Tersangka Suap Seret Rama Pratama
Dia mengaku tak tahu-menahu soal tender pembangunan proyek.

JAKARTA-- Abdul Hadi Djamal, tersangka kasus suap dana stimulus proyek 
pengembangan fasilitas laut dan udara di wilayah timur Indonesia, menyeret 
sejumlah koleganya di Dewan Perwakilan Rakyat. Politikus Partai Amanat Nasional 
itu menyebut nama Rama Pratama, anggota Panitia Anggaran dari Fraksi Partai 
Keadilan Sejahtera, dan Jhonny Allen Marbun, Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR 
dari Fraksi Demokrat. 
Ia menyatakan hal itu setelah diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi 
di kantor Komisi semalam. Menurut Hadi Djamal, Jhonny dan Rama ikut hadir dalam 
pertemuan di Hotel Ritz Carlton guna membahas kenaikan anggaran dana stimulus 
proyek pengembangan fasilitas laut dan udara wilayah Indonesia timur 2009. 
Sebelumnya, dana tersebut disepakati sebesar Rp 10,2 triliun, kemudian 
dinaikkan menjadi Rp 12,2 triliun. "Pak Jhonny Allen yang pimpinannya, 
inisiatif pertemuannya dari dia," kata Hadi. 
Abdul Hadi Djamal ditangkap oleh tim KPK bersama pegawai Direktorat Perhubungan 
Laut Darmawati H. Dareho pada awal Maret lalu. Penyidik menemukan uang US$ 90 
ribu dan Rp 54,55 juta di mobil Honda Jazz yang mereka tumpangi. Setelah itu, 
ditangkap pula Hontjo Kurniawan, Komisaris PT Kurnia Jaya Wira Bakti, Surabaya, 
yang diduga sebagai pemberi suap. Pejabat KPK mengindikasikan suap yang 
diterima Hadi Djamal untuk lobi pencairan dana stimulus dalam proyek lanjutan 
pengembangan fasilitas laut dan udara di wilayah timur Indonesia. 
“Semua fraksi terlibat dalam pembahasan anggaran dana stimulus ini,” kata Hadi 
Djamal. Sedangkan dari pemerintah, ia melanjutkan, diwakili Kepala Seksi 
Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu. 
Menurut Hadi, dalam pertemuan itu Rama Pratama disebut sebagai yang mengajukan 
inisiatif kenaikan anggaran dana stimulus dari Rp 10,2 triliun menjadi Rp 12,2 
triliun. Saat ditanyai kenapa yang disebut dari Fraksi PKS, Hadi menyatakan, 
"Karena selama ini mereka mengklaim dirinya bersih."

 
Dalam pembahasan kenaikan anggaran itu, Hadi Djamal melanjutkan, sempat 
dijanjikan imbalan. Ia menyebutnya sebagai aspirasi. "Diberikan hak aspirasi. 
Saya lupa berapa anggarannya,” kata dia, “Tanya Pak Anggito, yang Rp 2 triliun 
itu kan untuk pimpinan dan anggota mendapatkan aspirasi dari itu. Ada yang ke 
Departemen Perhubungan dan lain-lain." 
Saat dimintai konfirmasi, Rama Pratama membantah disebut mendapat bagian dari 
duit tersebut. “Tidak benar itu, dan saya membantah pernyataan tersebut,” kata 
dia kepada Tempo melalui pesan pendek semalam. Ia juga mengaku tidak 
tahu-menahu mengenai tender pembangunan dermaga kawasan timur Indonesia dan 
tidak terlibat dalam urusan tersebut. 
“Kalau benar Hadi mengatakan seperti itu, jelas ini black campaign,” kata Rama, 
yang kembali mencalonkan diri sebagai wakil rakyat ini.. Selain akan meminta 
konfirmasi kepada Hadi Djamal, ia siap memberikan keterangan di pengadilan. 
Sementara itu, hingga berita ini ditulis, Anggito belum bisa dimintai 
tanggapan. Sedangkan Jhonny enggan memberikan keterangan. Saat telepon 
selulernya dihubungi, salah satu stafnya menyatakan Jhonny sedang sibuk. Namun, 
sebelumnya, ia sempat membantah disebut terkait dengan kasus Hadi Djamal.CHETA 
NILAWATY | AQIDA SWAMURTI | DWI WIYANA
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/18/headline/krn.20090318..159904.id.html


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


      

Kirim email ke