T = Salam kenal,
Tiap hari email sampean (maaf manggilnya sampean) masuk ke inbox saya. Saya tergabung di grup agnostic yahoo. Jadi dapat email dari sampean mengenai "Tuhan dan kesadaran tertinggi"; terasa klop dengan rasa keingin-tahuan saya mengenai kepercayaan terhadap Tuhan. Meskipun dari uraian sampean masih ada yg tidak "benar-benar klop" dengan jalan pikiran saya, tapi paling tidak bisa memberikan sedikit "pencerahan versi baru" mengenai apa yg disebutnya sebagai Tuhan. Yaitu "Tuhan versi Bung Leo". Untuk itu tolong kirimi saya ebook "Mencari Tuhan dalam Kesadaran". Terima kasih. NB: Kalu Bapak (sekarang manggilnya Bapak, maaf...) berkenan, sebenarnya saya ingin lebih mengenal Bapak. Karena saya sekarang lagi bingung dan merasa "tersesat" dan butuh "pencerahan". Saya Muslim dan sekarang kerja di Arab Saudi. Thanks a lot. J = Ebook "Mencari Tuhan dalam Kesadaran" sudah saya kirim ke email anda, thanks for your interest. And, apakah itu yg ingin lebih dikenal tentang diri saya? You could read my postings almost every day, dan mostly the postings are about obrolan ngalor ngidul tentang segala macam: dari tafsir mimpi, penglihatan, cara semedi, mata ketiga, malaikat, hantu, setan, pemikiran keagamaan, konsep Allah, politik Indonesia, MUI, dan berbagai tetek bengek lainnya yg semuanya merupakan hal keduniawian belaka. Walaupun ada banyak bahasan tentang Tuhan or Allah, semuanya ini bersifat keduniawian. Keduniawian artinya menyangkut dengan dunia. Dunia adalah alam di mana kita hidup, alam fisik dan segala macam pemikiran itu. Ada pula yg namanya alam kerohanian, yaitu yg berhubungan dengan roh. Roh itu yg tidak terlihat. Pikiran kita roh karena pikiran kita tidak terlihat, walaupun bisa juga terdeteksi oleh alat canggih. Yg terdeteksi itu gelombang otak kita. Bisa berada di level Beta, yaitu ketika kita melek dan konsentrasi melakukan pekerjaan fisik. Bisa berada di level Alpha, yaitu ketika kita klayar kliyer. Bisa juga berada di level Theta dan Delta, seperti waktu kita tidur lelap. Menurut pendapat saya, anda tidak tersesat, tersesat apanya? Anda bergabung dengan milis agnostic dan merasa memperoleh banyak pencerahan atau pengertian baru, termasuk dari postingan saya, mengapa bingung? Mungkin anda bingung karena anda mengaku sebagai Muslim dan berhasil memperoleh begitu banyak pencerahan dari mereka yg mengaku agnostic seperti saya. Dari orang-orang beragama anda tidak memperoleh sesuatu yg baru, melainkan kemunafikan belaka? Dan, apakah harus saya kemukakan juga, tanpa niat menghina, bahwa orang-orang beragama itu semuanya berselaput kemunafikan. Arab Saudi merupakan salah satu negara yg paling munafik di dunia, dari jenis agama, dalam hal ini agama Islam aliran Wahabi. Cina juga salah satu negara yg paling munafik di dunia, dari jenis ideologi, dalam hal ini ideologi Komunis. Arab Saudi dan Cina sama-sama tidak menghargai Hak Azasi Manusia (HAM). Tidak ada penghormatan terhadap HAM kebebasan beragama dan kebebasan berpendapat di Arab Saudi dan Cina. Bedanya cuma satu, yaitu Arab Saudi mengatas-namakan Islam, dan Cina mengatas-namakan Komunisme. Dalam prakteknya sama saja, ada pelecehan dan penyiksaan terhadap mereka yg menuntut dihargai HAM-nya di Arab Saudi dan Cina. Dan, walaupun Arab Saudi itu membawa-bawa nama Allah, kita juga tahu bahwa Allah di situ adalah Allah yg dibuat oleh penguasa dan ulama Arab Saudi. Allah itu konsep sekaligus pengalaman pribadi. Kalau anda membicarakan Allah yg tidak suka wanita mempertontonkan aurat walaupun memperbolehkan pria untuk menikah sampai empat kali, maka anda membicarakan Allah sebagai konsep. Sebagai suatu konsep, Allah bisa jadi apa saja. Bisa jadi Allah yg tidak menghargai HAM seperti di Arab Saudi. Bisa juga menjadi Allah yg sangat menghormati HAM seperti di Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnnya. Ada juga Allah yg merupakan bagian dari kesadaran di dalam diri