[BUKU INCARAN]

Menambah Selera pada Filsafat
--Anwar Holid

The Story of Philosophy (Kisah Tentang Filsafat)
Penulis: Bryan Magee
Penerjemah: Marcus Widodo & Hardono Hadi
Penerbit: Kanisius, 2009
Jumlah halaman: 240 h.
ISBN: 978-979-21-1214-6


"AYO kita memopulerkan filsafat," demikian kata Denis Diderot, filsuf dan 
ensiklopedis Prancis terkemuka Abad  Pencerahan.

Apa secara implisit dia mengakui bahwa filsafat memang kurang populer? Bisa 
jadi tidak. Temannya, bernama Voltaire, dengan cerdik dan menyenangkan berhasil 
menyisipkan semangat berfilsafat dalam karyanya, yaitu Candide. Candide 
merupakan novel populer, bacaan favorit banyak orang, lepas bahwa mereka bisa 
jadi kurang sadar bahwa sang protagonis dalam novel itu penuh dengan semangat 
berfilsafat, jujur, dan berani. Orang lebih suka menilai Candide sebagai fiksi, 
alih-alih buku berisi filsafat. 

Secara umum orang beranggapan bahwa filsafat harus diperkenalkan sesuai adat 
alamiahnya, secara dingin, rapi, serius, kalau perlu dalam ruang dan kesempatan 
tertentu. Benarkah begitu? Bisa jadi selama ini kita keliru oleh pandangan 
umum. 

Ada banyak cara mengenalkan filsafat, baik secara langsung dengan menyatakan 
sebagai pengantar filsafat, atau membungkusnya dalam bentuk lain, misalnya 
novel dan drama. Buku pengantar filsafat pun kini begitu beragam bentuknya, 
yang paling mencolok boleh jadi berbentuk komik. Dulu Mizan menerbitkan Dunia 
Sophie  (Jostein Gaarder), novel yang diklaim sebagai pengantar filsafat paling 
banyak diakses oleh kalangan umum. Lantas menyusul Foucault for Beginners;  
Foucault merupakan eksponen terkemuka generasi filsuf posmodern. 

Kanisius, penerbit dengan komitmen tiada tara terhadap khazanah pustaka 
filsafat, juga mengeluarkan komik filsafat, baik yang mencakup keseluruhan 
subjek filsafat maupun per filsuf. Langkah ini diikuti Erlangga, dan yang 
terbaru oleh KPG lewat seri "Filsuf Jagoan." Pengantar nonkomik terbitan 
Kanisius sudah jangan ditanya lagi; penerbit ini mungkin menyediakan  pengantar 
untuk semua aliran filsafat.

THE STORY of Philosophy merupakan edisi luks pengantar menuju filsafat. 
Menggunakan art paper, hard cover, ilustrasi berwarna, buku ini memadukan 
kekuatan visual art dan keluwesan Bryan Magee mengisahkan sejarah panjang 
filsafat dari  zaman pra-Socrates hingga zaman posmodern. Unsur visual art yang 
amat kaya dan relevan dengan setiap subjek pembahasan dalam buku ini terutama 
diambil dari lukisan, fotografi, patung, etsa, juga arsip-arsip berupa poster, 
ilustrasi surat kabar dan majalah. Begitu melihat, pembaca segera disergap oleh 
tampilan nan memikat, dikemas mewah serta kuat, dan langsung dikejutkan oleh 
pernyataan lantang: "Takhayul membakar dunia, filsafat memadamkannya." 

Seluruh unsur itu diolah sempurna menjadi informasi yang sangat kaya. Ada 
boks-boks untuk berbagai topik, kutipan yang kuat, menyodorkan hal-hal trivial 
informatif, termasuk keterangan pada setiap ilustrasi. Ini semua pasti bisa 
membuat pembaca senang dan nyaman. Sementara uraiannya memperlihatkan watak 
asli tradisi filsafat, jauh dari kesan komik, bisa diandalkan sebagai sumber 
rujukan. Magee tetap menempuh kekhasan dunia filsafat yang memang relatif 
serius dan menguras pikiran, tetapi dia tahu cara menempuh perjalanan yang 
hebat dan menawan. Pendekatan ala Magee sungguh efektif. Buku seperti ini bisa 
membuat orang berpikir, menambah pengetahuan, mempelajari sesuatu, dan 
pikirannya terbuka.

