Salam hangatku utk Bung Asahan,

Apa yang salah dengan kata "Pribumi" dan "Non
pribumi", jawabanku adalah tidak ada yang salah dengan
kata-kata tersebut, tetapi kata-kata tersebut dilihat
oleh sebagian orang seolah-olah sangat bersalah hanya
karena digunakan sebagai senjata oleh ORBA.

Andaikata benar kalau kata "pribumi dan non-pribumi"
sangat begitu bersalah terhadap terjadinya
diskriminasi, dan kata-kata tersebut harus
dihapuskan(tidak boleh disebut2 lagi) maka yang
terjadi hanyalah mengurangi perbendaharaan kata saja,
dan dilain pihak hanya membiarkan
diskriminasi(permasalahan utama) terus berjalan.

Inti, Apa yang Anda pikirkan menurutku benar adanya,
buat apa  mengharamkan istilah "Pribumi dan
Non-pribumi", karena itu hanya sebagai "alat" ORBA,
yang seharusnya dipikirkan dan didiskusikan adalah
bagaimana cara menghilangkan "diskriminasi" yang
terjadi bukan mempermasalahkan kata "Pribumi dan
Non-pribumi", mungkin yang dipikirkan oleh sebagian
orang adalah "kalo kata tersebut diharamkan maka etnis
China bisa diterima oleh masyarakat asli
Indonesia(pribumi), heheheheheheee, kalo segampang itu
seharusnya Indonesia tidak lagi terjadi diskriminasi
donk, karena Habibie sendiri telah melarang penggunaan
kata tersebut pada saat dilantik menjadi presiden
tetapi hasilnya = nihil.