kita, yg lebih dekat kepada kesadaran kita dibandingkan dengan urat leher kita sendiri. Ini adalah Allah yg asli, yg adanya di dalam setiap manusia, tanpa membedakan Muslim maupun bukan. Kalau Allah itu ada, maka pastilah ada di setiap manusia, tanpa membedakan agamanya bukan? Kalau ternyata Allah itu membedakan manusia menurut agamanya, maka so jelas itu Allah yg buatan manusia belaka. Kalau anda bertemu dengan ulama yg bilang bahwa Allah menurunkan Islam untuk membawa rahmatan lil alamin, maka so jelas itu adalah Allah yg dikonsepkan oleh ulama itu, dalam hal ini ulama Islam. Kalau anda bertemu dengan ulama dari agama lain yg bilang bahwa Yesus adalah Allah yg datang untuk menyelamatkan semua manusia dari neraka, maka so jelas anda berbicara tentang Allah yg dikonsepkan. Konsep saja, dan bukan realita. Realita adalah yg real, nyata, dan adanya di dalam kesadaran di diri anda, baik anda mengaku beragama, agnostic, maupun atheist. Kalau Allah itu benar ada, maka apapun label yg anda kenakan kepada diri anda, maka Allah tetap akan ada. Dan adanya juga di dalam kesadaran di diri anda sendiri saja. Bukan di Mekkah. Bukan di Yerusalem. Bukan di New York City, bukan di Monas, melainkan di dalam kesadaran anda sendiri saja. Arab Saudi itu negara Arab moderat, sekutu dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat yg sangat menghormati HAM. Tetapi Arab Saudi sendiri tidak menghormati HAM warganegaranya, terutama yg dari jenis kelamin wanita. Wanita cuma sedikit lebih baik dari sekedar barang belaka di Arab Saudi. Apakah Arab Saudi berperi-kemanusiaan? Menurut saya tidak. Yg lebih islami itu adalah negara-negara Barat yg sangat menghormati HAM, dan yg tidak islami itu adalah Arab Saudi, apabila kita menafsirkan "islami" sebagai tata cara hidup yg beradab, demokratis, dan menghargai HAM. Tetapi para ulama Arab Saudi akan berargumen bahwa mereka menerapkan segala macam pelecehan HAM demi Surga. Demi Surga maka relalah warganegara diinjak-injak HAM-nya. Pedahal bukan demi Surga yg cuma merupakan konsep juga, melainkan demi kekuasaan. Demi kekuasaan para ulama itu yg bekerjasama dengan Dinasti Al Saud. Banyak polisi rahasia di Arab Saudi yg mengontrol apa yg dipikirkan dan diucapkan oleh warganegara sehinga semuanya hidup dalam ketakutan. Kalau sudah bicara tentang agama, maka orang Arab Saudi akan tutup mulut, haram. Apa yg anda bingungkan? Segala macam perilaku manusia adalah hal yg bisa dianalisa. Semuanya wajar saja dalam konteks kepentingan. Ada kepentingan para ulama, dan ada kepentingan para penguasa. Dan rakyat dijadikan kambing congek dengan imbalan tunjangan yg berlebih-lebihan. Sistem represif seperti di Arab Saudi cuma bisa bertahan selama negara masih mampu untuk "menyogok" rakyatnya dengan uang dari petrodollar. Kalau minyak habis, maka akan habislah sistem itu. Kita di Indonesia lain lagi. Asal mulanya kita merupakan suku-suku bangsa yg terpisah-pisah, masing-masing memiliki adat dan kebiasaan sendiri-sendiri, bahasa sendiri-sendiri. Indonesia tidak pernah menjadi satu negara yg utuh sebelum Belanda datang. Yg menyatukan Indonesia itu Belanda, dan bukan Majapahit. Berlainan dengan sesumbar sebagian ulama di Indonesia bahkan sampai saat ini, Belanda tidak tertarik untuk eksport agama ke Hindia Belanda (nama Indonesia sewaktu masih menjadi koloni Belanda). Belanda itu negara sekuler, negara pedagang, dan sama sekali tidak tertarik untuk menyebarkan agama dari aliran apapun. Di Belanda ada kelompok-kelompok Katolik dan Protestan yg tertarik untuk menyebarkan agama, dan merekalah yg turun gunung ke kampung-kampung di Nusantara untuk meng-Kristen-kan suku-suku Indonesia yg relatif masih primitif saat itu. Mereka masuk ke Maluku Selatan, Sulawesi Utara, Flores, Timor, Kalimantan, Papua. Yg tidak tembus itu suku-suku Batak sampai akhirnya datang misionaris dari Jerman, namanya Nommensen. Nommensen inilah yg berhasil meng-Kristen-kan