SAYANG SEKALI masih terlalu anyak pemuka masyarakat yg haanya memikirkan
akherat, a.l. dg memfasilitasi calon ulama. Bgmn dg calon inssinyur,
calon dokter, calon prawat handal, calon ilmuwan dst?

Negara dan bangsa Indonesia mengalami amburadul yg berkelanjutan krn
banyak orang Indonesia yg terlalu sibuk ngurusin akherat dan melupakan
dunia nyata ini.

Yg kasat mata yg harus ditekuni ialah hidup yg jelas kita alami
sekarang! Let heaven take care of itself! Kalo banyak bangsa Indonesia
yg hidup kesrakat, maka mereka jauh lebih mudah tergiur dg korupsi, dg
mencuri, me-recohin orang laen dg harapan akan keluar duitnya, dan masih
banyak lagi kemungkinan hidup yg tidak benar dan keluar dari rel krn
kekurangan ekonomi.

Ini tentunya orang tidak boleh menghalalkan apa saja. Kenyataan bhw kalo
orang hidupnya lumayan baik, kecenderungan untuk nyopet, ngerampok,
maling, melacurkan diri dan korupsi duit rakyat-negara itu jauh lebih
sedikit daripada sewaktu orang hiduonya serbab kekurangan.

Tanpa meninggalkan ajaran agama yg bermanfaat bagi masyarakat luas,
marilah kita bergiat bekerja, meningkatkan ketrampilan, pengetahuan dan
rasa hormat-menghormati.

Melakukan apa yg aku sebut di atas pasti merupakan tindakan yg diridhloi
oleh Tuhan Maha Suci dan membuat kehidupan di tanah-air tercinta lebih
aman sejahtera dan 'kondusif' (Aku paling benci dg kata ini krn
dibutchered se-enak perut pemakainya.

