http://mediaindonesia.com/

SOLO--MI: Eros Djarot dilarang menggelar syuting film berjudul Lastri di
Kota Solo dan sekitarnya, karena alur cerita atau isi filmnya dianggap bisa
menyebarkan paham komunis.

"Saya heran, di zaman reformasi kok masih ada larangan-larangan semacam ini.
Seperti di zaman Orde Baru saja, larangan ini membuat kita kembali ke Orde
Baru," protes sutradara film yang juga politisi ini saat dihubungi sejumlah
wartawan Solo lewat telepon selularnya.

Menurut dia, syuting film kisah percintaan dengan latar waktu suasana tahun
1965 itu rencananya akan dilakukan di sekitar Pasar Gede, kota Solo,
kemudian daerah kecamatan Wedi, kabupaten Klaten, dan kawasan Colomadu,
kabupaten Karanganyar.

Tapi sayang, belum dimulai, sudah gagal di tengah jalan karena tidak
mendapatkan izin dari yang berwewenang. "Jadwal syuting di Wedi, Klaten
gagal, karena kami tidak mendapat izin. Begitu halnya jadwal di Colomadu,
Karanganyar dan Solo. Secara resmi saya belum mendapatkan pelarangan itu,"
imbuhnya.

Dia tambahkan, tuduhan penyebaran paham komunis itu sangat menyakitkan hati.
Sebab Eros mengaku selama ini sebagai nasionalis dan pancasialis murni. Ia
bahkan mengingatkan tentang perjalanannya semasa masih di PDIP pendukung
Megawati Soekarnoputri.

Lagi pula, lanjut dia lagi, mereka yang tidak mengizinkan sejauh ini belum
melihat filmnya secara utuh, sebab di mulai saja belum. Lebih dari itu, yang
berhak menilai dan mengoreksi film berjudul Lastri, nantinya adalah Badan
Sensor Film.

Ia menganggap, pelarangan itu terkesan sangat dipolitasasi. Sebab dasar
larangannya hanya sebuah keberatan orang per orang setelah ada surat kaleng,
yang kemudian dijadikan alat untuk mengeluarkan larangan.

Eros yang kini duduk sebagai Ketum Partai Nasional Benteng Kemerdekaan
Indonesai (PNBKI) ini mengaku tidak akan menyerah akan terus berusaha keras
agar syuting film Lastri bisa digelar. Untuk itu, ia akan meminta dukungan
dari seniman dan komunitas-komunitas pecinta seni di Solo. "Jika tidak
dilawan modus pemberangusan seni bakal kembali marak," timpalnya. (WJ/OL-02)

Kirim email ke