masyarakat tribal Batak. Pemeluk Nasrani terbesar di Indonesia berasal dari etnik Jawa yg, secara tradisional, tidak terlalu mempersoalkan agama orang. Ada thesis dari Clifford Geertz tentang masyarakat Jawa yg terdiri dari Abangan, Santri, dan Priyayi. Itu penelitian yg dilakukan sebelum Soeharto kudeta di tahun 1965. Tetapi Abangan, Santri, dan Priyayi bukan agama melainkan orientasi semata. Abangan itu masyarakat Jawa yg relatif berada di garis bawah dalam struktur sosial, dan kepercayaannya kepada leluhur. Banyak dari mereka yg abangan akhirnya memeluk Nasrani, terutama Katolik, setelah Komunis diberangus habis oleh Soeharto. Santri di Jawa adalah santri yg toleran, yg wanitanya cuma berkerudung dan bukan berjilbab. Priyayi adalah mereka yg ningrat, kelas atas dalam masyarakat Jawa. Yg menjadi "wilayah" Nasrani itu Sulawesi Utara, Papua, pedalaman Kalimantan, Nusa Tenggara bagian Timur, dan sebagian Sumatra Utara. Itu kalau mau disebutkan "wilayah" yg berhasil di-Kristen-kan oleh missi dan zending dari Belanda dan negara-negara Barat lainnya, yg sebenarnya juga tidak berhubungan dengan pemerintah kolonial Belanda. Gereja-gereja di Indonesia ada yg memiliki induk asal di Belanda, di Ingris, di Jerman, bahkan di Amerika Serikat. Tetapi ketika umat pribumi telah bisa independen, ya sudah, tidak ada penjajahan secara material dan spiritual sama sekali. Semua komunitas di Indonesia boleh dibilang pro Kemerdekaan. Ada kelompok-kelompok agama (Islam, Nasrani, Buddha, Hindu, Konghucu, dsb), ada kelompok non agama (Komunis), ada kelompok intelektual sosialis, ada kelompok spiritual (yg dulu disebut sebagai kepercayaan). Indonesia ini plural dari asal, dan sama sekali tidak ada penjajahan atas nama agama seperti yg mau dipaksakan oleh sebagian kelompok Islam fanatik dan non toleran akhir-akhir ini. MUI? MUI itu dibentuk oleh Rezim Soeharto untuk mengontrol umat Islam. Soeharto itu anti Komunis, dan otoriter ekstrim kanan. Bekerjanya melalui lembaga-lembaga agama, lembaga-lembaga agama digunakan untuk mengontrol rakyat agar penurut dan tetap bodoh. Soehartolah yg memaksakan warganegara untuk beragama salah satu dari lima agama "resmi", pedahal jumlah agama di dunia ini ratusan. Soehartolah yg memaksakan bahwa hanya orang seagama saja yg bisa menikah. UU Perkawinan No. 1 tahun 1974 merupakan produk Soeharto yg masih diterapkan sampai saat ini, pedahal jelas melanggar HAM. Sampai jaman Soekarno, Indonesia tidak pernah memaksakan warganegara untuk menganut agama tertentu. Belanda tidak pernah memaksakan penduduk Indonesia untuk beragama. Indonesia di jaman Soekarno juga tidak. Yg memaksakan penduduk Indonesia untuk beragama adalah Soeharto. Kenapa dipaksakan? Karena Soeharti itu rezim otoriter ekstrim kanan, bekerjanya melalui lembaga-lembaga agama. Lembaga-lembaga agama digunakan untuk mengontrol rakyat. Mudah dimengerti bukan? Tidak ada kebebasan beragama di Indonesia di era Soeharto yg memberikan "hadiah" kepada tiap agama "resmi" untuk menunjuk aliran sesat versi mereka masing-masing yg lalu diberangus oleh negara. Walaupun era Soeharto sudah berlalu, kelihatannya saat ini ada kelompok Islam tertentu yg ingin merongrong pluralisme Indonesia dengan menggunakan kekuasaan negara supaya kelompoknya sendiri yg menjadi warganegara kelas satu, dan kelompok lain menjadi warganegara kelas kambing. Ada kemungkinan MUI bertujuan seperti itu, pedahal siapa sih MUI? MUI dibentuk oleh negara, oleh Soeharto. Kalau ternyata MUI mengacak-acak pluralisme Indonesia yg sudah ada sejak semula, sebaiknya MUI dibubarkan saja. Saya sepakat dengan Gus Dur yg pernah bilang supaya MUI dibubarkan saja. Indonesia ini bukan Islam, kita negara plural. Leo @ Komunitas Spiritual Indonesia <http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia>. Get your new Email address! Grab the Email name you've always wanted before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/