Bryan Magee seorang profesor filsafat yang juga ahli media. Dengan 
kemampuannya, dia bersemangat memopulerkan filsafat baik di televisi dan media 
massa umum di Inggris, sampai kontribusi tersebut membuatnya menerima 
penghargaan baik dari kalangan akademik dan media. Ini menjamin uraian kisah 
filsafatnya bisa dinikmati siapapun. Memang cara bertutur Magee kurang 
provokatif bila dibandingkan filsuf generasi lebih muda seperti Andre 
Comte-Sponville dan Alain de Botton, tapi dia berhasil mengetengahkan 
penjelasan bahasan filsafat secara jernih. Editing yang baik dalam edisi 
Indonesia ini berhasil mempertahankan ketenangan cara bertutur Magee, meski 
dari segi  proofreading masih ada sejumlah salah eja atau inkonsistensi 
penerjemahan (misal: apa treatise lebih baik diterjemahkan sebagai traktat atau 
risalah?) 

Dalam buku ini pertama-tama Magee memilih berkisah secara kronologik, lantas 
menggali semangat utama yang  berkembang di zaman tersebut, baru menyebut para 
eksponen utamanya sebagai kendaraan untuk menerangkan  masing-masing 
signifikansi subjek atau aliran filsafat mereka. Konteks sosial para filsuf 
otomatis jadi penting.  Pembaca bisa dengan jelas menyaksikan betapa sejumlah 
filsuf benar-benar terlibat dengan persoalan nyata, terutama  yang berdampak 
sosial besar. Mereka pertaruhkan keyakinan di hadapan kehidupan, bahwa 
keyakinan itu tidak berada di  menara gading atau hanya berkutat di jurnal dan 
tulisan. Karl Marx membangun gerakan komunisme internasional, Bertrand Russell 
menggalang komite menentang penggunaan senjata nuklir, Jean-Paul Sartre 
terlibat gerakan mahasiswa di Paris. Di masa lalu, sejumlah filsuf malah 
dihukum mati dan dikejar-kejar penguasa karena dituduh  hendak melakukan makar 
atau merebut kekuasaan.

Keterlibatan itu membuat filsafat berurusan dengan segala persoalan mendasar 
dan serius bagi manusia, mulai dari  yang konkret seperti ilmu pengetahuan, 
agama, kesejahteraan sosial, dogma, teknologi, seni, politik, juga hal-hal 
abstrak seperti kebahagiaan, indra, jiwa, ruh, dan Tuhan. Pergulatan ini 
membuat setiap manusia yang berpikir sebenarnya secara alamiah telah mengenal  
filsafat, karena sebagaimana kata Plato, "Filsafat itu berawal dari rasa 
heran," lantas dikuatkan oleh muridnya, Aristoteles, "Manusia dikodratkan untuk 
ingin tahu."

SELESAI mengantarkan, Magee mengakhiri kisahnya dengan ajakan untuk benar-benar 
memasuki alam filsafat. Di ujung buku, dia menyediakan sumber pustaka yang 
merupakan inti sari seluruh pergolakan pemikiran dan perdebatan tersebut. 
Maksudnya tentu berguna sebagai tumpuan untuk makin serius mengkaji. Ending 
buku ini menyimpulkan dengan pas: "Barangkali memang tidak akan pernah ada 
jawaban akhir, tetapi ada banyak hal bagus di depan untuk kita  pelajari."

Sampai di sini kuliah Magee selesai, tapi kalau mau pembaca bisa membuka-buka 
lagi buku ini untuk memperhatikan  detail-detailnya yang mengagumkan.[]

Anwar Holid, bekerja sebagai editor dan penulis; eksponen TEXTOUR, Rumah Buku 
Bandung, blogger @ http://halamanganjil.blogspot.com.

KONTAK: Jalan Kapten Abdul Hamid, Panorama II No. 26 B Bandung 40141 | Tel.: 
2037348 | 085721511193 | E-mail: war...@yahoo.com

Situs terkait: 
http://www.kanisiusmedia.com
http://www.guardian.co.uk/music/2003/jun/07/classicalmusicandopera.interviews
http://en.wikipedia.org/wiki/Bryan_Magee
http://www.sijmen.nl/filo/magee.html (foto magee)


      

Reply via email to