Michael: Kebenaran Itu Hanya Ditemukan Dalam Islam
Cetak | Kirim |
RSS Selasa, 17/02/2009 18:57 WIB
Michael David Shapiro adalah seorang Yahudi
Rusia. Dulu, ia tidak terlalu yakin dengan adanya Tuhan. Cita-citanya menjadi
seorang bintang penyayi rock, tapi sekarang ia bekerja sebagai sekretaris dan
tinggal di sebuah apartemen.
Pencarian jati
dirinya dimulai ketika ia berusia 19 tahun. Suatu malam, berniat ke dapur dan
bertemu dengan rekannya seorang kulit hitam. Ia bertanya pada rekannya
itu,"Bolehkah saya menyimpan vodka di kulkas malam ini?". Tak diduga,
pertemuan itulah yang mengubah hidup Michael secara drastis.
Teman kulit hitam
yang dijumpainya di dapur adalah seorang Muslim dan dia adalah Muslim pertama
yang pernah Michael jumpai. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi, Michael
mengajak lelaki kulit hitam itu berbincang-bincang tentang agama Islam. Tentang
semua hal yang pernah Michael dengar seperti salat lima waktu, jihad dan sosok Nabi Muhammad
saw.
Kemudian, teman
mereka bernama Wade, seorang Kristiani bergabung dalam perbincangan itu.
Jadilah mereka bertiga malam itu berdialog dengan Yahudi, Kristiani dan Muslim.
"Ternyata kami menemukan banyak perbedaan dan banyak persamaan antara
ketiga agama itu," kata Michael.
Setelah perbincangan
itu, minat Michael yang selama ini hanya berkutat pada sex, narkoba dan
pesta-pesta jadi berubah total. Ia mulai berminat untuk mencari kebenaran,
mencari Tuhan, mencari bagaimana cara menjadi pengikutNya.
Ketika itu, kata
Michael, ia memulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanya an sederhana pada
dirinya sendiri seperti 'berapa sebenarnya jumlah Tuhan?'. Michael berpikir
bahwa jumlah Tuhan pasti cuma satu. Tuhan akan lebih kuat jika cuma satu.
Karena jika Tuhan dua, kalau ada salah satunya yang berbeda pendapat maka akan terjadi
pertentangan dan pertikaian. "Maka saya berpikir bahwa Tuhan itu
satu," kata Michael.
Ia juga memikirkan
tentang eksistensi Tuhan dan menganalisa keyakinan atheist dan keyakinan
theist-theist lainnya. Saya teringat akan kata bijak "Setiap disain pasti
ada disainernya". Bertolak dari kata bijak itu, mata saya terbuka bahwa
Tuhan itu ada. "Saya tidak bisa menjelaskannya mengapa, saya hanya bisa
merasakannya," ujar Michael.
Hal-hal baru yang
ditemukannya, membuat Michael berpikir bahwa ia harus bertanggungjawab untuk
mematuhi Sang Pencipta dan itu artinya ia harus memeluk satu agama. Pertanyaan
lain pun menyusul, 'darimana ia akan memulai? karena secara harfiah jumlah
agama bisa ribuan dan ia perlu memperkecil jumlah itu. Langkah pertama yang
Michael lakukan adalah mengelompokan agama-agama monoteis dan itu sejalan
dengan keyakinannya bahwa Tuhan itu satu. Ia mencoret Budha dan Hindu dari
daftarnya dan melingkari tiga agama monoteis yaitu Islam, Kristen dan Yudaisme.
Karena ia seorang
Yahudi. Michael mulai mempelajari Yudaisme terlebih dulu, mulai dari konsep
Tuhan, nabi-nabi, 10 larangan Tuhan, Taurat dan tentang 'roh keyahudian', satu
hal yang menarik perhatian dan membuat Michael ragu. Ia berpikir, ide tentang
'roh keyahudian' tidak universal karena 'jika seseorang dilahirkan sebagai
Yahudi, maka orang itu punya jiwa Yahudi dan harus menjadi pengikut Yudaisme.
Bagi Michael, ide semacam itu diskriminatif. Ia berpendapat bahwa semua manusia
diciptakan sama. "Mengapa seseorang yang dilahirkan dalam agama tertentu
harus tetap memeluk agama itu meski jika seseorang itu menemukan bahwa
keyakinan yang dianutnya salah?" itulah pertanyaan yang muncul di benak
Michael dan ia tidak sejalan dengan konsep tersebut.