Salam persahabatan,


Andri

--- BISAI <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Saudara Andri Halim yang saya hormati,
> Komentar anda saya baca kata perkata, kalimat
> perkalimat. Saya merasakan
> kejernihan pikiran anda, langsung menangkap masaalah
> yang sedang dibicarakan
> dan menangkap hakekat atau inti masaalah tanpa
> berpanjang panjang atau
> berprasangka buruk. Tepat sungguh seperti yang anda
> bilang: ..."bagaimana
> cara menghilangkan"DISKRIMINASI" dengan tidak adanya
> diskriminasi lagi maka
> secara langsung efek dari Pribumi dan non Pribumi
> akan pupus dengan
> sendirinya, menurutku inilah inti jawaban dari
> Pribumi dan non pribumi".
> Menurut saya inilah kesimpulan terbaik  dari seluruh
> diskusi yang anda
> temukan dengan kepala dingin dan pikiran yang
> terang. Memang kita tidak
> melawan kata tapi melawan setiap pikiran, tindakan
> maupun naluri
> diskriminasi. Hanya dengan pikiran demikian kita
> bisa mendekati atau
> manangkap hakekat melawan diskriminasi secara benar
> dan terfokus.
> Mem-phoby-kan kata <pribumi> yang hanya karena
> adanya instruksi  seorang
> Presiden yang kelanjutan dari seorang Presiden 
> diktator yang terguling
> sebelumnya, cumalah perbuatan sia-sia dan juga
> terlalu sentris untuk semata
> disangkutkan kepada satu etnis, sedangkan sebagian
> terbesar etnis lainnya
> harus manut begitu saja, seolah mereka tidak
> setetespun menderita racun
> diskriminasi. Pandangan sentris yang begini patut
> kita tentang justru karena
> kita menghendaki bangunan masyarakat yang pluralis
> seperti yang juga anda 
> dan saya
> menghendakinya.
> Melawan diskriminasi ataupum diskriminasi rasial
> bukan berarti semua etnis
> harus dihilangkan identitas etnis-nya, tidak ada
> lagi Jawa, tidak ada lagi
> Sunda, tidak ada lagi Melayu, Batak dsb, dan yang
> ada hanya Indonesia,
> Indonesia dan Indonesia. Itu tentu sangat indah
> kedengarannya. Dan ketika
> dua orang Indonesia yang baru berkenalan di Jakarta
> umpamanya, yang satu
> tanya : "Saudara berasal dari mana?".Lalu yang
> ditanya menjawab: "Saya
> berasal dari Indonesia". Dan lalu terjadilah dialog
> dan tanya jawab sbb:
> 
> "Di mana kampung halaman saudara?
> 
> "Kampung halaman saya  di Indonesia"
> "Dan saudara tinggal di mana?"
> "Saya tinggal di Indonesia".
> "Saudara berasal dari suku mana"
> "Saya berasal dari suku Indonesia"
> "Bisakah saya mengetahui alamat Saudara?"
> "Alamat saya di Indonesia"
> "Di manakah saudara bekerja?"
> "Saya bekerja di Indonesia"
> "Apakah pekerjaan Saudara?
> "Pekerjaan saya Indonesia".
> "Apakah saudara Bangsa Indonesia?"
> "Bukan, saya peranakan Cina".
> "Jadi saudara bukan pribumi???"
> "Ah, jangan sebut kata itu, najis! , haramejadah!
> Nah beginilah kalau kita ingin menghilangkan
> identitas etnis orang lain
> tapi cuma menjaga identitas etnis sendiri dengan
> maksud berjuang melawan
> diskriminasi hanya melalui kata-kata, perang kata
> dan pemalsuan kata. Dalam
> kehidupan, tidak semua benda bisa dijadikan benda
> politik, demikian pula
> bahasa. Tidak semua kata bisa bisa dimanipulasi
> untuk kepentingan politik.
> Dan bila sudah begini, orang(bila dia adalah
> penguasa) mulai dengan
> memperbudak kata dan lalu menjadi budak kata (yang
> dikuasai). Saya sendiri
> tidak gandrung apalagi fanatik dengan kata
> <pribumi>, tapi saya
> mempertanyakan, mengapa kata itu harus diharamkan
> dan hingga ini hanya anda
> yang bisa menjawab dan meyakinkan saya bahwa
> pengharaman kata <pribumi> sama
> sekali bukan hakekat terjadinya diskriminasi tapi
> justru politik
> diskriminasi Orba-lah yang telah mendiskriminasi
> semua etnis, termasuk
> etnis Cina dan bukan kata <pribumi> yang dijadikan
> kambing hitam.Tapi
> pertanyaan saya dalam bentuk tulisan yang juga
> menjadi pemikiran saya telah
> dipertajam dan dijerumuskan ke jurang fitnah besar,
> bahwa saya seorang
> rasialist, anti Cina, preyektor politik rasialis
> Orba dsb, dsb-nya ,hanya 
> karena ada perbedaan pendapat.Semua
> pemikiran saya tidak dijawab dengan pemikiran
> kembali untuk mengembangkan 
> diskusi
> yang sehat dan berguna bagi banyak pihak, tapi pada
> saya diberi cap-cap atau 
> stempel
> yang bukan saja bermaksud untuk membunuh karakter
> pribadi saya tapi juga
> menghina dan memfitnah orang-orang yang mungkin
> sefikiran dengan  saya,
> senasib dengan saya yang juga menderita diskriminasi
> seperti saya. Tapi
> semua itu telah saya jawab dengan pemikiran, dengan
> kemampuan yang sesuai 
> dengan
> yang saya punyai, dengan argumentasi yang tapi juga
> tentu saja dengan sambil
> membela diri dan memberikan reaksi yang adil
> terhadap serangan dan
> fitnah-fitnah yang saya terima. Sebagai ahir kata,
> saudara Andri, saya
> merasakan penderitaan saudara sebagai etnis Cina
> yang yang sungguh-sungguh
> ingin menjadi orang Indonesia yang sejajar dan
> sederajat dengan semua orang
> Indonesia lainnya tidak pandang etnis apapun, tapi
> toh tetap saja menderita
> diskriminasi. Saudara tidak sendiri tapi saudara
> berada di antara puluhan
> bahkan ratusan juta manusia Indonesia yang
> di-pariakan lainnya yang
> didiskiriminir oleh penguasa bangsanya sendiri, dan
> bahkan kadang-kadang
> oleh saudara-saudara se-etnisnya sendiri yang adalah
> juga sebagai akibat 
> politk diskriminasi penguasa diktator di masa lalu.
> Kita tetap berjuang 
> melawan semua
> bentuk diskriminasi dan kediktatoran dan bukan hanya
> melawan kata yang telah
> dilumuri tujuan politik gelap. Kita bersihkan kata
> <pribumi> dari  semua
> noda dan kotoran yang diberikan oleh penguasa dan
> diktator bangsa di masa
> lalu. Semua kita adalah pribumi-pribumi dari segala
> macam ras dan suku, sama
> derajat dan semua kita adalah bangsa Indonesia yang
> mencintai keadilan dan
> melawan semua bentuk diskriminasi politik, ekonomi,
> kebudayaan maupun ras.
> Kecuali memang ada yang berkeinginan lain. Itu
> adalah urusan mereka.
> Salam perkenalan dan persahabatan yang sehangat
> hangatnya dari saya.
> asahan aidit.
> 
> 
> 
> 
> 
> ----- Original Message ----- 
> From: "andri halim" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: "Andy Winata" <[EMAIL PROTECTED]>;
> <budaya_tionghua@yahoogroups.com>;
> <[EMAIL PROTECTED]>;
> <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>;
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Thursday, September 15, 2005 6:51 AM
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Mengapa harus
> mengharamkah istilah Pribumi
> dan Non Pribumi?
> 
> 
> > Salam saudara sekalian,
> >
> > Ingin rasanya mengungkapkan rasa di hati ini,
> > Seperti yg  diketahui telah beberapa ratus tahun
> Chung
> > hua tinggal di Indonesia, sebelum kedatangan VOC
> > pertama kali tahun 1600an pun orang-orang chung
> hua
> > telah tinggal bersama orang-orang asli di
> indonesia
> > untuk berdagang, pada saat pertama kali yang
> datang
> > hanya mereka yg berkelamin lelaki, karena pada
> sekitar
> > jaman dinasti Ming (kira2 1300an) ada larangan
> > perempuan tidak boleh ke luar negri, sehingga
> lelaki
> > chung hua perantauan menikah dengan penduduk asli
> > sekitar, dan ini berjalan dengan baik sampai akhir
> > diterbitkannya devide et empera oleh pihak
> Belanda,
> > semua mulai berjalan dengan tidak nyaman
> 
=== message truncated ===


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke