Sepuluh Tanda Kemunduran Bangsa
 
oleh: Edy Wiyono

 
Tema yang diambil mengenai ‘Evaluasi Sistem Pendidikan dalam Menghasilkan 
Generasi Unggul’. Tema ini sengaja diambil karena ternyata berdasarkan 
penelitian selama 60 terakhir, sistem pendidikan lebih banyak menghasilkan 
generasi yang gagal dan bahkan cenderung bermasalah ketimbang yang unggul. 

Banyak sekali tokoh yang diminta bicara menyampaikan pikiran, pandangan, juga 
hasil penelitian mereka. Dari semua pembicara, ada salah seorang yang 
pemaparannya begitu dahsyat, tajam, dan mengena, hingga mendapatkan simpati 
semua peserta konferensi. 

Apa saja yang dipaparkan si pembicara itu? Mari kita simak pemaparannya. 
“Saudara-saudaraku tercinta sebangsa dan setanah air, saya sungguh prihatin 
melihat perkembangan generasi kita dari tahun ke tahun. Lebih dari 30 tahun 
saya melakukan pengamatan terhadap para pelajar dan para lulusan sekolah di 
tiap jenjang, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Ternyata, 
dari tahun ke tahun menunjukkan suatu peningkatan grafik jumlah anak-anak yang 
bermasalah ketimbang anak-anak yang berhasil."

“Salah satu yang membuat saya menangis adalah ketika saya mengunjungi beberapa 
Lembaga Pemasyarakatan yang ada di beberapa negara bagian, yang dulu pada tahun 
60-an mayoritas dihuni orang-orang yang berusia antara 40-60-an. Namun apa yang 
terjadi pada 1990, penjara-penjara kita penuh diisi oleh anak remaja antara 
usia 14 s/d 25 tahun. Jumlah peningkatan yang drastis juga terjadi pada penjara 
anak dan remaja. Fenomena gerangan yang sedang terjadi di negara kita? Akan 
jadi apakah kelak negara ini jika kita semua tidak mengambil kepedulian dan 
merasa bertanggung jawab? “Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, dari 
pengaatan panjang yang saya lakukan, akhirnya saya mengetahui sumber dari semua 
masalah ini ada pada harmonisasi hubungan keluarga dan sistem pendidikan kita.”

 

“Sebagian besar anak-anak yang bermasalah, ternyata juga memiliki orang tua 
yang bermasalah atau keluarga yang berantakan. Yang memperparah ini semua 
adalah bahwa lembaga yang kita agung-agungkan selama ini, yang kita sebut 
sekolah, ternyata sama sekali tidak mampu menjadi jalan keluar bagi anak-anak 
yang mengalami permasalahan di rumah.”Sekolah yang mestinya bertanggung jawab 
pada pendidikan anak, ternyata sama sekali tidak melakukan proses pendidikan, 
melainkan hanya menjadi lembaga sertifikasi yang memaksa anak untuk mengikuti 
kurikulum yang kaku dan sudah ketinggalan zaman. 

Guru-guru yang diharapkan menjadi pengganti orang tua yang bermasalah, ternyata 
tidak lebih baik daripada orang tua si anak yang bermasalah tadi. Guru-guru 
lebih suka memberikan pelajaran daripada mendidik dan melakukan pendekatan 
psikologis untuk bisa membantu memecahkan masalah anak-anak muridnya. Guru-guru 
juga lebih suka saling melempar tanggung jawab ketimbang merasa ikut 
bertanggung jawab terhadap anak yang katanya bermasalah.” 

“Yang sungguh menyakitkan adalah ternyata pemerintah kita, hanya mementingkan 
masalah nilai, angka-angka, dan ujian-ujian tulis. Angka-angka inilah yang 
dijadikan tolok ukur keberhasilan sekolah. Pemerintah seolah menutup mata 
terhadap menurunnya perilaku moral, rusaknya budaya anakanak di sekolah, dan 
meningkatnya perilaku kekerasan di kalangan remaja.” “Ukuran keberhasilan 
pendidikan lebih diletakkan pada menjawab soal-soal ujian dn target perolehan 
nilai, yang seringkali hanya menambah masalah bagi anak-ank kita, bukan pada 
indikator moral dan pengembangan karakter anak. 

