Tulisan singkat ini juga disajikan di website http://umarsaid.free.fr

     Memperingati 44 tahun 30 September 1965

Dalam rangka memperingati  44 tahun 30 September 1965, yang merupakan bagian
sejarah bangsa kita yang penuh darah dan tragedi yang mengerikan, akibat
kontra-revolusi tindakan militer di bawah pimpinan Suharto (dengan dukungan
negara-negara Barat terutama AS)  untuk menghancurkan kekuatan kiri
pendukung Bung Karno, maka akan diusahakan adanya  tulisan-tulisan yang
berkaitan dengan peristiwa itu.



Untuk mengenang kembali 44 tahun 30 September 1965 dan mencoba menelaahnya
atau merenungkannya dari berbagai segi atau sudut pandang maka  website
http://umarsaid.free.fr akan mengusahakan adanya rubrik khusus yang
menyajikan berbagai tulisan atau bahan yang diambil dari macam-macam sumber.



Rubrik « Memperingati 44 tahun 30 September 1965 » ini dimaksudkan sebagai
sekadar sumbangan (walaupun sekecil-kecilnya) untuk mengingatkan kembali
banyak orang dari berbagai kalangan dan golongan –- terutama dari golongan
kiri atau para korban penindasan rejim militer Orde Baru --  akan besarnya
kesengsaraan, atau luasnya penderitaan, atau dalamnya kepedihan hati puluhan
(bahkan ratusan) juta dari sebagian bangsa kita.



Sebab, mengingat kembali (dan sesering mungkin ) segala kejahatan dan
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Suharto dan konco-konconya adalah sangat
penting sekali sebagai bagian dari pendidikan bangsa. Berbagai macam
kejahatan Suharto (dan Golkar) yang berpuluh-puluh tahun, dan yang
diteruskan sekarang ini oleh sisa-sisa Orde Baru, perlu terus-menerus
diangkat kembali

sebanyak mungkin oleh berbagai kalangan masyarakat.



Pemblejedan kejahatan Orde Baru adalah tugas penting


Perjuangan seluruh gerakan demokratis melawan sisa-sisa kekuatan Suharto,
baik di kalangan militer atau sipil (antara lain Golkar) ternyata masih
perlu terus dikembangkan atau digalakkan, Sebab, meskipun usaha Tommy
Soeharto, atau Tutut (atau siapa pun lainnya) untuk membangkitkan kembali
« kejayaan » Golkar  akhirnya toh akan gagal, namun pemblejedan dosa-dosa
Jalan Cendana tetap merupakan tugas penting bagi semua yang menginginkan
tegaknya demokrasi, pembebasan, dan kesejahteraan bagi orang banyak.



Memperingati kekejaman atau kebiadaban rejim militer (yang mendapat dukungan
sepenuhnya dari Golkar atau segala jenis simpatisan-simpatisan Suharto
umumnya) selama puluhan tahun tidaklah untuk sekadar membuka luka-luka lama,
atau semata-mata mengumbar dendam, dan tidak pula hanya untuk membongkar
hal-hal lama yang sudah perlu dilupakan. Tidak!



Memperingati segala kebiadaban yang dilakukan oleh fihak militer di bawah
pimpinan Suharto  berkaitan dengan peristiwa 30 September adalah justru
dengan maksud mulia dan luhur bagi seluruh bangsa (termasuk untuk generasi
yang akan datang atau anak-cucu kita), yaitu menegakkan keadilan bagi
semuanya berdasarkan kebenaran, mengutuk segala macam kebiadaban yang
bertentangan dengan HAM, mencegah terulangnya kembali  - oleh siapa pun
!!! - segala macam kejahatan yang telah dilakukan oleh pemerintahan Suharto
selama 32 tahun.



 Pentingnya mengembangkan kekuatan progresif.



Semoga dalam rangka memperingati 44 tahun 30 September  1965 ini segenap
kekuatan demokratis atau kekuatan kiri dan pendukung gagasan-gagasan
revolusioner Bung Karno pada umumnya kiranya bisa menyumbangkan
fikiran-fikiran atau melakukan berbagai kegiatan untuk melanjutkan dan
mengembangkan kekuatan progresif. Sebab, pengalaman lebih dari 10 tahun
sejak jatuhnya Suharto menunjukkan dengan jelas sekali bahwa masih
terpecah-belahnya kekuatan progresif atau ter-fragmentasinya kekuatan kiri
(walaupun hanya bersifat sementara dan pastilah tidak akan selama-lamanya)
menghambat terwujudnya politik alternatif yang solid untuk mengadakan
perubahan-perubahan besar dan fundamental bagi kepentingan rakyat banyak.



Sejarah perkembangan dunia sudah menunjukkan bahwa fikiran-fikiran progresif
atau gagasan-gagasan revolusionerlah yang sudah bisa mendorong terjadinya
perubahan-perubahan besar dan fundamental di berbagai negeri, dan bukannya
fikiran atau gagasan yang reaksioner, yang pro-kapitalisme atau
neo-liberalisme sekarang ini. Demikian jugalah kiranya di Indonesia. Tidak
akan ada perubahan-perubahan besar dan fundamental di negeri ini selama
fikiran-fikiran progresif atau ajaran-ajaran revolusioner yang membela
kepentingan orang banyak dijauhi bahkan dimusuhi, seperti yang terjadi
selama beberapa puluh tahun ini.



Mengingat itu semua, adalah sangat penting bagi kekuatan demokratis di
Indonesia, terutama kaum kiri dan para pengikut ajaran-ajaran Bung Karno
untuk menjadikan peringatan 30 September 1965 setiap tahun sebagai
kesempatan yang baik sekali untuk bersama-sama menggalang atau mendorong
berkembangnya kekuatan progresif atau kiri atau revolusioner.



Peringatan 30 September 1965 bisa kita jadikan sebagai sumber inspirasi
untuk melanjutkan gagasan-gagasan revolusioner Bung Karno., dan sekaligus
juga menjadikan kesempatan yang baik untuk meng-ekpose lebih lanjut segala
kejahatan yang telah dibikin rejim militer Suharto beserta sisa-sisa Orde
Baru yang masih terus membikin kerusakan-kerusakan sampai sekarang ini.



Paris 4 September 2009



A. Umar Said




Kirim email ke