Tuesday, 02 December 2008 10:02 

                                Jika umat Islam ingin maju seperti
Barat, maka ia akan menjadi seperti Barat dan bukan seperti Islam  

 Oleh: Hamid Fahmy Zarkasyi *Suatu
hari David Thomas, Pendeta dan Professor teologi di Selly Oak College,
Universitas Birmingham, Inggris ditanya seorang mahasiswanya yang
Muslim. "Are you happy with the Western civilization?" "No, not at
all" jawabnya tegas.     "Why?" tanyanya.  Sebab, paparnya, Barat dan
orang-orang Barat maju dan berkembang bukan karena Kristen.     Bos
pabrik cokelat Cadbury, katanya mencontohkan, menyumbang dana jutaan
Poundsterling untuk membangun perpustakaan Selly Oak bukan karena ia
seorang Kristen, tapi karena ia kaya dan punya dana sosial lebih.    
Jawaban Thomas mengungkap fakta sejarah. Barat bukan Kristen.
Sejarawan Barat seperti Onians, R.B, Arthur, W.H.A, Jones, W.T.C, atau
William McNeill, umumnya menganggap "Ionia is the cradle of Western
civilization" dan Bukan Kristen. Agama Kristen malahan telah
ter-Baratkan. Thomas sepertinya ingin mengatakan bahwa Barat tidak
lahir dari pandangan hidup Kristen.Sosoknya
mulai nampak ketika marah dan protes terhadap otoritas gereja. Agama
dipaksa duduk manis di ruang gereja dan tidak boleh ikut campur dalam
ruang publik. Diskursus teologi hanya boleh dilakukan dengan
bisik-bisik. Tapi orang boleh teriak anti agama. Hegemoni diganti
dengan hegemoni. Barat adalah alam pikiran dan pandangan hidup. 
Teriakan Nietzsche "God is dead"  masih terdengar hingga saat ini.
Dalam The Gay Science ia
mengatakan, "ketika kami mendengar "tuhan yang tua itu mati" kami para
filosof dan "jiwa-jiwa yang bebas" merasa seakan-akan fajar telah
menyingsing menyinari kita".   Kematian tuhan di Barat ditandai oleh
penutupan diskursus metafisika tempat teologi bersemayam. Tuhan bukan
lagi supreme being (Maha Kuasa). Tidak ada lagi yang absolute.
Semua relatif. Kalau anda mengklaim sesuatu itu benar maka orang lain
berhak menghakimi itu salah. Tuhan tidak lagi bisa diwakili. Ia telah
mati.   Barat adalah alam pikiran dan pandangan hidup.  Mengapa
tuhan perlu dibunuh? Kalau Marx menganggap agama sebagai candu
masyarakat, Nietzsche menganggap tuhan sebagai tirani jiwa (tyrant of
the soul).
Beriman pada tuhan tidak bebas dan bebas berarti tanpa iman. Sebab
beriman berarti sanggup menerima perintah, larangan atau peraturan yang
mengikat. Barat adalah alam pikiran pandangan hidup.  Sejarah
Barat adalah sejarah pencarian "kebenaran". Tapi mencari kebenaran di
Barat lebih penting dari kebenaran itu sendiri. Mencari untuk mencari,
ilmu untuk ilmu, seni untuk seni. Sesudah "membunuh tuhan" Barat
mengangkat tuhan baru yakni logocentrisme atau rasionalisme.
Tidak puas dengan tuhan baru mereka mengangkat liberalisme. Namun kini
liberalisme seperti moncong bedil. Pandangan-pandangan yang tidak
"setuju" harus keluar atau berhadapan. "You are with us or against
us".   Liberalisme membawa gagasan kepelbagaian (multiplicities),
kesamarataan, (equal representation) dan keraguan yang menyeluruh
(total doubt). Barat kini adalah sosok yang tanpa wajah. Atau seperti
kata Ziauddin Sardar wajah yang tanpa kebenaran (no truth), tanpa
realitas (no reality), tanpa makna (no meaning). There is no comfort
in the truth.  Setting alam pikiran Barat ini dihukumi Francis
Fukuyama sebagai akhir dari sejarah (the end of History).   Diskursus
tentang God-man & God-world relation di
abad pertengahan kini sudah tidak relevan. Humanisme telah mendominasi
dan menyingkirkan theisme. Akibatnya, teologi tanpa metafisika, agama
tanpa spiritualitas atau bahkan religion without god. Teologi (theos
dan logos) secara
etimologis tidak lagi memiliki akar ketuhanan. Istilah teologi
pembebasan, teologi emansipasi, teologi menstruasi dsb. tidak lagi
berurusan dengan Tuhan. Agama bagi postmodernisme tidak lebih dari
sebuah narasi besar (grand narrative) yang dapat diotak-atik oleh
permainan bahasa. Makna realitas tergantung kepada kekuatan dan
kreatifitas imaginasi dan fantasi. Feeling is everything kata Goethe.
  Kebenaran
itu relatif dan menjadi hak dan milik semua. Kebenaran adalah illusi
verbal yang diteima masyarakat atau tidak beda dari kebobongan yang
disepakati. Etika harus di globalkan agar tidak ada orang yang merasa
paling baik. Baik buruk tidak perlu berasal dari apa kata Tuhan, akal
manusia boleh menentukan sendiri.   Barat
adalah alam pikiran pandangan hidup. Seperti juga Barat, Kristen,
Islam, Hindu, bahkan Jawa adalah sama-sama pandangan hidup. Meski sama
namun kesamaan hanya pada tingkat genus, bukan species. Masing-masing
memiliki  karakter
dan elemennya sendiri-sendiri. Jika elemen-elemen suatu pandangan hidup
dimasuki oleh elemen pandangan hidup lain, maka akan terjadi
con-fusion alias
kebingungan. Margaret Marcus (Maryam Jameelah), malah mengingatkan jika
pandangan hidup Barat menelusup kedalam sistim kepercayaan Islam, tidak
lagi ada sesuatu yang orisinal yang akan tersisa. Benar, ketika
elemen-elemen Barat yang anti Kristen dipinjam anak-anak muda Muslim,
maka mulut yang membaca syahadat itu akan mengeluarkan pikiran atheis.
Tuhan yang Maha Kuasa, bisa menjadi "tuhan yang maha lemah", Al-Quran
yang suci dan sakral tidak beda dari karya William Shakespear, karena
ia sama-sama keluar dari mulut manusia.     Jika
ummat Islam ingin maju seperti Barat maka ia akan menjadi seperti Barat
dan bukan seperti Islam. Dan suatu hari nanti akan ingat keluhan David
Thomas atau tangisan Tertulian yang sudah lapuk "Apalah artinya Athena
tanpa Jerussalem".  [www.hidayatullah.com]  Penulis Direktur Eksekutif
Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS)

Shalom,
Tawangalun.

Kirim email ke