Sehingga pada akhirnya, kita mendapati banyaknya anak yang mendapat nilai 
tinggi, namun bermoral rendah.” “Inilah yang saya pikir, yang menjadi biang 
keladi dari permasalahan meningkatnya jumlah anak-anak dan remajayng menjadi 
penghuni penjara di hampir seluruh negara bagian di negara kita.” “Saya melihat 
bahwa sesunguhnya, jauh lebih penting mengajarkan anak kita nilai kejujuran 
daripada nilai matematika, fisika, dan sejenisnya, yang pada umumnya telah 
membuat anak kita stres dan mulai membenci sekolahnya. Sungguh jauh lebih 
penting mengajarkan kepada mereka tentang nilai kerja sama dan tolong-menolong 
ketimbang persaingan merebut posisi juara di kelas.

 

Sekolah kita hanya mampu membuat tiga anak sebagai juara, ketimbang membuat 
mereka semua menjadi juara.” “Saya pikir sudah saatnya kita sadar akan hal ini 
semua. Saudara-saudaraku tercinta, berdasarkan penelitian yang saya lakukan, 
telah menunjukkan bahwa jauh lebih penting mengajari anak kita tentang moral, 
attitude, dan character building daripada hanya mementingkan nilai yang tinggi. 
Karena kehidupan lebih mengharapkan orang-orang yang bermoral dan berkarakter 
untuk membangun tatanan kehidupan yang jauh lebih baik. Orang-orang yang 
mencintai sesama, menolong sesama, dan menjaga kelestarian lingkungan tempat 
mereka hidup.” “Berdasarkan penelitian saya terhadap sejarah bangsabangsa yang 
mengalami kemunduran, saya telah menemukan ciri-ciri yang sangat jelas untuk 
bisa kita jadikan indikator dan petunjuk bagi kita apakah negara kita juga 
sedang menuju ke titik kemajuan atau justru kemunduran.’’ “Paling tidak, saya 
telah menemukan ada 10
 tandatanda utama suatu bangsa yang akan mengalami kemunduran.

Sepuluh tanda kemunduran bangsa adalah sebagai berikut.


Meningkatnya perilaku kekerasan dan merusak dikalangan remaja dan pelajar 
Penggunaan kata atau bahasa yang cenderung memburuk (seperti ejekan, makian, 
celaan, bahasa slank dll) 
Pengaruh teman jauh lebih kuat dari pada orang tua dan guru. 
Meningkatnya perilaku penyalah gunaan obat-obat telarang dan seks bebas di 
kalangan pelajar dan remaja. 
Merosotnya perilaku moral dan meningkatnya egoisme pribadi/ mementingkan diri 
sendiri. 
Menurunya rasa bangga, cinta bangsa dan tanah air (patriotisme). 
Rendahnya rasa hormat pada orang lain, orang tua dan guru. 
Meningkatnya perilaku merusak kepentingan publik. 
Ketidakjujuran terjadi dimana-mana 
Berkembangnya rasa saling curiga, membenci dan memusuhi diantara sesama warga 
negara (kekerasan SARA)

“Saudara-saudaraku, apakah kita merasa semua tanda-tanda ini telah muncul di 
negara kita? Dengan fakta dan kenyataan yang ada, wahai Anda pengambil 
kebijakan di bidang pendidikan dan para guru dan orangtua, masihkah kita akan 
tetap mementingkan angka-angka sebagai indikator kesuksesan pendidikan ataukah 
logika dan nurani kita mampu berbicara dan mendobrak sistem pendidikan yang 
selama ini telah terbukti telah menghasilkan lebih banyak kegagalan bagi 
anak-anak tercinta.” “Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, jika kita 
tidak juga mau bertindak, saya tidak tahu berapa banyak lagi penjara yang harus 
kita bangun bagi anak-anak kita tercinta, yang semestinya ini semua bisa kita 
cegah dari sekarang.

 
Penulis adalah Praktisi Multiple Intelligence & Holistic Learning
 
http://merdekainteraktif.com/berita/baca/65/sepuluh_tanda_kemunduran_bangsa



   Salam
Abdul Rohim
http://groups.google.com/group/peduli-jateng?hl=id


      

Reply via email to