Saya punya usul memecahkan kemacetan Jakarta dan sudah saya tulis di Kompasiana 
( http://umum.kompasiana.com/2009/09/08/mengurangi-kemacetan-jakarta/ ). Inti 
ide saya adalah, kementrian harus diurai dan disebar ke berbagai kota besar di 
Indonesia. Kementrian yang ada di Jakarta ya hanya yang memang benar2 perlu 
saja, yaitu Menlu, Mensesneg, dan mungkin Mendagri. Menteri2 lain harus di luar 
Jakarta. Menpariwisata di Bali, Menhut di Kalteng, Mendiknas di Yogya, 
Menkelautan ya di Ambon, dst (silakan baca artikel lengkap saya di sana). 
Bahkan 
pejabat tinggi seperti Panglima TNI atau Kapolri, tidak harus di Jakarta. Yang 
harus di Jakarta hanya paspampres dan unit2 khusus saja.

Sata tidak setuju kalau ibukota dipindah ke kota lain, karena berarti akan 
menciptakan neraka Jakarta di kota lain itu. Kalau pengertian ibukota yang 
dipindah hanya presiden, juga tidak mungkin, karena harus diikuti dengan 
pemindahan kedutaan besar. Jadi biar saja presiden tetap di Jakarta.

Kalau ada keberatan: nanti presiden butuh koordinasi dengan menteri bagaimana? 
Halah, sekarang ada sms, ada chatting, ada e-mail, ada telpon, ada video 
conference. Lagipula, berapa kali seminggu sih presiden rapat dengan para 
menteri?

Sangat tidak lucu Menhut kok di Jakarta. Lha tidak pernah melihat hutan, kok 
harus ngurusi hutan (ekstrimnya begitu kan?). Kalau Menteri Kelautan berkantor 
di Ambon, pasti deh pelabuhan di Ambon segera maju. Kalau Menteri Perdagangan 
ada di Medan, pasti deh Medan akan segera setara dengan Singapura atau KL.

Biaya untuk memindahkan kementerian bisa ditutup dengan ruislag kantor2 
kementerian dan dirjen2nya. Dengan begitu, daerah menjadi ikut kebagian 
perputaran uang. Penerbangan tidak terpusat ke Jakarta. Pelabuhan tidak hanya 
Tanjung Priok. Pameran mobil tidak mesti di Jakarta.

Saya kira, ide saya bukan sesuatu yang mustahil. Malah menurut saya, lebih 
mustahil dengan memikirkan pembangunan monorel atau memperbanyak busway.

Salam,

Wing Wahyu Winarno
ada di facebook
http://maswing.wordpress.com





----- Original Message ----
From: oka <oka.wid...@indosat.net.id>
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Sent: Wed, July 28, 2010 7:58:11 PM
Subject: [Keuangan] Pembatasan sepeda motor di Jakarta...apa bisa?

Memang soal kemacetan di Jakarta jadi merambah kemana2. Asal mulanya kalo ngak 
salah inget, adalah komplen soal pengawalnya pak Presiden dan pejabat2 atau sok 
pejabat yang selalu pakai voreider...ditengah kemacetan....tiba2 issue 
pemindahan ibukota dan pembatasan sepeda motor juga mengemuka.

Saya sih skeptis lah...WWCS palingan....apasih yg di Jakarta ngak diatur tapi 
tak dilaksanakan? mulai larangan buang sampah sembarangan sampai larangan 
merokok dimuka umum? wong tanda verboden aja dilanggar, polisi dan Dishub ngak 
bisa ngapa-ngapain....

Pembatasan sepeda motor berpotensi memicu kecemburuan dan kerawanan 
sosial....saya kira tak akan nyaman orang yg menggunakan mobil, ketika ada 
orang 
yang cuma mampu naik motor tapi ngak boleh...

Dari sisi ekonomi jelas kok, mekanisme demand supply, incentive disincentive yg 
harus dipakai....misalnya motor atau mobil tak boleh beli premium...saya kira 
dengan sendirinya speda motor berkurang...alternatif lain meningkatkan pajak 
kendaraan...sensitivitas pengendara motor terhadap kenaikan pajak tentu lebih 
tinggi dari pemilik mobil dst dst...




Pertumbuhan Kendaraan di Jakarta Capai 1.172 per Hari  
Rabu, 28 Juli 2010 | 17:02 WIB
Besar Kecil Normal   Kemacetan di kawasan Sudirman. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Dinas Perhubungan Jakarta Udar Pristono 
menyampaikan pertumbuhan kendaraan baik roda dua atau empat di ibukota mencapai 
1.172 unit per harinya. Sebanyak 186 unit kendaraan roda dua dan 986 unit 
kendaraan roda dua terdaftar di Dinas Perhubungan Jakarta tiap harinya. 


Menurut Udar, hingga kini jumlah total kendaraan di Jakarta mencapai 6,7 juta 
unit. "2,4 juta unit roda empat dan 4,3 juta unit roda dua," ujarnya sore ini.

Atas dasar itu, pihaknya membuat kajian komprehensif untuk mengendalikan 
persebaran motor di jalan. "Apakah kran ini di setop, dibuka terus atau 
difilter," ujarnya.

Upaya yang sudah dilakukan Dinas Perhubungan DKI, kata Udar, adalah dengan 
memposisikan motor di jalur lambat di sejumlah jalan protokol. "Selain 
mengurangi macet juga untuk menghindari kecelakaan." 


Rencana pembatasan peredaran motor yang sedang dikaji pihaknya juga didasari 
atas pertumbuhan jalan yang lelet di Jakarta. "Cuma 0,01 per tahun," kata Udar. 
Uji coba pembatasan motor ini rencananya akan dilakukan di rute Blok M-Kota 
pada 
jam-jam sibuk.

Dengan pembatasan motor ini, Udar berjanji akan mengkompensasi angkutan publik 
dengan layanan yang lebih baik. Untuk itu, pada Senin mendatang (2/8) akan 
dilakukan sterilisasi jalur Transjakarta. 


"Mudah-mudahan dengan meningkatnya pelayanan Transjakarta, masyarakat akan 
beralih ke angkutan publik," ujarnya.






------------------------------------

=========================
Millis AKI mendukung kampanye "Stop Smoking"
=========================
Alamat penting terkait millis AKI
Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan-indonesia.com 
Facebook AKI: http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
Arsip Milis AKI online: 
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
=========================
Perhatian : 
Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut: 
- Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya
- Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
yang 
melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas
- Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke 
ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links




      

Kirim email ke