17/02/09 01:23

Pengungsi Rohingya Bagaikan di Kampung Sendiri di Aceh


Oleh Saidulkarnain Ishak

Banda Aceh (ANTARA News) - Ratusan pengungsi muslim Rohingya, 
Myanmar, sudah lebih satu bulan di Kota Sabang Provinsi Nanggroe Aceh 
Darussalam (NAD). Mereka terlihat bagaikan di kampungnya sendiri, 
bermain dan berolahraga di kamp pengungsian.

Kelihatannya mereka sepertinya sudah lupa dengan apa yang terjadi di 
negaranya. Mereka menghabiskan waktunya dengan berbagai kegiatan yang 
berhubungan silaturrahim, beribadah dan olahraga sambil menunggu 
kebijakan bernilai menguntungkan nasibnya.

"Manusia perahu" Rohingya Myanmar itu perlu mendapat dukungan moral 
dari semua pihak untuk memperoleh hidup layak umat manusia lainnya di 
bumi ini, kata mantan dekan Fakultas Syariah IAINB Ar-Raniry 
Darussalam Banda Aceh HA Hami Sarong.

"Saya kira, kita semua perlu memberi dukungan terhadap mereka. Apa 
yang dilakukan Pemerintah dan masyarakat di tempat pengungsian sudah 
cukup memedai, sehingga kita menyaksikan mereka bagaikan di kampung 
sendiri," tambah pakar hukum adat Aceh itu.

Hari-hari dilalui dengan kegiatan menyenangkan, seperti mengaji, 
beribadah secara berjamaah dann olahraga. Tidak terlihat beban di 
raut wajahnya, bahkan terkesan tabah dan tekun melaksanakan semua 
tugas yang menjadi kewajiban manusia kepada Allah SWT.

Pengungsi Rohingya, Myanmar terdampar di Sabang pada Januari 2009 
sementara sebagian lainnya ditemukan di laut lepas pada awal Februari 
2009. 

Mereka yang terdampar di Sabang menempati kamp pengungsian TNI AL, 
sedangkan di Aceh Timur berada di kantor Camat Idi Rayeuk.

"Manusia perahu" Rohingya yang terdampar dua kali di perairan Aceh 
sebanyak 391 orang. Sebanyak 198 orang tinggal di Kantor Camat Idi 
Rayeuk Aceh Timur, sekitar 600 Km sebelah timur Banda Aceh dan 193 
lainnya berada di tempat penampungan sementara Lanal Sabang.

Pemerintah dan masyarakat setempat memberi dukungan kemanusiaan 
selama mereka menempati kamp pengungsian. Meski mereka tidak bisa 
bahasa Indonesia, namun terlihat termotivasi berkomunikasi. Sedikit 
di antara mereka yang bisa bahasa Inggris. 


Dukungan moral

Kepedulian masyarakat dan Pemerintah terhadap warga negara Myanmar 
itu juga terlihat dari sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang 
mengharapkan mereka tidak dideportasi dan bahkan Himpunan Ulama Dayah 
Aceh (Huda) siap menampung mereka.

Dukungan moral dalam bentuk bantuan obat-obatan dan pakaian yang 
diantar langsung seperti Jama,ah Muslimin (Hizbullah). Jama,ah ini 
juga mengirim tim medis bagi para pengungsi Rohingya yang sudah 
hampir satu bulan berada di kamp penampungan kantor Camat Idi Rayeuk 
itu.

Pernyataan Sekjen Huda Tgk Faisal Aly yang menyatakan siap menampung 
pengungsi Rohingya baik sementara atau permanen merupakan dukungan 
moral bagi kaum muslim itu. Sekitar 500-an dayah (pesantren) di Aceh 
siap menampung warga Myanmar tersebut, katanya.

Myanmar adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang tempo dulu 
Indonesia pernah mengimpor beras. Pada 1940, Myanmar menjadi produsen 
beras nomor satu di dunia. Tapi seiring semakin majunya pertanian di 
negara lain, sehingga pada 1980-an Myanmar berada diurutan ke-6.

