan Imam Samudera sebagai konsekuensi > > atas tindakan mereka enam tahun lalu, kata kepala Pusat Asia Tenggara > > Fakultas Studi-Studi Asia ANU itu. > > > > Ketegasan pemerintah dan otoritas hukum Indonesia atas eksekusi para > > pelaku Bom Bali 2002 akan meningkatkan "citra Indonesia" di Australia, > > kata penulis Buku "The Novel in Javanese (Leiden, 1992) dan "The > > Learner`s Dictionary of Today`s Indonesian" (Sydney, 2001) ini. > > > > Bagi pemerintah Australia, eksekusi bagi Amrozi Cs adalah masalah yang > > tidak perlu dicampuri walaupun Australia masuk dalam kelompok negara > > yang menolak hukuman mati. > > > > Sikap pemerintahan Perdana Menteri Kevin Rudd dari Partai Buruh dalam > > masalah eksekusi Amrozi cs ini sejalan dengan sikap pemerintahan John > > Howard yang digantikannya. (*) > > > > COPYRIGHT (c) 2008 > > > > -- > > Anton Muhajir | http://rumahtulisan .com > > > > > ___________________________________________________________________________ Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru. Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/