Hal lainnya yang
membuat Michael ragu dengan Yudaisme, tidak ada konsep yang jelas tentang
neraka dalam Yudaisme. Jika konsep itu tidak ada, kenapa seseorang harus
berbuat baik atau melakukan dosa? "Jika saya tidak takut akan hukuman yang
berat, jadi kenapa saya harus bermoral," pikir Michael.
Michael akhirnya
meninggalkan Yudaisme dan beralih belajar kekristenan. Agama ini juga membuat
Michael mundur karena konsep trinitas dalam kristen yaitu bapak, putera dan roh
kudus. Ia berpendapat, bagaimana bisa Kristen mengklaik percaya hanya pada satu
Tuhan, jika menganut konsep trinitas.
Michael juga
menganggap sejarah Yesus dalam Kristen aneh dan tak masuk akal. Dalam doktrin
Kristen, Yesus adalah anak Tuhan yang harus dibunuh untuk menyelamatkan manusia
dari "dosa asal" yang dilakukan Nabi Adam. Dalam Kristen, Yesus mati
untuk menebus dosa-dosa manusia.
Doktrin itu membuat
Michael berpikir bahwa dalam agama Kristen seluruh umat manusia itu dilahirkan
sebagai pendosa, yang melakukan perbuatan yang salah. Itu artinya, seorang bayi
yang baru dilahirkan sudah berdosa karena melakukan hal-hal yang salah.
"Doktrin yang aneh. Karena dosa satu orang, maka semua manusia harus
menderita. Pesan moral apa yang disampaikan oleh doktrin semacam itu? Pemikiran
seperti ini tidak masuk logika saya," ujar Michael.
Michael lalu
mempelajari Islam. Ia menemukan bahwa Islam berarti patuh dan berserah diri.
Prinsip dalam Islam adalah Tuhan yang Esa, salat lima waktu sebagai wujud ketaatan pada Tuhan,
menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan pergi haji jika mampu secara
finansial. Konsep yang buat Michael tidak terlalu sulit untuk dipahami.
Apa yang Michael
pelajari tentang Islam tidak ada yang bertentangan dengan logikanya, termasuk
kitab suci al-Quran dengan keajaiban-keajaiban yang mengagumkan dan
ajaran-ajaran yang tak lekang oleh waktu. Michael menemukan fakta-fakta ilmiah
yang sudah dijelaskan dalam kitab suci al-Quran sejak 1400 tahun yang lalu.
Dari sekian banyak
hal yang Michael pelajari tentang Islam lewat buku-buku dan riset. Satu hal
yang paling membuatnya tertarik adalah kata "Islam" yang dijadikan
nama agama Islam disebut beberapa kali dalam al-Quran.
"Dari
studi-studi yang sudah saya lakukan sebelumnya, saya tidak menemukan satu
kalipun kata 'Yudaisme' ditemukan dalam Kitab Perjanjian Lama atau kata
'Kekristenan' dalam Kitab Perjanjian Baru. Saya heran mengapa saya tidak
menemukan dua kata itu dalam dua kitab tersebut!" tukas Michael.
Ia lalu berpikir
lebih dalam menemukan jawabannya. Kata Judaism bisa dipisah menjadi
"Juda-ism". Begitu juga dengan Christianity bisa dipenggal menjadi
"Chris-ianity". Siapakah Juda? Juda adalah salah satu pemimpin suku
Yahudi. Jadi nama agama Judaisme diambil dari nama orang. Hal yang sama buat
Kekristenan yang diambil dari kata Christ nama untuk Yesus.
Michael akhirnya
sampai pada kesimpulan bahwa Christianity dan Judaism tidak disebut-sebut dalam
kitab suci karena kedua nama itu datangnya dari manusia dan bukan dari Tuhan.
Sedangkan Islam adalah nama agama yang datangnya dari Tuhan.
"Oleh sebab itu
ajaran Kristen dan Yudaisme tidak kredibel. Setidaknya dari perspektif saya,
kedua ajaran tersebut tidak murni, tidak logis dan tidak lengkap," kata
Michael.
Ia
melanjutkan,"Islam adalah satu-satunya nama agama yang disebut-sebut dalam
al-Quran. Ini punya arti yang besar buat saya."
"Saya sadar,
bahwa saya harus mengikuti ajaran Islam. Kemudian saya memilih menjadi seorang
Muslim. Saya telah menemukan kebenaran. Saya sudah keluar dari kegelapan dan
menemukan cahaya ... cahaya Islam," tandas Michael. (ln/readingislam/ iol)
Shalom,
Tawangalun.