Gabriela Rantau

--- In zamanku@yahoogroups.com, "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2008111921284520
>
>       Kamis, 20 November 2008
>
>       OPINI
>
>
>
> 'Calon Ulama' Lampung di Mesir
>
>       Udo Yamin Majdi
>
>       Direktur Eksekutif Word Smart Center Cairo, Mahasiswa Fakultas
Syariah wal Qanun Universitas Al-Azhar Tafahna Al-Asyraf, Mesir
>
>       "Dalam rangka suksesnya pembangunan masyarakat Lampung", tulis
M. Afif Anshori, direktur eksekutif Ikatan Jaringan Kerja Sama (Ikrama)
Pondok Pesantren se-Lampung, dalam rubrik Opini Lampung Post (7-11).
"Pemda harus mampu menggandeng dan memfasilitasi para ulama, bahkan
'calon ulama' yang dikader di pesantren; apakah dengan pembangunan akses
infrastruktur ke pesantren di perdesaan, pelatihan life skill, pemberian
bantuan modal usaha, dan sebagainya. Bahkan harus dimasukkan dalam salah
satu program pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah."
>
>       "Calon ulama" yang termaktub pada tulisan berjudul Lampung
Gudang Ulama, Sebuah Obsesi itu terkesan hanya ditujukan kepada para
santri di pesantren Lampung saja. Padahal, masih ada calon ulama lain
yang perlu dirangkul Pemda Lampung, yaitu para mahasiswa asal Lampung di
Universitas Al-Azhar Mesir. Para calon ulama ini seakan-akan dilupakan
Pemda Lampung sehingga ketika mereka pulang dari Mesir banyak yang
mengabdi di luar Lampung. Sebenarnya, hal ini tidak terjadi manakala
Pemda Lampung berusaha mendekati mereka sejak masih di Mesir,
sebagaimana yang dilakukan beberapa pemda lainnya.
>
>       Mahasiswa dan Organisasi Daerah
>
>       Mahasiswa Indonesia belajar ke Mesir sudah ada sejak
prakemerdekaan RI. Tahun 1923, berdiri organisasi bernama Al-Jami'ah
Al-Khairiyah li Thalabah Al-Azhariyah Al-Jawiyah. Tahun 1937 berganti
nama dengan Perhimpunan Indonesia Malayu, yang anggotanya tidak hanya
dari Indonesia melainkan dari semua rumpun Melayu seperti Malaysia,
Thailand, dan seterusnya.
>
>       Karena mahasiswa asal Indonesia makin banyak, tahun 1951
memisahkan diri dengan nama Ikatan Indonesia. Tahun 1956 berubah nama
menjadi Himpunan Pemuda Pelajar Indonesia (HPPI). Lalu, berubah nama
lagi menjadi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) tahun 1970. Pada 18
Juni 1987 lewat SK Dubes RI No.SKEP/013/VI/1987, PPI dinyatakan bubar
sebab menolak asas tunggal.
>
>       Tahun itu pula, lahirlah Himpunan Pelajar dan Mahasiswa
Indonesia (HPMI). Pada musyawarah besar tanggal 28 November 1995, HPMI
berubah nama menjadi Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI)
hingga dipakai sampai hari ini.
>
>       Saat ini mahasiswa Indonesia di Mesir berjumlah 5.083 orang,
tersebar di beberapa kota. Di Kairo sebanyak 3.985 orang. Di Zaqaziq 80
orang, di Manshura 70 orang, di Thanta 75 orang, di Tafahna 120 orang,
di Damanhur 6 orang, di Dimyath 15 orang, dan di Alexandria 5 orang.
>
>       Berdasarkan strata pendidikan, pelajar dan mahasiswa Indonesia
di Mesir terdiri dari pelajar tingkat sekolah dasar dan menengah serta
nonformal sebanyak 119 orang; S1 di Universitas Al-Azhar sebanyak 4.602
orang; S2 di Universitas Al-Azhar dan perguruan tinggi lainnya sebanyak
336 orang; S3 di Universitas Al-Azhar dan perguruan tinggi lainnya
sebanyak 26 orang; dan mahasiswa baru tahun akademik 2007--2008 sebanyak
453 orang.
>
>       Mereka adalah lulusan pesantren atau madrasah aliah dan berasal
dari berbagai daerah di Tanah Air. Mereka memperoleh beasiswa gratis
biaya kuliah dan 35% mendapatkan tunjangan dari berbagai instansi di
Mesir--misalnya dari Jam'iyyah Syar'iyah berupa sembako dan uang 50
poundsterling setiap bulan--dan sebagian lainnya mengandalkan kiriman
orang tua atau pemasukan dari berbagai usaha dan sumber lain.
>
>       Semua mahasiswa Indonesia itu menjadi anggota PPMI sebagai
organisasi induk. Akan tetapi dalam beraktivitas terbagi-bagi menjadi 16
organisasi kedaerahan berikut ini: Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA),
Himpunan Mahasiswa Medan (HMM), Keluarga Pelajar Tapanuli Selatan
(KPTS), Kesepakatan Mahasiswa Minangkabau (KMM), Kelompok Studi
Mahasiswa Riau (KSMR), Keluarga Mahasiswa Jambi (KMJ), Kemass (Keluarga
Masyarakat Sumatera Bagian Selatan), Keluarga Mahasiswa Banten (KMB),
Keluarga Pelajar Jakarta (KPJ), Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat
(KPMJB), Kelompok Studi Walisongo (KSW), Gabungan Mahasiswa Jawa Timur
(Gamajatim), Forum Studi Keluarga Madura (Fosgama), Keluarga Mahasiswa
Kalimantan Mesir (KMKM), Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS), dan Keluarga
Mahasiswa Nusa Tenggara dan Bali (KMNTB).
>
>       Tahun 2002, Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A. menjadi dubes RI Mesir.
Beliau menggagas berdirinya rumah daerah, kerja sama antara organisasi
daerah itu dengan pemda masing-masing. Sehingga berdirilah Graha Jatim
milik Gamajatim, Griya milik KSW, Pasangrahan milik KPMJB, Wisma Jakarta
milik KPJ, Baruga milik KKS, Istana Maimoen milik HMM, Maligue milik
KMA, Asrama Mahasiswa milik KMM, dan seterusnya. Bantuan dari pemda
untuk membeli saqah (flat) dan imarah (apartemen) itu, masing-masing
mulai dari satu miliar hingga tiga miliar.
>
>       Selain bantuan membeli saqah dan imarah, beberapa pemda juga
memberikan beasiswa 100 dolar per bulan untuk putra-putri daerah mereka
bahkan ada yang Rp100 juta per orang untuk menyelesaikan S-2. Ada juga
organisasi daerah bekerja sama dengan pemdanya dalam melayani jemaah
haji di Arab Saudi.
>
>       Ikmal Mesir
>
>       Sejak 1959 hingga saat ini, mahasiswa asal Lampung--juga
Bengkulu dan Bangka--bergabung dengan Kemass sebab jumlahnya sedikit.
Dan 1999, mahasiswa Lampung di Mesir bertambah.
>
>       Tahun 2000 berdirilah Forum Mahasiswa Lampung (Fosmal). Namun,
Fosmal tidak aktif sampai kemudian 20 Juni 2008 ada kesepakatan
mendirikan Ikatan Masyarakat Lampung (IKMAL) Mesir dengan anggota 63
orang.
>
>       Organisasi yang diketuai Ahmad Al-Akhran--asal Kalianda, Lampung
Selatan--ini dibentuk dengan tujuan (1) menjalin silaturahmi
antarmahasiswa/i dan masyarakat asal Lampung di Mesir; (2) mendukung dan
membantu anggotanya meraih sukses akademis dan sosial; dan (3) membangun
jaringan supaya bersinergi ketika mengabdi di Lampung.
>
>       Kegiatan Ikmal selama ini lebih terfokus pada kajian keilmuan
dan pembinaan anggota. Selain itu, beberapa kegiatan yang bermaksud
untuk mempererat tali persaudaraan. Misalnya, pada bulan suci Ramadan
lalu, Ikmal menyelenggarakan ifthor jama'i (buka puasa bersama).
>
>       Membangun Sinergitas®MDUL¯
>
>       Untuk menjadikan Lampung sebagai gudang ulama, itu sangat
mungkin manakala seluruh komponen bersinergitas mewujudkannya. Komponen
itu adalah (1) pesantren dan IKMAL sebagai calon ulama; (2) alumni
pesantren dan mahasiswa Indonesia Mesir (Masisir) di Lampung; (3) Pemda
Lampung; (4) Ikatan Jaringan Kerja Sama (Ikrama) Pondok Pesantren
se-Lampung; (5) LSM atau yayasan pendidikan; dan (6) seluruh masyarakat
Lampung.
>
>       Meskipun Pemda Lampung--dan stakeholder lainnya--belum siap
melakukan seperti pemda lain yang membuatkan rumah daerah sebagai pusat
kegiatan, memberikan beasiswa, dan bekerja sama dalam bidang keagamaan,
sosial, budaya, serta pembinaan jamaah haji; atau apa yang diharapkan
oleh Afif Anshori di atas--memasukkan IKMAL dalam program Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah--paling tidak harus ada komunikasi antara
pemda dengan calon ulama di Mesir itu. Dengan demikian, mudah-mudahan
dari dialog itu akan muncul ide-ide brilian dan sinergitas untuk
mewujudkan Lampung gudang ulama. Nah, bila Ikmal telah melempar bola,
maka siapkah Pemda Lampung menyambutnya? Wallahualam
>

Kirim email ke