Semua warga negara (Myanmar) yang terletak di Asia Tenggara 
berbatasan dengan Bangladesh dan India di sebalah barat, China, Laos 
dan Thailand di sebalah timur itu terdampar di Sabang sekitar Januari 
2009 dan Kabupaten Aceh Timur belum lama ini.

Banyak pihak menaruh perhatian terhadap pengungsi itu, termasuk ulama 
daya (pesantren) seperti disebutkan Sekjen Huda Tgk H Faisal Aly dan 
Jam'ah Muslimin (Hizbullah) yang mengantar bantuan berupa pakaian dan 
obat-obatan kepada pengungsi tersebut.

"Kami datang mengunjungi saudara kita muslim Rohingya sambil 
mengantar bantuan. Ini sebagai dukungan moral yang kami berikan 
kepada saudara kita dari Rohingya. Apa yang kami berikan hanya 
sekedar saja ," kata salah seorang tim Jama,ah Muslimin H Ridwan 
Syah. 

Dukungan dan perhatian Pemerintah Aceh sejak terdampar di pulau Weh 
Sabang dan Idie, Aceh Timur dinilai memadai dari segi kemanusiaan, di 
samping bantuan masyarakat Aceh sekitar kamp pengungsian 
ratusan "manusia perahu" berasal Rohingya, Myanmar tersebut.


Kampung sendiri

Terkait komitmen Sekjen Huda Tgk Faisal aly, HA Hamid Sarong 
menyatakan positif manakala pertimbangan secara politik telah 
dilakukan Pemerintah Indonesia. Masalah suaka politik seperti 
diharapkan sejumlah elemen masyarakat negeri ini sepenuhnya ditangani 
Pemerintah, ujarnya.

Selama berada di kamp penampungan sementara, mereka disibuki dengan 
beribadah dan olahraga seperti di kampung sendiri. Kebersamaan sangat 
terasa manakala dicermati saat makan tiba, demikian juga ketika suara 
azan menggema dan mereka melaksanakan shalat berjamaah. 

Mereka tentu akan lebih tenang dan bersyukur manakala pertimbangan 
Pemerintah sesuai harapan masyarakat muslim Indonesia. Jika kebijakan 
Pemerintah mengabulkan suaka politik seperti diharapkan sejumlah 
elemen masyarakat negeri ini tentu akan lebih berarti dari segi 
kemanusiaan.

Dukungan moral ulama dayah seperti disampaikan Sekjen Huda H Faisal 
Aly dinilai positif apabila kebijakan Pemerintah nantinya sesuai 
dengan harapan masyarakat muslim negeri ini. Soal tempat tinggal 
tidak harus dipikir karena ratusan dayah di Aceh siap menampung 
mereka.

"Ini merupakan pemikiran bersama sebagai upaya memberi dukungan moral 
terhadap ratusan manusia perahu Rohingya, Myanmar. Yang penting, 
secara kemanusiaan bisa dilakukan semua pihak tapi dari politik 
merupakan pertimbangan negera (Pemerintah)," kata Hamid Sarong.

Keinginan saling membantu dan hidup bersama dengan warga seiman 
merupakan hasrat manusia, tidak terkecuali pengungsi minoritas muslim 
Rohingya yang kini menempati kamp penampungan sementara setelah 
menderita di negeri kelahirannya, Myanmar.

Perasaan berada di kampungnya sendiri terlihat manakala melakukan 
berbagai kegiatan bersama dalam komplek yang mereka tempati selama 
ini. 

Kiranya upaya menafikan nilai kemanusiaan seperti yang dirasakan 
warga Rohingya tidak terulang lagi setelah berada tempat lain.

Dukungan moral multi nilai agaknya perlu dipertimbangkan secara 
makro, sehingga kehidupan pengungsi Rohingya bisa lebih dari 
kampungnya sendiri. 

Mereka kini menanti kebijakan yang berpihak kepada dukungan moral 
kemanusiaan, tidak seperti di tanah kelahirannya.(*)

http://www.antara.co.id/arc/2009/2/17/pengungsi-rohingya-bagaikan-di-
kampung-sendiri-di-aceh/

Kirim email ke